SEBANYAK 60 siswa calon peserta didik yang berasal dari anak-anak korban gempa, tsunami, dan likuifaksi pada 28 September 2018 silam, di Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah, mulai menempuh pendidikan di Sekolah Sukma Bangsa (SSB) Sigi. Sekolah itu dibangun oleh Yayasan Media Group dari dana sumbangan masyarakat Indonesia melalui Dompet Kemanusiaan Media Group (DKMG).
Sebanyak 60 siswa yang mendapat beasiswa penuh dari Yayasan Sukma Bangsa, hari Selasa (6/7) mulai mengikuti materi pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), sebagai rangkaian dari proses pembelajaran di SSB Sigi, yang berada di Desa Maku, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
“Untuk proses pembelajaran akan dimulai dari pengenalan lingkungan sekolah. Jadi hari Selasa, Rabu, Kamis, tiga hari kami MPLS. Kemudian mulai hari Jumat kita sudah masuk ke matrikulasi. Jadi ada proses matrikulasi dulu selama satu bulan, kemudian baru kita lanjut dengan proses pembelajaran regular,” kata Direktur SBB Sigi, Nurhayati.
Semua siswa telah diasramakan. SBB Sigi menerapkan sistem kloter (batch) dalam penjemputan dan penerimaan peserta didik untuk masuk ke asrama sekolah, pada Senin (5/7). Setiap satu jam sekali terdapat sepuluh siswa yang datang ke sekolah dari tiga kabupaten dan kota.
SSB Sigi menerapkan sistem kloter dalam penjemputan dan penerimaan peserta didik untuk masuk ke asrama sekolah. Setiap siswa yang datang hanya didampingi satu orang tua atau wali, dan terlebih dahulu menjalani tes swab rapid antigen oleh petugas medis, sebelum memasuki area sekolah.
Para siswa tersebut akan menempuh pendidikan tiga tahun, selama berada di SBB Sigi. Semua siswa perempuan, terdiri dari 30 siswa SMP dan 30 siswa SMA. Dari jumlah tersebut, 13 di antaranya berasal dari Kota Palu, 11 siswa dari Kabupaten Donggala, sementara 36 siswa berasal dari Kabupaten Sigi.
Dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19, SSB Sigi menerapkan protokol kesehatan kepada seluruh siswa, karyawan, guru dan staf pendukung, dengan memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
“Untuk mulai proses pembelajaran di Sekolah Sukma Bangsa Sigi ini, pada dasarnya kami mengikuti surat edaran gubernur terkait dengan penyelenggaraan pembelajaran tatap muka terbatas di satuan pendidikan dalam status zona hijau dan kuning. Walaupun secara status zonasi kita masuk zona hijau, tetapi kita juga tetap memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat,” ujar Nurhayati.
Menurutnya, untuk mencegah penyebaran Covid-19, seluruh siswa SSB Sigi wajib tinggal di asrama dan tidak diperkenankan pulang, atau dikunjungi oleh orang lain hingga akhir semester atau pandemi berakhir.
“Karena ini sedang masa pandemi, kami punya pesyaratan dan kita juga meminta orang tua untuk mengikuti kebijakan sekolah terkait dengan waktu kunjung dan waktu pulang siswa. Jadi kami tahan siswa selama satu semester sampai dengan libur semester, dan orang tua kami buat kebijakan untuk berkunjung hanya sampai di pos satpam kalau ingin menitipkan makanan atau lainnya. Tidak langsung bertemu dengan siswanya,” kata Nurhayati.
Karena masa pandemi Covid-19 sedang berlangsung, SSB Sigi juga menerapkan mekanisme rombongan belajar, yaitu mengatur jumlah siswa per kelas maksimal 15 orang. Mengurangi kegiatan berkumpul, dan jika harus dilakukan maka wajib menerapkan physical distancing, dan mematuhi protokol kesehatan secara ketat.
Pengecekan suhu tubuh dan kesehatan harus dilakukan secara berkala oleh tenaga medis sekolah dan dimonitor oleh puskesmas setempat.
Sekolah yang berada di lahan seluas kurang lebih 4 hektar tersebut, menggunakan kurikulum nasional dan kurikulum Cambridge International. Dilengkapi fasilitas pendidikan kecakapan hidup, meliputi workshop pertanian dan perkebunan, kriya kayu, perbengkelan, serta ICT dan art design.
Sementara fasilitas sekolah meliputi gedung direktorat, gedung sekolah SMP dan SMA, gedung asrama, perpustakaan, kantin, rumah dinas direktur dan kepala sekolah, serta rumah bersama, diharapkan dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang handal, terampil, dan berdaya saing.MAN