Aging Society di Jepang, Indonesia Harus Maksimalkan peluang

B7F9567D-C860-4DF9-A4A3-C9895B4DBFB4

PALU, MERCUSUAR – Masalah aging society, yaitu jumlah lansia yang lebih banyak daripada usia produktif, mulai melanda Jepang. Menurunnya angka kelahiran menjadi salah satu penyebab berkurangnya penduduk usia produktif ini.

Demikian disampaikan akademisi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Dianni Risda, M.Ed, pada seri kuliah umum yang dilaksanakan oleh FKIP Universitas Tadulako (Untad) bekerjasama dengan One Asia Foundation (OAF), yang kini bertransformasi menjadi Eurasia Foundation, Rabu (1/7/2020). Pada seri ke-14 kuliah umum yang dilaksanakan secara daring ini, Dianni Risda memaparkan mengenai Connectivity In Asia, Japan and The Partnership Commitment.

Menurut Dianni Risda, masalah aging society menyebabkan perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor di Jepang, kekurangan sumber daya manusia. Berbagai cara telah dilakukan Jepang untuk mengatasi masalah ini, salah satunya adalah perjanjian kerjasama ekonomi antara Jepang dengan negara-negara Asia.

Selain itu, Jepang juga mengeluarkan kebijakan baru untuk mengatasi permasalahan ini. Salah satunya yakni dengan program Welcome To Japan, dengan kebijakan pemberian visa baru bagi SDM asing, seperti Gino Jisshusei, Tokutei Gino Jhissusei, dan visa kerja. Selain itu, Jepang juga aktif menjalin kerjasama dengan perguruan-perguruan tinggi di luar negeri, meliputi pertukaran pelajar, penandatanganan nota kesepahaman (MoU), kunjungan singkat, serta double degree (gelar ganda).

Peluang dari masalah aging society ini sendiri bagi Indonesia kata Dianni Risda, adalah terbukanya kesempatan untuk mengisi kekosongan SDM usia produktif di Jepang, tentunya dengan bekal keahlian dan skill mumpuni. Peluang kedua adalah peluang melanjutkan studi di Negeri Sakura, yang terbuka lebar.

Seri kuliah umum kali ini diikuti oleh berbagai kalangan, mulai dari dosen, mahasiswa, serta kalangan umum. JEF

Pos terkait