PALU, MERCUSUAR — Sebanyak lima kelompok teater dan seniman individu dari berbagai daerah di Indonesia akan tampil di panggung Gedung Kesenian Palu pada 6–8 Desember 2025. Kota Palu menjadi tuan rumah kedua dari empat kota penyelenggara Festival Teater Indonesia (FTI) 2025, sebuah gelaran seni nasional yang menghadirkan pertemuan antar komunitas teater, pertukaran gagasan, serta ruang ekspresi bagi pelaku seni pertunjukan. Selain pementasan utama, pengunjung juga dapat mengikuti beragam program pendukung seperti bincang karya, diskusi, jelajah panggung, lokakarya, dan Teras FTI yang melibatkan komunitas seni setempat.
FTI merupakan kolaborasi antara Titimangsa dan Perkumpulan Nasional Teater Indonesia (Penastri), dengan dukungan Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan RI. Penggagas FTI, Happy Salma, menyebut penyelenggaraan perdana festival ini sebagai momentum penting untuk memperkuat silaturahmi budaya dan membangun jejaring yang lebih luas. Ia berharap festival ini menjadi ruang untuk saling membuka diri, beradaptasi, dan menyatukan berbagai latar belakang melalui panggung teater.
Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra, menegaskan bahwa FTI selaras dengan agenda besar kementerian dalam penguatan ekosistem sastra dan Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya. Menurutnya, festival ini menjadi ruang strategis untuk mendorong alih wahana karya sastra ke panggung teater sekaligus membuka peluang bagi talenta baru untuk tampil di tingkat nasional dan internasional.
Penyelenggaraan FTI di Palu juga mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kota Palu dan Dewan Kesenian Kota Palu. Salah satu bentuk dukungan tersebut adalah percepatan penyelesaian Gedung Kesenian Palu yang digunakan untuk seluruh rangkaian kegiatan. Mewakili Wali Kota Palu, Sekretaris Kota Palu Irmayanti Pettalolo saat membuka FTI menyatakan bahwa menjadi tuan rumah bukan hanya sebuah kehormatan, tetapi juga pengakuan atas geliat budaya Kota Palu. Ia menambahkan bahwa kehadiran FTI menjadi peluang penting bagi seniman lokal untuk belajar, berjejaring, serta memperkenalkan budaya daerah kepada publik nasional.
Pada tahun perdananya, FTI mengusung tema “Sirkulasi Ilusi” yang menyoroti pertemuan antara realitas dan representasi dalam kehidupan kontemporer. Tema ini mendorong pergerakan gagasan, pertukaran medium, dan pembacaan kritis atas hubungan antara panggung dan realitas sosial. Sebelumnya, panitia FTI membuka Panggilan Terbuka pada 25 Agustus–19 September 2025 dan menjaring 213 pendaftar dari 95 kabupaten/kota di 25 provinsi. Dari jumlah tersebut, 16 kelompok teater dan seniman individu serta 4 kelompok undangan diumumkan sebagai peserta terpilih. Mereka akan mementaskan naskah adaptasi dari karya sastra Indonesia.
Direktur Artistik FTI, Sahlan Mujtaba, menjelaskan bahwa kurator menggunakan tiga prinsip dalam proses seleksi, yakni kekuatan konseptual, kesesuaian konteks dengan kota penyelenggara, dan keadilan representasi wilayah serta generasi. Ia berharap keberagaman gaya dan medium pertunjukan dapat memperkaya pengalaman penonton. Seluruh peserta mendapatkan pendanaan produksi dan pendampingan dari kurator. Tya Setyawati, salah satu kurator, menyebut bahwa pendekatan pendampingan dilakukan secara humanis agar seniman dapat menampilkan karya terbaiknya dengan kesiapan maksimal.
FTI juga memperkuat tradisi dokumentasi seni melalui program arsip, yakni pencatatan seluruh rangkaian kegiatan oleh penulis dan pengamat yang ditunjuk. Hasilnya akan diterbitkan dalam bentuk buku digital. Sahlan menilai dokumentasi ini penting, terutama karena ekosistem teater di banyak daerah, termasuk Palu, kaya tetapi kurang terdokumentasi, sehingga arsip menjadi sumber pembelajaran penting bagi generasi mendatang.
Pada setiap kota penyelenggara, FTI akan memberikan Penghargaan Atas Pengabdian kepada seniman yang telah berkarya lebih dari 25 tahun. Melalui usulan komunitas lokal, panitia menilai rekam jejak artistik, kontribusi sosial-budaya, dan dampak jangka panjang para tokoh tersebut. Happy Salma menyampaikan penghormatannya kepada para penerima penghargaan yang ia sebut sebagai teladan keteguhan dan dedikasi dalam seni pertunjukan.
Para kurator FTI berharap festival ini dapat menjadi pertemuan raya teater nasional yang hidup, tempat seniman dari berbagai wilayah saling melihat, mendengar, dan belajar satu sama lain. Pradetya Novitri dari tim penyelenggara menegaskan bahwa pertemuan ini diharapkan melahirkan kolaborasi baru serta memperkaya arah perkembangan teater Indonesia. Sementara itu, Mahendra menekankan bahwa FTI adalah titik temu nasional ekosistem teater yang mendorong regenerasi dan memperluas akses publik terhadap seni pertunjukan.
Happy Salma menutup dengan pesan bahwa dalam ketidakpastian hidup, seni memberikan harapan dan memperkuat daya cipta manusia. Penyelenggaraan FTI 2025 di Palu didukung oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu; Dinas Koperasi, UMKM dan Tenaga Kerja Kota Palu; Komunitas Seni Lobo; Dapur Boya; Maxim Rides & Delivery; Sutan Raja Villa Palu; Yudha Suara; SR Store; serta media mitra seperti Tempo, Cantika, UNFRMD, Akurat, Katadata, BTV, JakartaGlobe.id, Kapanlagi.com, Fimela, Liputan6, Radar Palu, Mercusuar, dan Sulteng Raya.TIN






