PALU, MERCUSUAR – Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah melaksanakan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Tingkat Sulawesi Tengah Tahun 2025 sebagai tindak lanjut dari program Revitalisasi Bahasa Daerah yang telah dilaksanakan di delapan kabupaten dan kota. Kegiatan Festival dibuka pada Kamis (6/11/2025) malam.
Festival yang mengangkat tema “Tutur Leluhur Bekal Masa Depan” ini diikuti oleh 96 siswa SD dan SMP serta 16 pendamping dari delapan daerah di Sulteng. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya pelestarian lima bahasa daerah, yakni Mori, Pamona, Saluan, Buol, dan Kaili.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulteng, Dr. Syarifuddin, M.Hum, mengatakan revitalisasi bahasa merupakan salah satu langkah nyata dalam melindungi bahasa Indonesia dan bahasa daerah.
“Revitalisasi bahasa adalah komitmen bersama semua pihak. Sulawesi Tengah memiliki jumlah bahasa daerah terbesar di wilayah Sulawesi,” ujarnya.
Menurutnya, terdapat sekitar 7.000 bahasa di dunia dan lebih dari 700 bahasa di Indonesia. Tantangan terbesar saat ini adalah benturan teknologi yang memengaruhi minat generasi muda dalam menggunakan bahasa daerah.
“Salah satu upaya yang kami lakukan adalah bekerja sama dengan sastrawan, guru, dan budayawan untuk membuat materi ajar yang akan disebarkan ke sekolah,” jelasnya.
Festival ini juga menjadi sarana pemantauan hasil revitalisasi serta ajang seleksi menuju FTBI tingkat nasional pada tahun 2026. Syarifuddin menambahkan, program revitalisasi tidak berhenti pada lima bahasa tersebut, tetapi akan terus dilanjutkan hingga tahun 2029 mencakup seluruh bahasa daerah di Sulawesi Tengah.
Sementara itu, Kepala Bidang Fasilitasi dan Advokasi Bahasa dan Sastra Kemendikdasmendik, Dr. Adi Budiwiyanto, S.Sos., M.Hum, menyampaikan bahwa banyak bahasa daerah menghadapi tantangan besar di era modern.
“Kami mendorong anak-anak untuk menggunakan bahasa ibu melalui kegiatan seperti dongeng dan puisi, agar mereka tertarik dan bangga menggunakan bahasa daerahnya,” katanya.
Ia menambahkan, sudah ada 111 bahasa daerah di Indonesia yang direvitalisasi. Komitmen Sulawesi Tengah dinilai kuat dengan pelaksanaan bimbingan teknis bagi guru dan siswa untuk lima bahasa daerah.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Sulawesi Tengah melalui Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tengah, Yudiawati V. Windarrusliana, SKM., M.Kes, menyampaikan apresiasi terhadap pelaksanaan festival tersebut.
“Bahasa ibu adalah identitas bangsa yang menyimpan kearifan lokal. Upaya revitalisasi merupakan langkah strategis untuk menumbuhkan rasa cinta generasi muda terhadap bahasa daerahnya,” katanya.
Ia menegaskan, di tengah kemajuan teknologi masih ada pihak yang peduli menjaga bahasa daerah. Melalui festival ini, anak-anak diharapkan bangga menggunakan bahasa daerah dan menghargai perbedaan bahasa yang ada di masyarakat.
Revitalisasi bahasa, lanjutnya, adalah tanggung jawab bersama seluruh elemen, termasuk pemerintah daerah. “Pemerintah berkomitmen menjaga bahasa daerah melalui kerja sama semua pihak. Hal ini juga sejalan dengan visi Gubernur Sulawesi Tengah dalam program 9 Berani,” tambahnya.TIN







