AMPANA, MERCUSUAR – Kecamatan Ampana Tete, Kabupaten Tojo Una-una, terus berupaya untuk melakukan inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan tujuan kesejahteraan masyarakat. Camat Ampana Tete, M Ichsan Mursali mengatakan, filosofi dasar mengapa harus ada inovasi di kecamatan, karena camat adalah salah satu organ pemerintah yang bertugas melayani, membina, serta mengawasi pelaksanaan pembangunan di segala bidang.
Kesejahteraan rakyat kata Ichsan, indikatornya yang paling populer digunakan oleh dunia dan Indonesia adalah Human Development Index atau Indeks Pembangunan Manusia, di mana parameternya diukur dari tiga hal. Pertama adalah pendidikan, kemudian kesehatan, dan daya beli.
“Oleh karena itu, untuk tahap awal ini, kami fokus di dua hal, yaitu pendidikan dan kesehatan. Pendidikan di Tojo Una-una ini mengalami masalah karena banyaknya anak putus sekolah. Kemudian kesehatan, di mana angka harapan hidup kita relatif kecil dibandingkan kabupaten kota lain di Sulawesi Tengah, begitu juga di pendidikan, angka lama sekolah agak rendah yaitu 11 persen,” jelasnya.
Oleh karena itu, pihaknya membuat inovasi di kecamatan, pertama, untuk menanggulangi anak putus sekolah, dibentuk Satuan Tugas Siap Aktif Bantu Ajak Sekolah (SATGAS SABAS). Di kecamatan dibentuk SATGAS SABAS, di desa juga terbentuk SATGAS SABAS, yang setiap hari menyampaikan laporan secara online, walaupun baru melalui WhatsApp Group.
“Jadi setiap hari harus ada laporan. Kalau seandainya ada orang putus sekolah, itu alasannya harus jelas. Siapa yang putus, di kelas berapa dia putus, orang tuanya siapa, mata pencahariannya apa, langsung kita tindak. Kalau di kesehatan, kita membentuk SATGAS KIBAR dalam rangka menekan angka kematian ibu dan angka kematian bayi,” jelasnya.
Selain itu, untuk menekan dan mencegah stunting, sekarang lagi populer, anak-anak yang gagal tumbuh dan itu disebabkan oleh Ibu yang mungkin menderita KEK pada saat hamil, yaitu kekurangan energi kronik dan KEK itu disebabkan oleh asupan gizi yang tidak cukup dalam jangka waktu panjang, oleh karena itu saya membuat inovasi namanya BUNBUMIL (Kebun untuk Ibu Hamil). Tapi sasarannya adalah membuat kebun sayur-sayuran organik, pure organik. Diharapkan sayur yang diproduksi memang pure organik dan diharapkan nanti produksi di masing-masing kebun desa itu dibagi-bagikan kepada ibu hamil. Kemudian ada inovasi pengolahannya juga nanti.
Pihaknya juga merencanakan menjadikan wilayahnya menjadi pilot project program BERAS PA (Bebas Kekerasan pada Perempuan dan Anak). Dirinya berharap mudah-mudahan ini berhasil dan akan dicanangkan pada waktu dekat di Desa Mantangisi, sekaligus launching inovasi lainnya, yakni DLA (Desa Layak Anak) kerjasama dengan Wahana Visi Indonesia dengan beberapa stakeholder dengan pemerintah desa.
“Mudah-mudahan ke depan berhasil dan nanti pelaksanaannya tentu kita mengharapkan dukungan semua pihak, karena ini baru uji coba inovasi. Kalau ini berhasil, mudah-mudahan kedepan sudah menjadi inovasi kecamatan secara paripurna,” harapnya. JEF/*