JAKARTA, MERCUSUAR- Innalillahi wainna ilahi rajiun. Indonesia berduka. Putra terbaik bangsa, Mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Rais Aam PBNU 1991-1992 KH Ali Yafie berpulang ke Rahmatullah pada hari Sabtu (25/2) malam.
Ulama kharismatik asal Donggala Sulawesi Tengah tersebut meninggal dunia di usia 96 tahun. Almarhum meninggalkan empat orang anak.
Sebelum meninggal, Kyai sepuh ini sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Premiere Bintaro, Tangerang Selatan, Banten.
Sebelumnya, Wapres RI Ma’ruf Amin sempat menjenguk Ali Yafie saat menjalani rawat intensif di rumah sakit.
“Saya menengok Almukaram Prof Kiai Haji Ali Yafie yang dalam kondisi sakit,” kata Ma’ruf dilansir Antara, Kamis (16/2).
Diketahui, kondisi KH Ali Yafie sempat menurun drastis pada Senin (13/2) karena ada masalah di paru-paru dan jantung.
“Beliau adalah senior saya, baik semasa saya di Nahdlatul Ulama sejak beliau menjadi Rais Aam saya ketika itu menjadi Katib Aam-nya. Kemudian Rais Aam diteruskan oleh Kiai Sahal Mahfudz dan saya melanjutkan, kemudian beliau maju di Majelis Ulama (Indonesia) sebagai ketua umum, dan saya masih berada di belakangnya ketua Majelis Ulama (Indonesia),” ucap Ma’ruf.
Selama ini, Ali Yafie sebagai tokoh Nahdlatul Ulama. Ia dilahirkan di Donggala, Sulawesi Tengah pada 1 September 1926.
Ali tercatat sebagai pengasuh Pondok Pesantren Darud Da’wah wal Irsyad, Parepare, Sulawesi Selatan yang didiirikan pada 1947. Ali sempat menjabat sebagai wakil Rais Aam PBNU pada Muktamar Krapyak 1989. Ia mendampingi Rais Aam PBNU KH Achmad Shiddiq.
Ketika Kiai Achmad Shiddiq wafat pada 1991, Ali Yafie lalu menjadi Penjabat (Pj) Rais ‘Aam hingga 1992.
Tak hanya itu, Ali juga tercatat sebagai Ketua Umum MUI masa jabatan 1990-2000 menggantikan KH Hasan Basri. Ali juga menjadi anggota dewan kehormatan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). TMU/CNN