Dua Tahun ACT Berkiprah di Pasigala (1) Aksinya Memang Cepat dan Tanggap

act

 NAMANYA Aksi Cepat Tanggap (ACT). Sesuai dengan nama lembaganya, sehari setelah gempa, tsunami, dan likuefaksi, personel ACT langsung berupaya ke Palu. Mereka terbang dulu ke Gorontalo, lalu lewat darat ke Palu.  

Akasinya memang cepat dan tanggap. Tim disaster emergency response ACT, hari Rabu, 3 Oktober 2018 sudah mendirikan dua posko di Jalan H Hayun, Kelurahan Besusu Barat, Palu Timur. Posko itu langsung merespons aksi masif di fase darurat. Di sana mulai ada layanan kesehatan dan dapur umum.

Dari pengamatan Mercusuar, waktu itu ACT hadir  bersama mobil dapur umum. Bahkan lengkap dengan koki atau juru masaknya. Mobil dapur umum itulah yang keliling menemui para korban untuk mensuplai makanan siap santap.

Bukan itu saja, ACT juga hadir dengan memboyong telepon satelitnya. Telepon tanpa kabel itu memiliki jangkauan cukup luas. Maklum, waktu itu sangat susah menggunakan handphone pasca bencana.

Lalu ACT dengan cepat melakukan asesmen di seluruh lokasi terdampak mulai dari Sirenja, Kabupaten Donggala, Hingga Kulawi, Kabupaten Sigi. Dari hasil asesmen itu sehingga ACT membangun sebanyak 25 posko wilayah ditambah ratusan posko unit.

Di tahap emergency response, ACT mendatangkan dua unit ambulance untuk merewat korban dan food truck untuk membantu menyediakan makanan.

Berbarengan dengan itu, ACT juga melibatkan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) untuk melakukan pendataan terkait apa saja kebutuhan korban paling mendasar. Dari hasil pendataan, lembaga mitra baik dari dalam maupun luar negeri memberi respon yang cukup baik. Itulah kenapa ACT bisa mendatangkan kapal kemanusiaan sebanyak 4 kali.

Kapal Kemanusiaan ACT berlabuh di Kota Palu pada 13 Oktober 2018. KM Melinda 01 yang didapuk sebagai Kapal Kemanusiaan ini membawa 1.000 ton bantuan pangan dan logistik untuk masyarakat korban bencana Sulawesi Tengah.

Kapal Kemanusiaan ini membawa 500 ton beras yang dikumpulkan dari Lumbung Pangan Wakaf (LPW) Global Wakaf – ACT di Blora, Jawa Tengah. Sedangkan sisanya memuat bahan logistik lain seperti air mineral, sembako, pakaian baru, makanan bayi, selimut, tenda, obat-obatan, dan lain-lain. Selain pangan dan logistik, kapal turut mengangkut satu mobil ambulans ACT, yang sebelumnya melayani pengungsi di Lombok.

Kedatangan Kapal Kemanusiaan merupakan bagian dari rangkaian pengiriman logistik dari berbagai wilayah di Indonesia untuk pengungsi di Sulawesi Tengah. Kapal Kemanusiaan pertama untuk Sulawesi Tengah ini mengangkut ribuan ton bantuan dari Jawa, di antaranya dari Blora, Ngawi, Bojonegoro, Yogyakarta, Semarang, Solo, Malang, dan Surabaya.

Pengiriman pangan dan logistik melalui Kapal Kemanusiaan terlaksana atas kerja sama ACT dengan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). Bantuan tersebut selanjutnya didistribusikan ke pengungsi melalui posko wilayah yang ACT miliki.

Pengiriman kapal kemanusiaan terus belanjut. Setelah mendatangkan kapal perdana pada 13 Oktober 2018. ACT kembali mengirimkan kapal kemanusiaan ke Palu pada 21 Oktober 2018 dengan membawa 1.000 ton bantuan pangan dan logistik, yang terdiri dari air mineral, sembako, makanan bayi, selimut, tenda, obat-obatan, dan lain-lain. Semua itu merupakan bentuk kepedulian berbagai pihak yang telah dikumpulkan di gudang Indonesia Humanitarian Center (IHC) di Gunung Sindur, Bogor serta sejumlah instansi sosial.

Mereka di antaranya Badan Penanggulanban Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta, Palang Merah Indonesia DKI Jakarta, Dompet Dhuafa, Organisasi Turun Tangan, Rumah Zakat, Youth Power Indonesia, dan Relawan Jakarta Maju Bersama.

Selain pangan dan logistik, Kapal Kemanusiaan juga memuat armada Humanity Food Truck. Humanity Food Truck tersebut merupakan dapur berjalan yang biasa memberikan layanan makanan gratis bagi korban bencana. Humanity Food Truck berkeliling ke titik-titik pengungsian untuk membagikan makanan siap santap yang dimasak langsung oleh chef terbaik ACT.

