Berangkulan Pascapilkada

Tonakodi
Tonakodi

PILKADA telah usai. Rakyat telah memberikan suaranya. Saatnya perbedaan pilihan dilupakan, dan kembali pada suasana damai penuh kekeluargaan dan kerukunan antar warga. Dalam hitung cepat, sudah diketahu pasangan calon yang menang dan yang kalah. Pasangan yang menang, tidak perlu terlalu euphoria. Pun yang kalah tidak harus larut dalam kesedihan.

 

Sembari menunggu perhitungan resmi penyelanggara pemilihan, kini saatnya semua kembali berangkulan, membangun daerah. Dibutuhkan rekonsiliasi pascapilkada.

 

Rekonsiliasi dalam Islam secara literal, berarti as-shulh atau perdamaian. Menurut istilah, shulh adalah kesepakatan yang bisa membawa kebaikan di antara kedua belah pihak yang  berselisih.

Dilihat dari konteks di atas, rekonsialisi tersebut merupakan salah satu perkara yang diperintahkan oleh Islam, sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran, “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat kemakrufan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, kelak Kami akan memberinya pahala yang besar”. (QS an-Nisa’: 114).

Rasulullah MuhammadSAW juga menyatakan pentingnya rekonsiliasi, sebagaimana dituturkan Abu ad-Darda,“Maukah kalian aku beritahu tentang derajat yang lebih baik ketimbang derajat puasa dan salat pada malam hari?” Mereka menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Memperbaiki kondisi di antara dua pihak.” (HR. Ibnu Hibban).

Menanti proses perhitungan suara secara berjenjang yang dilakukan KPU, masyarakat tidak perlu terjebak pada beragam isu yang dapat memicu lunturnya rasa persaudaraan, kekeluargaan, dan kerukunan antar warga. Semua pihak perlu manajemen kesabaran menanti hasil penghitungan suara resmi KPU.

Rekonsiliasi bukan hanya antarpendukung, namun juga pasangan calon.

 

Belajar dari iven-iven politik nasional, pasangan calon dan elite politik menjadi aktor kunci yang berkontribusi besar mendistribusikan bahan mentah perseteruan. Setiap ujaran elite langsung dikonversi menjadi komoditas isu politik panas antarpendukung di akar rumput. Tak berlebihan jika ada tuduhan, bahwa elite sebagai penyuplai utama isu dalam menciptakan kegaduhan dalam kontestasi politik. Karena itu, elite yang berada dalam gerbong yang berbeda saatnya merenda dan merajut hati bersama saling berangkulan membangun daerah yang maju, dewasa dalam demokrasi, dan damai.

Sudah tak ada lagi alasan bermusuhan demi membangun kohesivitas sosial kebangsaan yang kondusif.

Semua pihak, usai Pilkada hendaknya kembali menebarkan kerukunan dan menjauhi segala bentuk provokasi dan ujaran kebencian yang berpotensi memecah belah warga.

Jika ada dugaan pelanggaran Pilkada sebaiknya diselesaikan lewat jalur konstitusional, bukan emosional. Saatnya membangun daerah,  melupakan perbedaan pilihan dan kembali saling mengulurkan tangan, meniti perdamaian. *** 

Pos terkait