BANGGAI, MERCUSUAR – Surveilans HIV AIDS sangat penting dalam mendeteksi dini secara sistematis dan terus-menerus faktor-faktor determinan dan penyebaran penyakit tersebut.
Demikian dikatakan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Banggai, Rampia Laamiri saat sosialisasi zero HIV/AIDS dan Sipilis di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIB Luwuk Kabupaten Banggai, Rabu (31/7/2019).
Dijelaskannya, epidemi HIV AIDS ditentukan oleh interaksi antar faktor determinan dan faktor penyebarannya, sehingga surveilans sangat membantu menyediakan informasi yang valid dan terpercaya untuk pengambilan keputusan dalam melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien.
“Ini ditegaskan dalam Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) Nomor: 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS,” katanya.
Kegiatan surveilans yang dimaksud dalam Permenkes, lanjutnya, meliputi delapan kegiatan pokok. Kedelapan kegiatan itu, terdiri dari pelaporan kasus HIV, pelaporan kasus AIDS, sero surveilans sentinel HIV dan sipilis, surveilans IMS, surveilans HIV berbasis Layanan konseling dan tes HIV, surveilans terpadu biologis dan prilaku, survey cepat perilaku, serta kegiatan pemantauan resistensi ARV.
Pada tataran itu, katanya, beberapa upaya yang dilakukan untuk memperbaiki sistem dan prosedur dengan pendekatan baru, seperti KTS dan TIPK. Sebab dalam mendeteksi HIV dan AIDS secara subtantif membutuhkan penguatan pengetahuan dan ketrampilan khusus bagi konselor kesehatan dari kesehatan maupun non kesehatan, sehingga petugas kesehatan itu dapat berperan aktif dalam mendeteksi dan menemukan kasus-kasus HIV AIDS.
Target MDGs 2015 untuk mencapai goal zero HIV infection mendesak, hingga dilakukan berbagai upaya pada level kebijakan maupun pengembangan sumber daya kesehatan yang ada. Hal itu untuk menjembatani persoalan kesenjangan antara level pusat dan daerah dalam penanggulangan HIV AIDS.
“Surveilans pada akhirnya, akan menjadi bagian terpadu dalam proses penanggulangan HIV dan AIDS mulai dari proses pengumpulan data secara sistematis dan terus menerus, analisis dan interpretasi data menjadi informasi yang valid, hingga pendistribusian informasi yang terpercaya bagi pengambil kebijakan untuk penanggulangan HIV dan AIDS secara efektif dan efisien,” jelas Rampia. MAM