PALU, MERCUSUAR – Seri General Lecture Series yang diinisiasi oleh One Asia Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang fokus pada kontribusi pembentukan Komunitas Asia di masa depan, bersama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako (Untad), kembali digelar, Kamis (19/9/2019), di Gedung Media Center Untad. Seri kuliah umum kali ini, merupakan yang kedua kalinya dilaksanakan di semester ganjil 2019 ini, setelah sebelumnya menghadirkan Dekan Filsafat UGM, Dr. Arqom Kuswanjono.
Kuliah umum kali ini menghadirkan pakar linguistik dari Tilburg University, Belanda, Valentino A. Pamolango, Ph.D. Dalam pemaparannya, Valentino menjelaskan tentang bagaimana cara kita memandang dunia pendidikan, melalui kacamata Asia.
Peneliti elemen leksikal Bahasa Saluan ini menjelaskan, untuk melihat dunia pendidikan melalui kacamata Asia, mahasiswa harus punya mimpi yang besar dan tahu apa tujuan hidupnya, sehingga sebesar apapun masalah yang dihadapi, mereka akan terus berjuang.
“Mahasiswa harus berpikiran dan berwawasan global. Mereka harus memahami, Indonesia merupakan bagian dari sebuah komunitas besar, yakni komunitas Asia,” ujarnya.
Untuk menghadapi kenyataan tersebut, para mahasiswa yang hadir, yang mayoritas adalah calon guru, diharapkan dapat menjadi generasi penerus,yang tidak saja memiliki ilmu dan keterampilan, namun juga punya kepribadian yang baik.
“Jika punya kepribadian yang baik, ilmu akan gampang diserap,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Project One Asia Foundation, Purnama Ningsih, S.Pd., M.Si., Ph.D mengatakan, tahun ini merupakan tahun ketiga kerjasama antara One Asia Foundation dan FKIP Untad. Dalam kerjasama tersebut, pihak One Asia Foundation kata dia, memberikan pembiayaan untuk 15 kali seri kuliah, dengan menghadirkan para akademisi dari lokal, regional, maupun luar negeri, yang berkompeten membagikan ilmu dan pengalamannya.
Dari program ini, diharapkan mahasiwa yang mengikuti, dapat menjadi mahasiswa Indonesia yang bermanfaat dan berkualitas, serta mampu menjadi agen perdamaian, bukan secara regional namun juga global, karena Indonesia adalah bagian dari Komunitas Asia.
“Seri kuliah ini bertujuan menumbuhkan karakter keindonesiaaan, sebagai bagian dari karakter Komunitas Asia,” ujarnya.
Dengan adanya kerjasama ini kata dia, di FKIP Untad sudah ada mata kuliah pilihan, yakni Pendidikan Komunitas Asia, untuk mencetak guru yang berwawasan Komunitas Asia. Adapun peserta seri kuliah ini adalah mereka yang mengikuti mata kuliah tersebut.
“Di semester ganjil ini ada 7 program studi yang memprogramkan, sedang di semester genap, ada 6 program studi. Selama satu semester, ada 14 -15 kali pertemuan,” ujarnya.
Seri kuliah ini sendiri kata dia, memberikan wawasan keilmuan dan wawasan berpikir bagi mahasiwa, bahwa kita adalah bagian dari masyarakat Asia. Menurut dia, kita harus berpikir secara global, terutama dalam menghadapi era revolusi industri 4.0. JEF