Keajaiban Pertumbuhan Ekonomi di Sekitar Kawasan IMIP 

SEPERTI ada keajaiban melihat perkembangan masyarakat di sekitar kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Perkembangan yang sangat nyata adalah begitu cepat menggeliatnya pertumbuhan ekonomi di Bahodopi dan sekitarnya.

Puluhan ribu karyawan tinggal di luar kawasan, yaitu di Bahodopi. Kebutuhan keseharian karyawan itu, mulai indekos, makan, laundry, dan sebagainya menjadi peluang usaha masyarakat setempat. Tidaklah heran, tingkat konsumsi warga di Bahodopi sekitar kawasan IMIP terbilang tinggi. Peredaran uang dari transaksi ekonomi yang tinggi di Bahodopi menandakan pertumbuhan ekonomi di area tersebut berlangsung cepat.

Ini boleh dibilang suatu keajaiban. Diperkirakan perputaran uang setiap bulan di sekitar kawasan itu Rp 338 miliar. Tetapi Direktur Operasi PT IMIP, Irsan Wijaya malahan memperkirakan melebihi dari angka itu.

“Saya kira lebih dari Rp 338 miliar setiap bulannya. Kita bisa lihat bagaimana keseharian masyarakat menawarkan berbagai jenis kebutuhan warga, terutama kebutuhan puluhan ribu para pekerja di kawasan IMIP,” katanya.

Irsan Wijaya mengemukakan hal itu saat bercakap dengan Mercusuar saat 17 wartawan peserta tour ke IMIP dijamu makan malam di Tsingshan Wisma IMIP, Minggu (6/7/2025). Hadir pula Communications Director PT IMIP, Emilia Bassar, Media Relations Head PT IMIP, Dedy Kurniawan, dan lainnya.

Sebanyak 17 wartawan dari Palu diundang PT IMIP melakukan tour bertema Menjejak industri, merajut narasi berkualitas. Wartawan diajak keliling kawasan empat hari sejak 6-9 Juli 2025.

Irsan Wijaya sangat bersyukur, kehadiran IMIP di Desa Fatufia, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali itu berdampak sangat positif kepada masyarakat. Meski tidak bekerja di IMIP, mereka punya penghasilan tetap setiap bulannya.

Kawasan IMIP kini seluas 4.000 hektar dan masih akan dikembangkan lagi menjadi 6.000 hektar. Karyawan yang bekerja di dalam kawasan nonstop satu kali 24 jam sebanyak 85.000 orang.

Data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Bahodopi pada 2022 adalah sekitar 50.000 jiwa. Sementara, jumlah orang yang bekerja di kawasan IMIP saat ini sudah melampaui jumlah penduduk Bahodopi.

Jumlah tadi adalah gabungan antara karyawan pabrik dan kontraktor serta pemasok yang datang dan pergi. Dari jumlah pekerja sekarang sekitar 10 persennya adalah tenaga kerja asing (TKA) asal China. Sisanya adalah tenaga kerja Indonesia, mayoritas putra daerah dari Sulawesi.

Geliat Ekonomi

Sementara Communications Director PT IMIP, Emilia Bassar yang selalu mendampingi wartawan selama tour juga mengatakan, kehadiran dari kawasan industri tersebut memang mampu menggeliatkan ekonomi masyarakat sekitar. Geliat ekonomi baru muncul tidak terlepas dari eksplorasi mineral nikel yang terjadi di kawasan tersebut.

“Kawasan industri Morowali telah dicanangkan sebagai area industri semenjak dilakukan eksplorasi mineral nikel, hingga berkembangnya perusahaan di kawasan IMIP. Secara khusus Kecamatan Bahodopi sebagai wilayah lokasi pengembangan kawasan IMIP telah bertransformasi menjadi daerah industri nikel,” kata Emillia yang ikut mendampingi para wartawan peserta tur selama berada di kawasan IMIP.

“Transformasi ini berdampak pada banyaknya pendatang yang beradu nasib di Bahodopi. Hal ini berdampak juga peningkatan jumlah penduduk di Bahodopi sekitar lima tahun belakangan atau sejak 2019,” katanya.

Dilihat dari aspek serapan tenaga kerja, dia mengatakan, kawasan IMIP telah menghidupi lebih dari 85.000 pekerja yang berasal dari Indonesia. 

“Sampai sekarang kawasan IMIP memiliki 30 tenant (perusahaan penyewa di kawasan IMIP) yang sudah produksi. Para tenant berasal dari China, Indonesia, Jepang, Australia, dan terakhir India,” tuturnya.

Tingginya serapan tenaga kerja itulah menurutnya, membuat keajaiban tadi, perekonomian di sekitar kawasan juga ikut mengalami pertumbuhan yang cepat.

Hal itu terlihat dari menjamurnya sejumlah indekos, pasar, kafe, dan minimarket. Sejumlah kantor cabang perbankan nasional pun hadir di area Kecamatan Bahodopi.

“Tidak hanya itu, peningkatan jumlah usaha di Kecamatan Bahodopi mengalami peningkatan drastis dari tahun ke tahun. Lambat laun bermacam lini usaha bertumbuh di area ini, baik waralaba minimarket ataupun lini wirausaha yang dijalankan oleh masyarakat setempat,” ungkapnya.

