WARTAWAN Mercusuar Tasman Banto dan Amar Sakti serta wartawati Sulteng Raya, Ruth Damayanti, diberi waktu menjelajahi KRI dr Soeharso di Pangkalan TNI-AL Watusampu, Senin (23/11) sore. Selama satu jam lebih, bersama Wakil Pemimpin Umum Mercusuar, Amira Toana, kami dipandu Kadeops Mayor Laut (P) Sopian Nurdin keliling di dalam kapal Rumah Sakit Terapung milik TNI-AL itu.
“Di sini helipad atau landasan helikopter. Bisa dua helikopter sekaligus parkir di sini,” kata Mayor Laut (P) Sopian Nurdin mengawali kunjungan kami ke kapal itu.
Sopian, orang ketiga pimpinan di KRI dr Soeharso menjelaskan, misalnya, ada pasien yang diangkut ke kapal itu, dari helipad langsung dimasukkan ke dalam perawatan. Jaraknya sangat dekat.
Di perut kapal yang panjangnya 122 meter dan lebar 22 meter itu, juga terdapat ruangan Intensive Care Unit (ICU). Kapal ini mempunyai geladak yang panjang dan luas sehingga mampu mengoperasikan dua buah helikopter sekelas Super puma sekaligus.
KRI dr. Soeharso juga dilengkapi sebuah hanggar untuk menampung helikopter satu lagi dan juga melakukan perawatan terhadap helikopter. Sebagai kapal rumah sakit, telah disediakan 1 ruang UGD,1 ruang ICU,1 ruang post operasi (RR), 3 ruang bedah(2 steril, 1 non steril), 6 ruang poliklinik, 14 ruang Penunjang Klinik dan 2 ruang perawatan dengan kapasitas masing-masing 20 tempat tidur.
Kapal ini memiliki 75 anak buah kapal (ABK), 65 staf medis dan mampu menampung 40 pasien rawat inap. Jika dalam keadaan darurat, KRI DR Soeharso juga dapat menampung 400 pasukan dan 3000 penumpang.
Dalam fungsinya sebagai kapal angkut, kapal ini mampu mengangkut 14 truk/tank dengan bobot per truk/tank 8 ton, 3 helikopter tipe Super Puma, 2 Landing Craft Unit (LCU) tipe 23 M dan 1 hovercraft.
Persenjataan, kapal ini dilengkapi senjata 2 pucuk meriam Penangkis Serangan Udara (PSU) Rheinmetall 20mm.
Kapal Rumah Sakit Terapung ini terdiri atas lima lantai. Di lantai pertama disebut tank dek. Di tempat ini terdapat dua kapal kecil dan beberapa perahu karet.
Sedangkan di lantai dua sebagai ruang perawatan pasien. Lalu di dek tiga sebagai rumah sakit/ Sementara dek 4 ruang ABK, dek 5 ruang perwira, dan dek 6 adalah anjungan.
Sopian kemudian mengajak masuk ke dalam sebuah ruangan yang mirip ballroom sebuah hotel. Kebetulan, sejumlah Taruna dan Taruni AAL sedang latihan bermusik.
“Nanti malam (tadi malam) ada acara ramah tamah peserta Taruna dan Taruni dengan Gubernur Sulteng. Malam Prajurti Taruna. Mereka saat ini sedang latihan menyanyi,” kata sopian.
Ya, KRI dr Soeharso ke Pangkalan TNI-AL Palu memang membawa Taruna-Taruni Angkatan 66. Ibarat mahasiswa, kegiatan ini adalah Kuliah Kerja Nyata bagi mereka yang sebentar lagi akan dilantik menjadi perwira. Selain KRI dr Soeharso, ada dua kapal lainnya yang bersandar di sampingnya, KRI Diponegoro dan KRI Karel Satsuitubun.
Kemudian kami masuk ke dalam lift VIP untuk naik ke lantai tiga. Tangga lift-nya sangat nyaman. Bila ada masalah, ada pintu darurat untuk keluar dari dalam lift. Atau, kalau tidak tinggal angkat gagang telepon yang ada di dalam lift, secara spontan aka nada yang membantu membukakan.
Kalau tadi ballroomnya yang begitu mewah, kali ini kami memasuki restorannya yang juga setara dengan hotel bintang lima. “Beberapa Presiden RI sudah pernah naik ke kapal ini, dan di sinilah tempat makan,” jelas Sopian. Di tempat itu juga ada ruang untuk berkaraoke.
Lalu, yang tak pernah disangka, Sopian mengajak kami masuk ke dalam sebuah kamar tidur. “Ini adalah kamar tidur untuk Presiden RI bila naik di kapal ini. Presiden Megawati, Susilo Bambang Yodhoyono, dan Presiden Joko Widodo pernah menempati kamar tidur ini,” kata Sopian.
Sontak, kami pun bergantian berfoto di kamar tidur itu. Di sekitar kamar tidur itu, juga ada beberapa kamar tidur yang biasanya ditempati para menteri yang mengikuti kunjungan presiden.
Terakhir Sopian mengajak kami ke ruang kemudi. Kapal ini menggunakan tenaga penggeraknya mesin diesel. Ia juga menjelaskan bagaimana menggunakan alat teropong, melihat peta, dan lainnya.TASMAN BANTO