INDONESIAN Palm Oil Conference (IPOC) tahun ini bakal digelar 1-2 Desember nanti. Meski secara virtual, pesertanya bisa mencapai 1.000 orang lebih dari 30 negara. IPOC kali ini mengusung tema “Role of Palm Oil Industry towards Sustained Economic Recovery.”
Sebelum Covid-19, IPOC setiap tahunnya digelar di Bali pada awal November. Sejak Covid-19, kegiatn para pengusaha kelapa sawit dunia itu dilakukan secara virtual.
Hal itu dikemukakan Ketua Panitia IPOC, Mona Surya dalam jumpa pers secara virtual, Rabu (17/11) siang. Hadir Ketua dan Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Djoko Supriyono dan Kanya Lakshmi Sidarta dipandu Tofan Mahdi.
Menurut Mona Surya, industri sawit kembali memasuki masa keemasan di tahun 2021. Harga CPO global mencapai harga tertinggi dalam sejarah perdagangan minyak sawit dunia. Sepanjang 2021, harga rata – rata CPO di atas US$ 1.000 per metrik ton, bahkan mencapai puncak tertinggi yaitu US$ 1.390 per metrik ton pada Oktober lalu.
Dijelaskan, sebagai negara produsen utama kelapa sawit di dunia, kenaikan harga ini memberikan dampak positif pada peningkatan pendapatan petani serta menjaga neraca perdagangan Indonesia tetap positif di tengah pandemi Covid -19 yang mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
“Bagaimana peran industri kelapa sawit dalam menyelamatkan perekonomian Indonesia di tengah pandemic covid-19 ini? GAPKI akan membahasnya dalam acara tahunan 17th Indonesian Palm Oil Conference and 2022 Price Outlook 1-2 Desember 2021 secara virtual, dengan mengusung tema Role of Palm Oil Industry towards Sustained Economic Recovery,” katanya.
Menurutnya, saat ini harga sawit masih terus melejit karena produksi di negara produsen yang sedang menurun, disamping produksi minyak nabati lainnya yang juga mengalami pelambatan. Situasi ini tentu saja akan berubah jika produksi tinggi dan demand yang menurun, jika terjadi berkepanjangan maka harga akan kembali turun karena stok yang melimpah. Untuk itu, diperlukan strategi yang tepat untuk menjaga kestabilan harga dan daya saing dalam situasi ini.
Untuk itu, IPOC tahun ini akan membahas secara komprehesif mengenai strategi pemulihan ekonomi berkelanjutan kaitannya dengan peranan kelapa sawit.
Secara global, pemerintah di berbagai negara tengah melakukan berbagai strategi dalam upaya pemulihan ekonomi sebagai dampak dari pandemi Covid-19, termasuk Indonesia. Bagi dunia industri, kebijakan pemerintah tentunya menjadi dasar dalam menentukan strategi bisnis perusahaan ke depan.
IPOC tahun ini secara khusus mengundang beberapa Menteri terkait untuk memberikan pandangan dan informasi terkait strategi pemerintah dalam hal memulihkan perekonomian yang berkelanjutan. Selain itu akan dibahas pula peluang pasar minyak sawit dunia di beberapa negara tujuan utama ekspor, supply and demand minyak nabati dunia, tren pasar global, dan proyeksi harga minyak sawit untuk tahun berikutnya.
Disebutkan, Presiden Joko Widodo dijadwalkan akan memberikan sambutan khusus di awal acara, dilanjutkan keynote speech dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI yang sekaligus membuka acara IPOC 2021 secara resmi.
“Untuk mendapatkan insights strategi pemerintah Indonesia dalam rangka pemulihan ekonomi yang berkelanjutan, kami mendedikasikan satu sesi khusus untuk para menteri terkait seperti Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Kesehatan untuk memberikan special address,” katanya.
Sudah menjadi tradisi bagi IPOC menghadirkan pembicara-pembicara ahli sawit senior dunia untuk menguak tren harga dan isu global yang mempengaruhinya. Turut hadir sebagai pembicara, seperti Dorab Mistry (Godrej International Ltd), James Fry (LMC International) dan Thomas Mielke (Oil World).
IPOC merupakan wadah para pelaku bisnis dan pemangku kepentingan (stakeholders), pemilik, CEO dan eksekutif, dan para pengambil kebijakan baik tingkat nasional maupun internasional serta stakeholder lainnya. Secara, bersama-sama membahas isu-isu strategis di seputar industri kelapa sawit dari hulu sampai ke hilir.
IPOC juga merupakan media bagi para pelaku usaha untuk memperluas jaringan usahanya baik melalui program sponsorship maupun jaringan komunikasi virtual yang disediakan panitia.
Animo masyarakat baik dari Indonesia maupun luar negeri akan konferensi ini selalu meningkat setiap tahunnya. Tahun lalu penyelenggaraan konferensi ini secara virtual untuk pertama kalinya tetap mendapatkan animo yang tinggi dengan dihadiri lebih dari 1.100 peserta dari 30 negara. Tahun ini penyelenggaraan kedua secara virtual, dipredikasi peserta akan meningkat dari tahun lalu.
“Saat ini kuota tempat duduk telah mencapai hampir 900 peserta, ini menunjukkan animo masyarakat tetap tinggi. Kami memprediksi peserta biasa mencapai 1.200 peserta,” kata Mona Surya.TASMAN BANTO