Datang Terlambat, Sekolah Tolak Paket MBG

Dapur SPPG Unit Ungu, Kelurahan Bantaya Kecamatan Parigi, memulangkan paket MBG usai ditolak pihak SMAN 1 Parigi, Jumat (24/10/2025). FOTO: ABDUL FARID/MS

PARIGI MOUTONG, MERCUSUAR – Pihak SMA Negeri 1 Parigi, Kabupaten Parigi Moutong (Parmout) menolak kedatangan paket Makanan Bergizi Gratis (MBG) dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Unit Ungu, Kelurahan Bantaya, Jumat (24/10/2025). Pihak sekolah melakukan penolakan, karena paket MBG datang terlambat sepuluh menit dari jadwal yang ditentukan.

Pengelola dapur MBG Unit Ungu, Hartati Ishak menyayangkan keputusan pihak sekolah. Ia menegaskan, tindakan itu merugikan siswa penerima manfaat, yang seharusnya mendapatkan asupan gizi tepat waktu.

“Makanan itu hak siswa. Kami hanya terlambat sepuluh menit, tapi ditolak. Padahal semua sudah kami siapkan sesuai standar dan waktu yang disepakati,” ujar Hartati kepada wartawan di Parigi, Jumat (24/10/2025).

Hartati menjelaskan, jadwal pengantaran MBG seharusnya dilakukan pukul 11.00 WITA. Namun, pihak dapur sudah mengirimkan makanan lebih awal, sekira pukul 10.50 WITA.

Atas hal itu, ia mengaku bingung karena Kepala SMAN 1 Parigi, Ardin memberi instruksi agar makanan yang datang lewat pukul 10.00 WITA tidak diterima.

“Kesepakatan awalnya sampai pukul 11.00 WITA. Tapi tiba-tiba aturan itu berubah tanpa pemberitahuan. Akibatnya, siswa yang seharusnya menikmati MBG justru dirugikan,” tambah Hartati.

Ia menegaskan, dapurnya melayani ribuan siswa dari berbagai sekolah setiap hari. Untuk menjaga kualitas dan higienitas MBG, proses memasak dilakukan sejak pukul 08.00 WITA khusus untuk siswa SMA.

“Semua tahapan sudah sesuai prosedur. Kami bekerja sesuai SOP. Hanya saja, saya sedih melihat anak-anak mengejar mobil distribusi ke dapur. Mereka bilang butuh makanan itu. Ini seharusnya jadi perhatian bersama,” tutur Hartati.

Dihubungi terpisah, Kepala SMAN 1 Parigi, Ardin mengaku tidak mengetahui langsung kejadian tersebut. Dikarenakan dirinya sedang berada di Masjid. Ia menilai, keterlambatan distribusi memang sering terjadi setiap hari Jumat.

“Kalau hari Jumat, anak-anak cepat pulang. Karena itu, kami minta agar pendistribusian dipercepat. Biasanya jam 10.45 mereka sudah pulang,” kata Ardin melalui sambungan telepon, Jumat (24/10/2025).

Ardin menambahkan, komunikasi antara sekolah dan pengelola dapur seharusnya lebih terbuka, agar tidak terjadi salah paham. Ia menegaskan, yang menolak makanan bukan guru, melainkan petugas keamanan sekolah.

“Yang mengatur di lapangan itu satpam. Saya tidak mau melibatkan guru dalam hal ini, supaya kegiatan belajar tidak terganggu,” ujarnya.

Ardin menekankan, jika masih ada siswa di sekolah, paket MBG seharusnya tetap diterima, karena program tersebut bertujuan menyehatkan anak didik.

“Pada Jumat pekan lalu, ada satu kelas yang akhirnya makan langsung di dapur penyedia MBG. Sehingga saya akan menekankan kepada petugas keamanan, kalau masih ada murid di sekolah, mestinya tetap diterima. Yang rugi bukan cuma penyedia, tapi juga anak-anak itu sendiri,” pungkas Ardin. AFL

Pos terkait