PALU, MERCUSUAR- Hasan dan Nining rela menghabiskan waktu 16 hari untuk menuju Padang, Sumatera Barat, dari tempat tinggalnya di Desa Taopa, Kecamatan Taopa, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Dilansir dari kompas.com, perjalanan selama lebih dari dua pekan mengendarai sepeda motor dilakukan pasangan suami istri ini untuk mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran ( MTQ) Nasional yang berlangsung di Padang.
Mereka merupakan peserta MTQ yang mewakili Provinsi Kalimantan Utara.
Keputusan untuk menempuh perjalanan dengan sepeda motor yang melintasi beberapa provinsi itu muncul karena Hasan dan Nining takut naik pesawat selama virus corona masih mewabah.
Namun, keduanya punya keinginan kuat untuk terlibat dalam MTQ.
Setelah menyusun rencana perjalanan, Hasan dan Nining pun memulai perjalanan pada 28 Oktober 2020.
“Kami berdua start pukul 13.00 Wita dari Taopa. Kami bawa bekal secukupnya,” kata Hasan, Kamis (19/11/2020).
Awalnya mereka bertolak ke Kabupaten Toli-toli. Setiba di Toli-toli, perjalanan dilanjutkan dengan menumpang kapal feri tujuan Tarakan, Kalimantan Utara.
Setiba di Tarakan, Hasan dan Nining kembali melanjutkan perjalan dengan kapal feri menuju Tanjung Selor.
Dari sana mereka melanjutkan perjalanan melintasi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
Kemudian keduanya menyeberang dengan kapal feri ke Jawa Timur.
Sampai di sana, Hasan dan Nining bergerak ke Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Jakarta, Banten, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, hingga akhirnya tiba di Sumatera Barat.
Selama perjalanan panjang itu, Hasan merasa banyak orang yang membantunya. Bahkan beberapa kali rumah makan yang disinggahinya menolak untuk dibayar.
“Waktu kami singgah di warung mereka lihat pelat motor kita dari Sulawesi Tengah. Mereka tanya-tanya. Mereka lihat di motor kami ada bendera merah putih dan tulisan kafilah dari Kalimantan Utara. Pas kita mau bayar mereka menolak,” ujar Hasan yang berprofesi sebagai guru di MTs Alkhairaat Palapi Taopa.
Selain itu, pernah ada penjual bensin eceran yang juga menolak dibayar Hasan. Malahan pedagang itu memberi mereka uang.
“Katanya buat makan. Alhamdulillah semoga kebaikan mereka Allah yang balas,” kata Hasan.
Meski demikian, ada pula beberapa kendala yang harus dihadapi pasangan suami istri ini. Beberapa kali kedua tersesat karena mengikuti arahan Google Maps.
“Nyasar ke kebun sawit sampai lima jam, pertama kami berangkat subuh, hujan pula. kami tak lihat lagi jalan utama pas di persimpangan. Kami ikuti jalan aspal baru, ternyata jalan aspal baru itu menuju perkebunan kelapa sawit di dalam,” cerita Hasan.
“Muter-muter di dalam sampai dua setengah jam, keluar lagi dua setengah jam. Terus kami dapat jalan utamanya lagi,” sambungnya sembari terkekeh.
Hasan dan istri juga menyimpan rasa cemas selama perjalanan. Pasalnya ban sepeda motor mereka sudah agak botak sejak memulai perjalanan.
Beruntung kendaraan roda dua itu tidak sekali pun rusak saat diajak melaju selama 16 hari.
Untuk tiba ke Padang dari Taopa, Kabupaten Parigi Moutong, dengan kendaraan pribadinya, pasutri ini menghabiskan uang Rp 3 juta.
Rencananya mereka akan kembali ke Parigi Moutong pada 21 November 2020. Perjalanan pulang itu sudah diputuskan kembali menggunakan sepeda motor.
Hanya saja, Hasan memperkirakan perjalanan pulang mereka bakal lebih panjang, karena ada beberapa orang yang menawarkan tempatnya untuk beristirahat.
Mereka pun berencana akan singgah di tempat-tempat tersebut. KPS/TMU