Rintis Sukses Dari Keadaan Terdesak

ICI ARFANIKA

Kreatifitas dan ide brilian biasanya muncul saat kita sedang terdesak. Tidak jarang, kreatifitas yang lahir di saat kita terdesak itulah, yang menjadi jalan sukses kita. Seperti yang dialami Ici Arfanika, pengusaha muda yang merintis sukses lewat usaha keripik pisang.

Ici, sapan akrabnya yang lahir di Labean, sebuah desa di Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala, 22 Agustus pada 28 tahun lalu, merintis usaha keripik pisangnya yang diberi nama Keripik Pisang Asbal, diawali dari sebuah situasi terdesak. Ichy yang ditemui di rumah produksinya di Asrama Balaesang, Kelurahan Besusu Barat, Kecamatan Palu Timur, Kamis (27/2/2020) berkisah, tiga tahun lalu, dirinya bersama Hadrah, seorang temannya satu organisasi, memulai inisiatif usaha ini, saat keduanya mengalami kesulitan keuangan.

Setelah lulus dari Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Untad tahun 2014, Ici menjadi pendamping pertanian di wilayah Kabupaten Tolitoli selama 6 bulan pada 2015. Setelah kontraknya berakhir, dirinya memutuskan pulang ke Palu dan kembali menetap di Asrama Balaesang. Kebutuhan hidup sehari-hari di kota, dengan status pengangguran, memaksa Ici memutar otak untuk mencari uang. Dia tidak sendiri. Hardrah, salah seorang kawannya yang sehari-hari berprofesi sebagai guru honorer di salah satu sekolah kejuruan di Palu, juga mengalami kesulitan yang sama.

“Tiba-tiba terlintas di pikiran Hadrah, bagaimana kalau kita bikin keripik saja. Nama usahanya Asbal, singkatan dari Asrama Balaesang. Akhirnya dengan modal awal Rp50 ribu, kami coba membeli bahan-bahan seperti pisang tanduk, minyak goreng, dan lain-lain. Itu modal pertama kami,” kenangnya.

Keripik pisang olahan mereka berdua tersebut, kemudian dijual di kantin sekolah tempat Hadrah mengajar, juga di kantin-kantin sekolah lain yang pengelolanya mereka kenal. Keripik pisang olahan mereka, ternyata mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Pesanan demi pesanan pun berdatangan.

“Dari sekolah-sekolah, cakupan pasarnya meluas ke teman-teman dekat, serta kalangan umum. Kami juga giat mempromosikan di media sosial dan diikutkan di pameran UMKM,” ujarnya.

Saat ini, dirinya melayani pesanan keripik dalam jumlah besar ke daerah-daerah, seperti Luwuk, untuk dijual kembali. Ici mengatakan, biasanya dalam sebulan pesanan bisa mencapai 150 hingga 200 kilogram. Selain itu, pihaknya juga melayani pesanan lainnya, dengan ukurna bervariasi)

“Dulu kita juga jual kemasan eceran harga Rp10 ribu per bungkus, tapi lebih banyak pesanan yang kiloan. Satu kilo yang belum dibumbui harganya Rp50 ribu per kilo, yang sudah dibumbui Rp60 ribu per kilo. Ya kalau sebulan bisa sampai 150-an kilo, lumayanlah hasilnya, walaupun diterima nanti per bulan,” ujar Ici.

Kini, untuk proses produksi, dirinya mempekerjakan beberapa anak muda sesama penghuni Asrama Balaesang. Mereka kata Ici, biasanya membantu proses pengupasan dan pengirisan pisang.

“Untuk menggoreng, masih saya lakukan sendiri, belum berani suruh orang lain,” ujarnya.

Lewat usaha ini, Ici akhirnya dapat kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang magister, 2019 lalu dan membantu perekonomian keluarga. Untuk pengembangan usaha, dirinya memperoleh bantuan pengembangan usaha pertanian dari Kementerian Pertanian, yang digunakan untuk membeli alat-alat produksi.

Untuk target sendiri, Ici dulu pernah memimpikan memiliki toko sendiri untuk memasarkan keripiknya. Sayangnya, mimpi itu pupus karena bencana 28 September 2018 lalu.

“Sebelum bencana, saya dan beberapa teman yang juga punya usaha, berencana mau kongsi untuk sewa toko sebagai tempat memasarkan produk, tapi setelah bencana, rencana ini gagal. Sekarang, saya focus untuk memenuhi pesanan saja dulu, sambil melihat peluang yang ada,” ujarnya.

Keripik Asbal yang dijual oleh Ici ini terdiri dari beberapa varian rasa, seperti original, gula merah, melon, coklat, karamel, dan balado. Dirinya mengaku, pada momen-momen tertentu seperti jelang Hari Raya Idul Fitri, biasanya pesanan membludak.

Perjalanan Ici merintis usahanya ini, merupakan bukti bahwa tidak ada yang tidak mungkin, selagi kita mau berusaha. Kisahnya ini juga bukti, kreatifitas dan ide brilian biasanya muncul saat kita sedang terdesak. JEF              

Pos terkait