Selain penyerapan tenaga kerja cenderung meningkat, dari sisi investasi nilainya dari tahun ke tahun pun mengalami hal serupa. Nilai investasi di kawasan IMIP terus menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. Dari tahun 2015 hingga 2022, akumulasi investasi mencapai 20,9 miliar dolar AS.

Angka ini terus bertambah, dan hingga Mei 2024, total nilai investasi di kawasan IMIP telah mencapai 31,68 miliar dolar AS. Sekarang sudah mencapai 34,3 miliar dolar AS.

Dengan nilai investasi tersebut, di daerah ini berhasil menggerakkan perekonomian beserta sejumlah fasilitas publik, seperti layanan kesehatan hingga pasar.

Di sisi lain, kehadiran kawasan industri IMIP membantu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Morowali dari sebelumnya Rp 181,232 miliar di tahun 2018 lalu realisasinya menjadi sebesar Rp 586,164 miliar pada 2023. Adapun data terbaru realisasi PAD Morowali per Juni 2024 sebesar Rp 346,381 miliar dengan target Rp 627,115 miliar di akhir tahun 2024.

Emilia mengatakan, IMIP bakal terus berupaya agar tren kenaikan investasi bisa terus dipertahankan atau bahkan bertumbuh. Sejumlah strategi pun dilakukan, salah satunya dengan berbagai upaya peningkatan pelayanan kepada tenant.

Tak hanya itu, dana investasi yang terkumpul pun dimanfaatkan untuk sejumlah pembangunan infrastruktur, sarana, dan prasarana penunjang kawasan seperti saluran air, jembatan, dan sebagainya.

“IMIP berfokus pada peningkatan pelayanan, termasuk membangun dan mengembangkan fasilitas yang terintegrasi demi memudahkan operasional di Kawasan Industri. Diharapkan hal ini akan terus mendorong pertumbuhan investasi di Kawasan IMIP,” jelasnya.

Peluang Berusaha

Menariknya, dampak kehadiran IMIP pun dirasakan oleh warga yang tinggal di lingkar industri smelter IMIP. Seorang warga sekitar kawasan industri IMIP, Munira, mengungkapkan, kehadiran IMIP berpengaruh positif bagi warga seperti dirinya.

Menurutnya, tingginya serapan tenaga kerja di kawasan tersebut menghadirkan peluang tersendiri bagi warga untuk menjalankan usaha. Mulai dari usaha rumah makan hingga indekos pun banyak dilakoni oleh warga sekitar.

“Di depan rumah saja disewakan. Biar kata kita punya kamar (kosong) di dalam rumah disewakan juga. Tetangga saya punya nasib yang sama. Bahkan orang yang tidak bekerja saja bias mengembangkan usaha. Buka-buka rumah makan nasi kuning saja sudah bisa dapat untung jutaan. Bersyukur karena ada IMIP,” ungkapnya.

Hal itulah yang mendorong Munira untuk membuka usaha indekos sebanyak delapan kamar. Menurutnya, mayoritas yang menyewa kamar indekos adalah para pekerja di kawasan industry IMIP.

“Sebulan (penghasilan indekos) rata-rata Rp 7 juta sebulan, setahun sekitar Rp 84 juta. Makanya harus ada IMIP seterusnya, karena kalau tidak ada IMIP siapa yang mau isi kamar kos,” katanya.

Kehadiran kawasan industri juga berefek domino pada lini UMKM yang bertumbuh-kembang dari segi jumlah maupun jenisnya. Data Usaha Bahodopi yang diperoleh dari riset mandiri PT IMIP yang dilakukan oleh tim Research and Branding PT IMIP mencatat, jumlah UMKM di Kecamatan Bahodopi per Maret 2025 ada 7.643 unit, naik 4,1% dibandingkan setahun sebelumnya, 7.318 unit.

Dari 7.643 unit usaha tersebut, UMKM di Kecamatan Bahodopi menyerap sebanyak 16.705 orang tenaga kerja. 

Pertumbuhan ekonomi di Bahodopi tak dapat dipungkiri juga mendorong perkembangan kualitas hidup warganya. Data BI Provinsi Sulteng juga menyatakan, skor indeks pembangunan manusia (IPM) secara keseluruhan di Morowali meningkat dari 73,39 pada 2022 menjadi 74,36 pada 2024.

Dengan poin IPM ini, IPM Morowali menjadikan yang tertinggi kedua di antara kabupaten dan kota lain di Sulteng. Sementara tingkat kemiskinan terus menurun dari 12,58% menjadi 11,55%, lalu tingkat pengangguran terbuka cenderung menurun dan menyentuh angka 2,84%. 

Kondisi ini diprediksi akan terus berlangsung dalam beberapa tahun ke depan, seiring laju bisnis yang ditopang oleh kawasan industri IMIP. 

Tidak pernah bermimpi, kini kawasan itu bukan lagi Bahodopi yang dulu. Sejak beroperasi, IMIP terus berkembang dan meraksasa sedemikian rupa. Keajaiban-keajaiban perkembangan kawasan terus berjalan hingga saat ini seolah tanpa henti.***

Pos terkait