Kelompok MIT Terdesak dan Kelaparan

korem
PALU, MERCUSUAR – Sudah dua bulan lebih sejak peristiwa memilukan di Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, terjadi. Pada 27 November 2020 lalu, kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Ali Kalora melakukan pembunuhan terhadap warga setempat. Kelompok itu, saat ini tersisa 11 orang.
Ruang gerak mereka pun kian dipersempit oleh Satuan Tugas (Satgas) Madago Raya (nama baru Operasi Tinombala). Satgas terus melakukan pengejaran terhadap kelompok yang masuk daftar pencarian orang (DPO) itu.
Menurut Komandan Korem (Danrem) 132 Tadulako Brigjen TNI Farid Makruf, kelompok MIT sudah terdesak. Mereka pun mulai kekurangan logistik. “Sebenarnya DPO ini sudah dalam kondisi terdesak. Mereka juga kelaparan. Semua perlengkapan berhasil kita amankan dua minggu lalu di Tauca, Poso Pesisir Selatan. Jadi mereka sekarang sangat kekurangan logistik dan perlengkapan,” jelasnya saat dihubungi ewat pesan WhatsApp, Jumat (19/2).
Ia membeberkan pasukan gabungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia ( Polri) sempat menyergap mereka. Akan tetapi mereka melarikan diri.
“Kelompok ini sempat disergap oleh pasukan TNI Polri, tapi berhasil melarikan diri. Mereka disergap saat sedang beristirahat di salah satu kebun masyarakat yang tidak jauh dari permukiman penduduk. Sejumlah barang diamankan dari penyergapan itu berupa ransel, pakaian, makanan, perlengkapan tidur, solar cell, peluru, dan lain-lain,” ujar Farid.
Ia mengakui dalam operasi ini Satgas Madago Raya mengalami kesulitan lantaran luasnya medan operasi.
Tim melakukan pencarian di Poso, Parigi Moutong, Donggala, dan Palu.
Di sisi lain, kelompok Mujahidin Indonesia Timur mengenal medan tersebut, sehingga membantu mereka untuk bersembunyi.
“Tapi, kita punya taktik untuk bisa menemukan dan menyergap mereka, tinggal tunggu waktu saja,” ucapnya.KPC

Pos terkait