Sebagian besar orang menganggap profesi dokter adalah pekerjaan mulia. Tidak semua orang ingin bercita-cita menjadi seorang dokter. Profesi dokter tidaklah mudah. Seorang dokter cenderung dianggap dewa. Malah seorang dokter sering dianggap tuhan yang dapat menyembuhkan.
Dibalik semua itu, menjadi seorang dokter tidak luput dari resiko-resiko yang kapan saja bisa menggangu kesehatannya. Dari beberapa spesialis, memilih menjadi spesialis dokter paru-paru adalah pilihan yang tak mudah.
Spesialis ini sangat beresiko bagi sang dokter, karena penyakit paru termasuk penyakit yang menular. Katakan saja penyakit Tuberkulosis atau disingkat dengan TBC. Penyakit ini bisa kapan saja menyerang, jika tidak ditangani secara berhati-hati.
Di Sulawesi Tengah khusunya Kota Palu, masih sangat jarang ditemukan dokter spesialis paru-paru. dr Mariani Rasjid HS, Sp.P adalah dokter spesialis paru pertama di Sulteng. Tidak mudah baginya untuk menentukan pilihan harus menjadi dokter paru. Banyak hal yang harus ia lalui, salah satunya larangan dari orang tua.
Namun, berkat kesungguhan dan kerja kerasnya, hal itu bisa ia gapai. Perempuan kelahiran Palu, 17 Maret 1986 ini sebelumnya pernah menjadi dokter PTT (Pegawai Tidak Tetap) selama beberapa tahun di Kabupaten Touna.
Berawal dari PTT inilah, ia menjadikan dokter paru menjadikan pilihan studinya di Universitas Airlangga, Surabaya. Selama di PTT, ia mengumpulkan uang untuk membantu biaya studinya. Dalam studinya, Mariani juga mendapat beasiswa dari Kementerian Kesehatan. Di kampus itu ia mengambil Pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi.
“ Saya pernah jadi dokter umum di Puskesmas Marowo, Touna sekira tahun 2009. Disana banyak sekali kasus paru. Penangannya juga sangat minim. Sehingga saya bercita-cita ingin menjadi spesialis paru. Agar nantinya kedepan, bisa menanganinya secara serius,”kata Mariani saat ditemui di sela-sela kesibukannya sebagai Dokter Spesialis di RS Tadulako.
Selain sibuk menangani pasien penyakit paru, Mariani juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Tadulako. Ia juga membuka ruang konsultasi bagi masyarakat yang mengidap penyakit paru. Saat ini ia membuka klinik di Jalan Pue Bongo, No 60 A.
Bagi perempuan satu anak ini, penyakit paru harus ditangani secara serius dan hati-hati. Penyakit ini menular, bukan berarti kita harus menjauhi pasien meski penanganannya spesifik.
Di Palu, ia satu-satunya menyandang dokter Paru-paru. Perempuan ini menyelesikan pendidikan SD, SMP dan SMA di Palu. “Saya lahir dan besar di Palu, apa yang capai saat ini tidak lain untuk mengabdi dan memberikan pelayanan tebaik bagi masyarakat,”ungkap istri dari Alamsyah Anwar, ST.,MT. IKI