PASANGKAYU, MERCUSUAR – Senang dan syukur menjadi dua kata yang berbeda. Meskipun sama-sama positif dan bisa mendatangkan energi serta kebaikan lebih jauh, ada nuansa tertolong pada rasa syukur. Begitulah yang diungkapkan Neso, salah satu tokoh Suku Bunggu, masyarakat marginal di Dusun Saluraya, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat.
“Lebih dari sekadar senang, kami merasa sangat bersyukur,” kata pria berusia 52 tahun yang dipercaya sebagai penasehat adat Suku Bunggu ini.
Ungkapan itu ia sampaikan kepada PT Pasangkayu, perusahaan perkebunan kelapa sawit yang ia nilai telah banyak membantu masyarakatnya.
Sebagai warga dusun yang tinggal berdampingan dengan perusahaan anak usaha Grup Astra Agro itu, Neso mengaku menjadi saksi hidup perihal betapa perlunya warga Suku Bunggu mendapat bantuan. Ia mengakui banyak kendala yang dihadapi warganya. Mulai dari tingkat pendidikan, kesehatan, maupun sumber mata pencaharian.
Jenis-jenis bantuan seperti itulah yang memang disiapkan PT Pasangkayu. Perusahaan bahkan berupaya membangun kemandirian.
“Kami lihat kondisi lapangan dan sejak lama telah menjalankan program Corporate Social Responsibility yang terbagi dalam empat pilar,” ujar Juanda, Community Development Officer (CDO) PT Pasangkayu.
Dalam seluruh pilar itu, misalnya, perusahaan memberikan beasiswa, pendidikan gratis, kejar paket A, B maupun C, sharing pengetahuan kesehatan dan pemberian bantuan makanan tambahan agar menu lebih bergizi, serta kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk membantu warga Suku Bunggu.
Neso sendiri mengaku mengalami banyak perubahan. Kini ia bisa membangun kebun sawit sendiri, panen dan menjual tandan buah sawit dari kebunnya kepada perusahaan. Di rumahnya terparkir satu unit kendaraan roda empat. Dengan bak terbuka mobil itu, ia mengangkut hasil panen dan mengantarkannya ke pabrik PT Pasangkayu.
“Saya beli sendiri, meskipun lewat cara mencicil,” kata Neso sambil mengunyah sirih.
Karena pengaruh-pengaruh positif itu ia berharap perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Pasangkayu bisa terus beroperasi dan memberi manfaat yang lebih banyak bagi warga Suku Bunggu. Ia bahkan mengaku sering memberi nasehat kepada warga dan anak-anak muda dari sukunya. Kepada mereka, Neso berpesan agar warga ikut menjaga keamanan dan ketertiban perusahaan.
Tidak hanya menjaga perusahaan dari potensi pencurian buah yang sedang marak terjadi. Menurutnya, jikalau ada orang luar yang masuk lalu menjadi provokator agar Suku Bunggu bermusuhan dengan perusahaan, menurutnya, ia siap turun dan mengusir oknum yang tidak bertanggung jawab itu.
“Kalau bukan dengan PT Pasangkayu, siapa lagi yang akan bantu warga Suku Bunggu,” ujar Neso. Ia merasa hubungan antara perusahaan dan warganya makin harmonis. */JEF