Koordinator Komunitas Historia Sulawesi Tengah (KHST), Mohammad Herianto menilai, implementasi nilai lokal dalam pengurangan risiko bencana, sejauh ini masih belum sepenuhnya diterapkan. Hal tersebut kata dia, terutama mengenai lokasi yang sekarang disebut sebagai zona rawan bencana.
“Padahal, orang tua kita dahulu telah memberi larangan, melalui penamaan serta cerita, yang boleh dikatakan sebagai nasehat, agar kita menjauh dari lokasi tersebut,” ujarnya, Selasa (15/10/2019).
Selain belum menjadikan nilai lokal sebagai salah satu indikator pertimbangan terkait keruangan, hal lain yang menurut Anto, sapaan akrabnya, juga meresahkan, adalah tidak lagi diindahkannya aturan dalam mengelola alam. Padahal kata dia, dalam pengetahuan lokal Suku Kaili, ada yang disebut Ombo, yang merupakan aturan adat untuk pengelolaan hasil alam.
“Ombo mengajarkan kita untuk bijak dalam mengelola alam. Sekarang nyatanya, gunung-gunung kita digunduli dan materialnya dibawa ke pulau lain,” ujarnya.
KHST sendiri kata dia, sebagai organisasi yang bergerak di bidang sejarah dan budaya, mendorong agar pengetahuan lokal tersebut dibumikan kembali. Sejauh ini KHST terus mendorong agar nilai-nilai lokal, tetap menjadi pedoman dalam keseharian kita, baik itu melalui diskusi sejarah dan budaya, penulisan buku, serta pameran-pameran literatur sejarah lokal. JEF