ACT –Peace Winds Japan Serahkan 160 Unit ICS di Tondo

Untitled

PALU, MERCUSUAR – Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyerahkan Integrated Community Shelter (ICS) kepada Pemprov Sulawesi Tengah untuk diteruskan ke 160 kepala keluarga di Kelurahan Tondo, Kota Palu, Kamis (25/4). Pembangunan ICS ini disponsori Peace Winds Japan, salah satu lembaga kemanusiaan dari Jepang.

Penyerahan hunian sementara (huntara) yang dibangun di Jalan Vatutela itu diterima dan diresmikan Staf Ahli Gubernur Sulteng Bidang Pemerintahan Hukum dan Politik, Siti Norma Mardjanu. Turut hadir dan Kepala Cabang ACT Sulteng, Nurmarjani Loulembah.

Rika Yamamoto mengatakan, pihaknya berharap dapat melakukan hal yang terbaik untuk membantu masyarakat Sulteng yang terdampak bencana. Bantuan yang diberikan Peace Winds Japan untuk membangun ICS Vatutela ini didukung langsung oleh masyarakat Jepang.

“Masyarakat Jepang sangat senang membantu masyarakat Sulteng yang terdampak bencana. Karena warga di Jepang juga pernah merasakan bencana gempa berkekuatan 9,0 magnitudo yang memicu tsunami dengan ketinggian mencapai 40 meter pada 11 Maret 2011 silam,” katanya.

Menurutnya, dari peristiwa itu sekitar 15.000 orang meninggal dunia dan 2.500 orang sampai saat ini masih dinyatakan hilang.

Ia berharap penghuni huntara Vatutela ini dapat digunakan masyarakat sebaik mungkin. Selalu menjaga lingkungannya agar tetap bersih, indah, dan selalu peduli sesama penghuni.

“Sesama penghuni harus saling peduli, yang muda menghormati yang lebih tua begitupun sebaliknya. Jika terjadi bencana prioritaskan menyelamatkan diri sendiri dahulu sehingga jika anda selamat maka dapat menyelamatkan orang lain,” katanya.

Sejak bencana terjadi di Palu, Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong, ACT bersama mitranya sudah membangun ICS  di 11 titik. Lokasinya tersebar di Kelurahan Duyu, Wani, Lolu, Buluri, Sibalaya, Solove, Kabonena, Langgaleso, Sidera, Sumari, Tondo dan progress berikutnya akan dibangun di Mpanau.

“Jika ditotal semua unit shelter yang sudah kami bangun bekerja sama dengan para donor seluruh Indonesia sudah terbangun sekitar 1.218 unit shelter,” kata Bambang Triyono, Direktur Eksekutif Humanity Network Departemen kepada wartawan.

Sementara Nurmarjani Loulembah menambahkan, dalam setiap kompleks ICS, dilengkapi dengan fasilitas masjid darurat, aula kelas belajar, dapur umum, sarana sanitasi, taman, taman bermain, klinik kesehatan serta kantor layanan oleh pengurus ICS.

“Untuk sumber air bersih kami membangun sumur dalam yang saat ini sudah mengalir dan sudah digunakan oleh warga,” jelasnya.

Kiprah ACT

Ketika terjadi gempa, tsunami, dan likuefaksi di Palu, Sigi, dan Donggala, ACT hadir memberikan bantuan. Poskonya di wilayah Palu Barat didatangi warga, mengeluhkan kekurangan logistik.

Kemudian ACT menghadirkan Humanity Food Truck atau dapur umum berjalan yang menyajikan makanan bergizi untuk para pengungsi. 

Kota Palu menjadi wilayah pertama yang disambangi Humanity Food Truck (HFT) – ACT. Untuk rangkaian aksi pembuka, HFT-ACT melakukan pembagian makan gratis kepada masyarakat, dengan target 1.000 hingga 1.500 paket makanan siap santap setiap harinya.

Sebagian dibagikan ke lokasi sekitar tengah kota, sebagian lagi diantarkan ke tenda-tenda pengungsian di pinggiran Kota Palu.

Kusuma Hadi, alias Chef Jhoni adalah Kepala Koki dapur umum berjalan ACT. Paket makanan siap santap diantar ke beberapa tempat pengungsian. Saat itu warga sangat membutuhkan makanan siap santap.

 

 

Chef Jhoni menjelaskan, selama sepekan beraksi di tengah Kota Palu, HFT belum bisa bergerak terlalu jauh dari tengah Kota. Berbagai pertimbangan disampaikan oleh Chef Jhoni.

Saat itu menurutnya, untuk urusan rasa makanan, hasil makanan siap santap dari dapur umum berjalan ACT tak perlu diragukan lagi. Itu pun diutarakan sejumlah warga penyintas likuefaksi di Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu.

Chef Jhoni mengatakan, pertama kali hadir di Kota Palu, tujuan utamanya adalah menyediakan makanan gratis, lezat, dan tentunya bergizi.

“Kami memproduksi 500 paket makanan siap santap untuk para pengungsi. Kita mengelola 6 item yakni nasi, chicken black pepper, olahan telur, menu pendamping, sayuran, dan sambal,” papar Chef Jhoni waktu itu.

Itulah sebabnya, kebaikan HFT-ACT disambut baik oleh para pengungsi. Mereka bersyukur bisa merasakan lagi makanan yang layak dan bergizi. Sebulan di dalam tenda, pengungsi mengaku hanya bisa menyantap masakan instan.KBS/MAN

Pos terkait