PETOBO MERCUSUAR – Terciptanya bangunan yang kokohdan tahan akan gempa, bermanfaat diterapkan warga yang berada di daerah rawan bencana termasuk di Kelurahan Petobo.
Menyadari permasalahan tersebut, tiga Dosen Universitas Tadulako (UNTAD): Dr. Ir. I Gede Tunas, S.T., M.T. (Program Studi Teknik Sipil), Asrafil, S.Si. M.Eng (Program Studi Teknik Geologi) dan Ni Made Suwitri Parwati, SE, M.Si. (Program Studi Akuntansi) menerapkan inovasi baru dengan manfaatkanlimbah abu sekam sebagai bahan bata ringan. Sebagian penggunaan pasir pada pembuatan bata ringan nantinya akandisubstitusikan oleh limbah abu sekam.
Inovasi yang sedang dalam proses pengerjaan itu diusulkan oleh ketiga Dosen UNTAD bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dengan dukungan penuhKementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan InovasiNasional (RISTEK-BRIN) dalam bentuk Skema Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dengan topik “Pemberdayaanmasyarakat terdampak gempa dan Liquifaksi dalammengembangkan batako ringan untuk mendukung pembangunanhunian tahan gempa di Kota Palu pasca gempa bumi Tahun2018” di kantor Kelurahan Petobo, Jumat (7/5/2021).
Dr. I Gede Tunas selaku ketua tim menjelaskan bahwa saat inipenelitian masih berjalan dengan melibatkan sebanyak 20 orang penyintas Petobo bertempat di Kantor Kelurahan Petobo dan akan dilakukan Workshop pembuatan bata ringan, usaidilakukan uji coba laboratorium penggunaan abu sekam sebagaibahan utama pembuatan bata ringan, selain menggunakan semen sebagai pengikat dan ditambah pasir tanpa kerikil, sehinggamenjadi lebih ringan dan kokoh untuk bangunan kedepan.
“Latar belakang dari gagasan ini yakni besarnya limbah sekampadi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan lokal dan jauhlebih mudah diperoleh dari bahan lain seperti limbah batu bara, dan melihat konstruksi bangunan yang rusak pasca gempa 28 September 2018 lalu, salahn satunya disebabkan oleh material bangunan yang terlalu berat“ ujarnya.
“Kami sengaja memanfaatkan abu sekam padi, karena di sekitarkita banyak terbuang, terutama di tempat penggilingan padi.Selain itu, pada industri kecil produsen batu bata yangmenggunakan sekam sebagai bahan bakarnya, juga menyisakanlimbah abu sekam. Ketika jadi abu, masih sedikit yang menggunakan untuk sesuatu yang jauh lebih bermanfaat. Nah, kami menggunakan limbah abu sekam tersebut sebagaitambahan bahan pembuatan bata,” ujarnya.
Bata ringan yang kami tawarkan diharapkan lebih kokoh jikadibandingkan dengan bata ringan biasa. Adanya kombinasidengan limbah sekam dan semen ini menurut hipotesis kami bisa menambah kuat tekan maupun kuat lentur dari bata ringan. Limbah ini juga bersifat kohesif dan cocok untuk material tahangempa. Selain itu, limbah sekam akan dapat menambahkekuatan dari ikatan yang ditimbulkan dari semen karena adanyaselulosa, tambahnya.
Penggunaan bata ringan ini diperuntukan agar resiko gempalebih rendah, ketimbang material lainnya lainya. Riset yang sedang dan akan lakukan, konsumsi semen untuk pembuatanbata bisa berkurang hingga 15%. Prosentase 15% tersebutberasal dari dari abu sekam. Selain itu, diperkirakan adapenghematan biaya cukup lumayan, sekitar 10% akibatpengurangan penggunaan semen.,”ujarnya.
Di sisi lain, lanjut dia, kekuatannya juga akan diuji. “Jadi, meskibahan semen telah berkurang hingga 15%, namun kekuatannyatetap kokoh. Pengujuan akan dilakukan di Laboratorium BetonUniversitas Tadulako untuk mengetahui kekuatan tekannyadengan merujuk pada Standar Nasional Indonesia (SNI).Kedepannya kami berharap material inovatif ini akan dapatdiaplikasikan pada bangunan gedung yang lebihkompleks,”katanya.ABS