DPD RI-Pemprov Sulteng, Bahas Pemutihan Kredit Korban Bencana Alam

IMG-20201120-WA0003
Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola menyerahkan surat usulan perpanjangan Inpres No 10 tahun 2018 tentang percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana kepada Ketua DPD RI, AA La Nyalla Mahmud Mattalitti di kantor gubernur, Kamis (19/11). Surat itu diharapkan diteruskan kepada Presiden Joko Widodo. Foto: Abu Yarbo

PALU, MERCUSUAR – Sejumlah aspirasi mengemuka dalam pertemuan Rapat Kerja antara Ketua DPD RI dengan Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola dan jajaran Pemprov serta Kabupaten Kota yang terdampak gempa, tsunami, dan likuefasi yang terjadi dua tahun silam di Palu dan sekitarnya.

Sedikitnya ada lima isu penting dalam raker yang diselenggarakan di Kantor Gubernur Sulteng itu, Kamis (19/11/2020) pagi. Di antaranya, persoalan pembebasan lahan untuk relokasi, berakhirnya Inpres Nomor 10 Tahun 2018 pada Desember 2020 nanti, bangunan irigasi yang dirusak likueifasi, dan nasib pendidikan yatim piatu korban bencana serta puluhan ribu pengusaha UMKM debitur bank korban bencana yang macet dan gagal bayar.

“Kami sangat berharap, Ketua DPD RI dapat menyampaikan langsung kepada bapak presiden terkait habisnya masa berlaku Inpres Rehab Rekon tersebut. Sementara proses rehab rekon belum selesai. Sehingga warga Sulteng, terutama korban dan masyarakat terdampak masih sangat membutuhkan Inpres tersebut. Mohon kiranya Ketua DPD dapat membantu kami agar Inpres tersebut diperpanjang,” ungkap Longki.

Di tempat yang sama, Senator asal Sulteng, Lucky Semen, menemukan aspirasi dari sekitar 40 ribu pelaku usaha, mayoritas UMKM dan perorangan korban bencana, yang berstatus debitur gagal bayar. Kini mereka berstatus blacklist bank.

“Saya sudah fasilitasi ke OJK agar dapat keringanan, tetapi rupanya OJK mengembalikan kebijakan ke masing-masing bank. Sehingga restrukturisasi hanya bersifat normatif. Bunga dan denda tetap berjalan, bahkan blacklist bank juga diberlakukan kepada para debitur. Sampai ada yang dikejar debt collector, padahal sudah tidak punya apa-apa, karena rumahnya ambles masuk bumi,” urai Lucky.

Sementara Senator asal Sulteng lainnya, Wartabone menyoal anak-anak korban bencana yang berstatus yatim, atau yatim piatu, bahkan ada yang sudah sebatang kara, karena seluruh keluarganya menjadi korban likuefaksi dan hilang.

“Pendidikan mereka harus ada yang memikirkan. Pastikan saja menjadi kebijakan, bahwa pendidikan mereka ditanggung negara. Ini juga harus menjadi perhatian pemerintah daerah dan pusat. Bila perlu beri beasiswa sampai pendidikan tinggi. Tidak besar kok biayanya,” ungkap Wartabone.

Menanggapi hal tersebut, Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menyatakan siap menyampaikan aspirasi tersebut secara langsung ke Presiden Joko Widodo. Dikatakan, pimpinan DPD selama ini memang memiliki jadwal untuk forum konsultasi dengan kepala negara secara periodik.

“Setiap saya bertemu di forum konsultasi, selalu saya sampaikan langsung hal-hal strategis dan kendala serta persoalan yang terjadi di daerah. Alhamdulillah, beberapa hal telah direspon oleh presiden menjadi kebijakan,” kata LaNyalla disambut aplaus peserta raker.

Terkait perpanjangan Inpres, LaNyalla mengaku optimis presiden akan merespon. Karena memang progres rehab rekon masih di kisaran 50 persen, akibat terdampak Covid dan persoalan relokasi yang masih ditolak oleh warga dan masih adanya persoalan pembebasan lahan. Bahkan pembangunan kawasan pantai, masih sebatas pembangunan tanggul penahan air.

“Artinya, memang faktanya masyarakat korban masih membutuhkan Inpres tersebut untuk diperpanjang,” kata LaNyalla.

Sementara terkait debitur gagal bayar akibat menjadi korban gempa, mantan Ketua Umum KADIN Jatim itu mengaku prihatin dengan kebijakan OJK dan perbankan. Mengingat kualifikasi debitur didominasi UMKM.

“Ini seharusnya juga bisa ditempuh mekanisme bailout. Apalagi jelas data dan riwayatnya bahwa mereka korban bencana alam. Konglomerasi aja dibailout oleh pemerintah, mengapa UMKM tidak? Ini logika paling sederhana. Saya yakin Pak Jokowi punya keberpihakan dalam kasus-kasus seperti ini,” kata LaNyalla.

Turut mendampingi LaNyalla, senator asal Sulteng, Habib Saleh Al Jufrie, Lucky Semen, Wartabone dan Abdul Rachman Thaha.  Tampak pula senator Fadhil Rahmi (Aceh), Ibnu Halim (NTB), Asyera Respati (NTT), Djafar Al Katiri (Sulut), A. Abubakar Bachmid (Gorontalo), Adilla Aziz (Jatim), Bustami Zainudin (Lampung), Zainal Arifin (Kaltim), M. Sanusi dan Yance Samonsbara (Papua Barat) serta Asni Hafid dan Fernando Sinaga (Kaltara).

Sementara Gubernur Sulteng didampingi Wakil Gubernur Rusli Dg Palabbi dan sejumlah pimpinan Forkompinda dan anggota DPRD Sulteng Yahdi Basma.MAN

Pos terkait