PALU, MERCUSUAR – Puluhan mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, melakukan aksi unjuk rasa di depan kampusnya, di Jalan Diponegoro, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, Rabu (10/6/2020). Dalam aksi yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa IAIN Palu tersebut, massa menyatakan sikap menolak pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) semester depan, jika tidak ada pemotongan UKT minimal 50 persen.
Massa aksi juga menuntut rektor, agar menyatakan sikap mendukung gerakan Aliansi Mahasiswa IAIN Palu, agar mendesak Kemenag mengeluarkan kebijakan pemotongan UKT semester ganjil. Aksi tersebut dilakukan dengan aksi teatrikal yang mengisahkan tentang keadaan orang tua mahasiswa yang kesulitan membayar UKT anaknya.
Koordinator aksi, Moh. Rizal Liara, mengatakan, dalam aksi teatrikal tersebut, ada pemeran Kemenag/ Menteri Agama , petani, buruh dan pedagang, rektor dan mahasiswa yang menuntut. Aksi ini mengisahkan Kemenag yang memegang kendali kebijakan pemotongan UKT, sedangkan tali yang berada di leher para orang tua mahasiswa itu, menggambarkan beban para orang tua memikirkan UKT anaknya.
“Jika kebijakan pemotongan UKT disetujui, tali ini tidak berada di leher, tetapi di tangan orang tua, sebab bisa mengurangi beban tali yang mengikat di leher, yang menggambarkan bahwa UKT semester depan membuat keadaan semakin mencekik. Rektor sebagai pelaksana kebijakan Menteri Agama, tidak bisa berbuat banyak dan terbelenggu dengan ketidakpastian yang diberikan oleh Menteri Agama,” jelasnya.
Dalam aksi ini, massa aksi juga mengusung keranda mayat yang dilapisi kain putih bertabur bunga, dengan nisan bertulis RIP Hati Kemenag. Hal ini kata Rizal, melambangkan matinya hati kemenag yang sampai saat ini belum mau mengeluarkan kebijakan pemotongan UKT.
Rizal yang juga Presiden Mahasiswa IAIN Palu juga mengatakan, jika kita melihat sejarah Jepang yang pernah luluh lantak oleh bom atom, namun bisa bangkit serta memulihkan sektor pendidikannya. Menurutnya, mengapa kita tidak mencoba untuk mengambil hikmah dari peristiwa tersebut, yakni dengan member perhatian lebih pada sektor pendidikan, agar anak Indonesia tidak ada yang kehilangan akses terhadap pendidikan formalnya.
“Sudah cukup anak bangsa ini yang kehilangan akses pendidikan, jangan ditambah lagi. Generasi penerus adalah anak muda. Coba bayangkan jika banyak anak muda yang akan menjadi penerus, lantas kehilangan akses pendidikan formalnya,” jelasnya.
Rizal mengatakan, aksi selanjutnya yang akan dilakukan adalah aksi virtual. Menurutnya, aksi akan terus dilakukan, sampai ada kebijakan dari Kemenag soal pemotongan UKT. JEF
Desak Kemenag Lakukan Pemotongan UKT
