PALU, MERCUSUAR – Pada periode April 2020, inflasi IHK gabungan Sulteng mencapai 0,24% (mtm) secara bulanan atau 2,32% (yoy) secara tahunan. Inflasi IHK gabungan Sulteng didapatkan dari hasil perhitungan inflasi IHK Kota Palu dan Kota Luwuk.
Kota Palu memiliki inflasi sebesar 0,17% (mtm) bila dihitung secara bulanan dan 1,71% (yoy) bila dilihat secara tahunan, sedangkan Kota Luwuk memiliki inflasi sebesar 0,54% (mtm) secara bulanan dan 4,96% (yoy) secara tahunan. Inflasi yang terjadi di Kota Palu pada periode ini lebih rendah dari rata-rata historisnya 8 tahun terakhir. Dengan demikian, secara tahunan dan akumulatif inflasi berada dibawah target sasaran yakni 3±1% (yoy).
Hal ini tidak terlepas dari upaya TPID untuk mengambil langkah-langkah antisipatif dalam menjaga kecukupan ketersediaan stok komoditas utama. Kemudian menjaga pola belanja bijak masyarakat serta mencegah penimbunan ataupun kecurangan yang dilakukan oleh oknum pada rantai pasok.
Ke depannya, Bank Indonesia dan pemerintah tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga sehingga inflasi terjaga dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada 2020.
Kepala BI Sulteng, Abdul Majid Ikram menjelaskan, inflasi tahunan pada April 2020 terutama didukung oleh kelompok inflasi administered price yang terjaga dan cenderung menurun. Kelompok komoditas administered price mengalami deflasi sebesar 2,19% (yoy) bila dihitung secara tahunan dan deflasi sebesar 0,54% (mtm) secara bulanan.
Hal ini didukung oleh salah satunya tarif transportasi khususnya tarif angkutan udara pada periode laporan tercatat menurun sebesar 23,07% (yoy) atau turun 4,49% (mtm). Penurunan disebabkan oleh menurunnya jumlah permintaan akibat pandemi COVID-19 dan mulai diberlakukannya physical distancingdi beberapa daerah di Indonesia.
Selain itu seiring dengan menurunnya harga minyak dunia, harga bensin dan solar mulai mengalami sedikit penurunan masing masing secara tahuann turun sebesar 0,33% (yoy) dan 0,53% (yoy), namun jika dilihat secara bulanan harga bensin dan solar cenderung tetap.
“Komoditas inflasi inti yang terjaga pada tingkat yang rendah juga memberikan andil pada rendahnya inflasi pada periode laporan. Tercatat inflasi inti pada April 2020 sebesar 0,07% (mtm) secara bulanan atau 2,51% (yoy) secara tahunan. Tekanan inflasi inti terutama datang dari komoditas emas perhiasan dan gula pasir,” jelasnya.
Semenjak pandemi COVID-19 merebak, permintaan terhadap emas sebagai salah satu safe heavencenderung meningkat di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan harga emas dunia cenderung naik sehingga membuat harga emas perhiasan ikut mengalami inflasi sebesar 35,34% (yoy) atau 8,73% (mtm). Gula pasir mengalami inflasi sebesar 29,57% (yoy) atau 11,62% (mtm) yang disebabkan oleh menurunnya produksi gula yang terjadi di seluruh Indonesia.
Keran impor telah dibuka untuk mengatasi permasalahan tersebut namun ketersediaan pasokan di Sulawesi Tengah sendiri masih terbatas Di sisi lain, terdapat pula komoditas inflasi inti yang menjadi penyumbang deflasi yaitu harga pulsa ponsel. Penurunan biaya pulsa ponsel sebesar 8,57% (yoy) atau turun 4,14% (mtm) terjadi karena berbagai penyedia jasa komunikasi yang memberikan promo ekstra kuota dan pulsa yang lebih besar semenjak COVID-19.
Inflasi pada periode laporan terutama disebabkan oleh meningkatnya tekanan inflasi komoditas volatile foods. Komoditas inflasi volatile food memberikan tekanan sebesar 1,62% (mtm) atau 6,05% (yoy) yang terutama disumbangkan oleh beras dan cabai rawit. Peningkatan harga beras sebesar 6,87% (yoy) atau 3,82% (mtm) terjadi akibat keterlambatan masa tanam/masa panen yang terutama terjadi di daerah Toili, Palolo dan Luwuk yang disebabkan oleh faktor musim hujan yang mengalami pergeseran.
Sementara itu, jika dilihat secara bulanan harga cabai rawit masih mengalami kenaikan sebesar 0,06% (mtm) karena sempat mengalami gagal panen di daerah Napu.
“Namun apabila dilihat secara tahunan harga cabai rawit masih cenderung turun sebesar 8,91% (yoy). Disamping itu terdapat beberapa jenis ikan laut yang mengalami penurunan harga secara bulanan seperti ikan selar -0,05% (mtm), lolosi -0,02% (mtm), dan katamba -0,02% (mtm). Penurunan harga ini terjadi karena permintaan dari masyarakat yang terjaga dengan disokong oleh ketersediaan pasokan di masyarakat,” katanya.
Menjelang Idul Fitri 1441 H terdapat beberapa komoditas yang perlu diperhatikan. Pada komoditas volatile food, ikan segar perlu dijaga pasokannya mengingat curah hujan yang cukup tinggi pada akhir April dan awal Mei 2020 dapat menyulitkan nelayan untuk berlayar dan memungkinkan pasokan ikan segar dapat berkurang. Selain itu daging sapi, daging ayam dan gula pasir juga dimungkinkan akan meningkat menjelang idul fitri seiring dengan meningkatnya konsumsi komoditas tersebut.
Untuk menanggulangi hal tersebut Bank Indonesia bersama TPID Sulawesi Tengah terus berkoordinasi dalam menjaga kestabilan harga di masyarakat.
Berikut ini beberapa upaya TPID dalam menjaga kestabilan harga di Sulteng di antaranya mengantisipasi lonjakan harga gula TPID Sulteng melalui Disperindag Sulteng melakukan operasi pasar sejumlah 12 ton gula pasir selama 6 hari.
Menyelenggarakan pasar murah mobile pada tanggal 20-21 April 2020 diberbagai kecamatan di Palu. Hal ini juga direncanakan akan dilakukan kembali menjelang Hari Raya Idul Fitri, bersama satgas pangan melakukan sidak pada pasar primer dan distributor utama bahan pokok di Palu. Melakukan pembatasan maksimal jumlah pembelian pada berbagai produk tertentu di ritel modern dan melakukan komunikasi kepada masyarakat untuk terus menerapkan belanja secara bijak.RES