Ahmad H Ali: Harga Mati Memenangkan Cudi

IMG-20200825-WA0021

PALU, MERCUSUAR – Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Nasdem, Ahmad H. Ali menegaskan, Partai Nasdem harga mati berjuang untuk memenangkan Rusdy Mastura – Ma’mun Amir dalam pemilihan Gubernur Sulawesi Tengah pada Pilkada serentak 9 Desember 2020 mendatang.

Hal itu ditegaskan lantaran beredarnya rumor bahwa seorang Ahmad Ali mendorong dua kandidatnya dengan dua pendekatan. Pertama, Cudi sapaan akrab Rusdy Mastura selaku kader partai. Kedua, Anwar Hafid selaku kerabatnya.

Menurutnya rumor itu sangat tidak berdasar, sebab dalam politik pasti ada konsekwensi yang harus diterima. Komitmen politik adalah sebuah wujud nyata dalam menentukan pilihan politik. Ia mendorong Cudi sebagai kandidat bukan main – main apalagi dituding hanya dengan pertimbangan tertentu.

“Tetapi ini adalah sebuah komitmen dan integritas diri dan marwah partai yang harus dijaga,” kata Ahmad H. Ali. Ia menegaskan hal itu ketika diwawancarai khusus Mercusuar di Warung Kopi Sudimari 2 di Jalan Masjid Raya, Senin (24/8/2020) pagi.

Menurutnya, pemilihan calon gubernur adalah pemilihan ideologi bukan karena faktor kekerabatan. Publik harus memahami bahwa hubungannya dengan Anwar Hafid lantaran sama-sama berasal dari Desa Wosu, Kabupaten Morowali. Namun di satu sisi, ia berbeda partai dengan Anwar Hafid. Nasdem sudah menetapkan Cudi sebagai kandidat yang diusung, tentunya untuk dimenangkan sebagai Gubernur Sulteng bersama wakilnya, Ma’mun Amir.

“Satu takdir yang tidak bisa dipungkiri bahwa saya dan Anwar Hafid terlahir dari desa yang sama yaitu Desa Wosu, tapi takdir berikutnya bahwa saya dan Anwar Hafid berbeda antara, seperti air dan minyak,” tegas Ahmad Ali.

Ia mengatakan, sebagai kader Partai Nasdem yang menjabat Waketum, tentunya punya gagasan, punya ide menetapkan Cudi sebagai calon gubernur. Sejak awal Ahmad Ali sudah memprediksi akan muncul isu – isu yang mencoba mendowngrade (menurunkan martabat) semangat tim Cudi. Ia menyadari bahwa figurnya menjadi menarik sesuatu untuk didiskusikan.

“Di mana dia. Tapi bagi orang yang mengenal saya tidak perlu bertanya seperti itu. Nah, tapi karena itu hak semua orang untuk berimajinasi maka kemudian antisipasi – antisipasi itu sudah saya lakukan,” tandasnya.

Untuk mengantisipasi isu tersebut, Ahmad Ali sudah menempatkan Nilam Sari kader Nasdem yang merupakan Ketua DPRD Sulteng yang juga istrinya sebagai ketua tim pemenangan Cudi – Ma’mun. Artinya, penempatan itu dilakukan tidak mungkin mempermalukan seorang Nilam Sari dan partai Nasdem di hadapan publik Sulteng. Jadi, rumor yang beredar tersebut secara otomatis sudah terbantahkan.

“Jadi ketika saya bermain dua kaki, katakanlah begitu, saya mempermalukan dua hal, dua sekaligus. Mempermalukan diri saya dan mempermalukan istri saya. Terus kemudian menghancurkan partai saya,” katanya.

Menurut Ahmad Ali, rumor itu tidak mungkin dilakukan, sebab dirinya mengetahui betul secara sadar dan jujur menilai, kenapa hari ini dirinya pada posisi Waketum Nasdem. Itu semata – mata integritas diri. Sampai hari ini ia mengatakan pada dirinya sendiri untuk menyampaikan kepada masyarakat, siapa pun dia, bahwa semua punya kesempatan seperti seorang Ahmad Ali tanpa harus kemudian punya klan kedekatan dengan elit politik.

Tetapi harus bekerja, berprestasi dan berintegritas supaya bisa menggapai cita – cita di kanca politik nasional.

“Sebagai kader politik, you (kamu) boleh bermimpi jadi seperti Ahmad Ali tanpa harus punya kedekatan dengan elit politik. Kamu hanya cukup satu, berprestasi berintegritas maka kamu akan punya kesempatan seperti saya, jadi elit partai di pusat,” katanya.

Kesadaran itulah yang dijaga oleh Ahmad Ali, sehingga kemudian dugaan, pikiran, rumor, dan imajinasi orang tak perlu ditanggapi secara berlebihan. Tetapi bahwa Ahmad Ali menjadi sesuatu, menjadi menarik ketika dirinya mendukung salah satu kandidat, itu akan ada pengaruh elektoral bagi orang tersebut.

Ia tidak akan pernah menyalahkan siapa – siapa terkait rumor tersebut. Ia mengungkapkan bahwa ia sudah pernah mendengarnya berulang kali, saat ia sedang menggelar reses di daerah ada pertanyaan seperti itu dari masyarakat.

“Hanya faktor kedekatan rumah, jadi bukan kedekatan personal. Kedekatan rumah saya, Anwar Hafid itu adik saya, tapi dia berada di jalur yang berbeda dengan saya. Dia adalah Ketua Demokrat, saya adalah Wakil Ketua Umum Partai Nasdem,” tutur Ahmad Ali.

Sehingga, katanya, apapun pertarungannya, memenangkan Cudi itu adalah targetnya dan target Partai Nasdem. Memenangkan Cudi, adalah memenangkan mimpi masyarakat Sulteng, memenangkan mimpi Ahmad Ali. Kalau hari ini dirinya dianggap tidak serius mendorong Cudi, menurutnya itu sebuah kesalahan yang sangat besar, kebodohan yang sangat besar karena ia tidak harus bercerita jauh tentang apa yang ia lakukan untuk memenangkan Cudi. Baginya memenangkan Cudi, itu adalah harga mati.

“Saya ini karakter politik tidak pernah bermain aman. Saya dulu memilih satu risiko untuk cita – cita saya. Saya sampai pada level seperti begini itu karena konsisten dan integritas diri saya,” jelas Ahmad Ali.

Hal itu tidak mungkin ia pertaruhkan kepada orang – orang yang menurutnya tidak punya alasan mendukung yang lain. Jadi Ahmad Ali menekankan, memilih pemimpin bukan karena faktor kekerabatan, memilih pemimpin adalah memilih orang yang punya karya. Seorang Cudi sudah melakukan itu, membandingkan Cudi dengan yang lain terlalu jauh. Oleh sebab itu, Sulteng butuh pemimpin yang berkarakter yang sudah ia buktikan selama dua periode Wali Kota Palu. BOB

Pos terkait