Bukan itu saja, kapal kemanusiaan kedua ini juga mendatangkan sebanyak 82 relawan dari berbagai wilayah. Mereka adalah relawan terlatih dengan berbagai keahlian khusus seperti paramedis, dapur umum, logistik, dan media.

Pada 29 Oktober Kapal Kemanusiaan ACT kembali merapat di Pelabuhan Pantoloan, Kota Palu. Kali ini, Kapal Kemanusiaan kembali menggunakan pelayaran KMP Drajat Paciran dari PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). Total bantuan logistik yang diangkut berjumlah 200 ton.

Bantuan logistik yang dibawa kali ini tidak hanya dari masyarakat Jawa Timur saja, melainkan juga dari Jawa Tengah dan Yogyakarta. Bantuan juga berasal dari BPBD Provinsi Jawa Timur. Tidak hanya memuat logistik ratusan ton, KMP Drajat Paciran juga mengangkut muatan kendaraan penyelamatan milik BPBD Jatim, juga relawan kemanusiaan dari Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Jatim.

Terakhir pada 24 November Sekitar 2.000 ton bantuan logistik yang diangkut Kapal Kemanusiaan untuk masyarakat terdampak bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi di Sulawesi Tengah kembali tiba di Pelabuhan Pantoloan.

Dua ribu ton bantuan itu mencakup bantuan pangan dan logistik, seperti air mineral, sembako, makanan bayi, selimut, tenda, dan obat-obatan. Semua itu merupakan bentuk kepedulian berbagai pihak khususnya masyarakat Sumatera. Ribuan ton logistik itu diharapkan dapat meringankan beban pengungsi selama pemulihan berlangsung.

Humanity Food Truck

Kota Palu menjadi wilayah pertama Humanity Food Truck (HFT) – ACT. Untuk rangkaian aksi pembuka, HFT-ACT melakukan pembagian makanan gratis kepada masyarakat, dengan target 1.000 hingga 1.500 paket makanan siap santap setiap harinya.

Sebagian dibagikan ke lokasi sekitar tengah kota, sebagian lagi diantarkan ke tenda-tenda pengungsian di pinggiran Kota Palu.

Bak masakan hotel bintang lima, untuk urusan rasa makanan, hasil makanan siap santap dari HFT – ACT tak perlu diragukan lagi. Hari pertama beraksi di Kota Palu, HFT – ACT singgah di tanah lapang tempat pembangunan Integrated Community Shelter (ICS) di Kelurahan Duyu, Kecamatan Palu Barat. Tujuan hadirnya HFT adalah menyediakan makanan gratis, lezat, dan tentunya bergizi. Lebih dari sepekan HFT beraksi di Kota Palu, selanjutnya berkeliling ke lokasi-lokasi pengungsian baik di Palu, Sigi, maupun Donggala.

 

Integrated Community Shelter/ICS

 

Serangkaian upaya terus dilakukan ACT 2018 silam dalam rangka pemulihan daerah terdampak bencana di Sulawesi Tengah.

Selain terus mendistribusikan sembako bagi penyitas di masing-masing posko wilayah, untuk membantu para penyintas bangkit dari trauma bencana, ACT juga mengawalinya dengan membangun tempat tinggal.

Kelurahan Duyu merupakan tahap awal dari pembangunan 1.000 unit hunian di Palu dan daerah terdampak bencana lainnya.

Di tahap awal, sekitar 300 unit hunian terpadu hingga kemudian melanjutkan langkah-langkah pembangunan di lokasi lainnya. Sebanyak 96 unit hunian tengah dibangun di Kelurahan Duyu, Kota Palu dan 160 unit di Desa Lero, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala.

Selain itu, 128 unit hunian juga dibangun di Desa Wani, Kecamatan Tanatovea, Kabupaten Donggala, dan 60 unit lainnya di Kelurahan Sibalaya Utara, Kabupaten Sigi. ICS dilengkapi sejumlah fasilitas umum seperti masjid, taman bermain anak, dapur umum, dan sarana mandi, cuci, kakus (MCK).

Hingga ICS yang telah dibangun oleh ACT berjumlah total 1.270 unit yang tersebar di Palu, Sigi, dan Donggala.

Tak hanya membangun Hunian Nyaman Terpadu atau Integrated Community Shelter (ICS), ACT juga mengiringi masa pemulihan Sulawesi Tengah dengan membangun Family Shelter. Hunian keluarga ini dibangun di atas tanah para penyintas, masing masing  sebanyak 10 unit di Kelurahan Layana Indah, Kecamaan Mantikulore, Kota Palu dan 10 unit lagi di Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi.

Masing-masing hunian dibangun dengan ukuran 3×6 meter. Dilengkapi dengan dua kamar tidur. Bangunan di tepi pantai tersebut bermodel panggung. Bahan yang digunakan merupakan papan tebal yang dapat bertahan lama. Diperkirakan bangunan dapat bertahan lebih dari lima tahun lamanya, bahkan lebih.MAN

Pos terkait