PALU, MERCUSUAR – Pengalaman terdampak hebat pada bencana gempa,tsunami, dan likuefaksi pada September 2018 telah melahirkan kesadaran baru akan pentingnya pengetahuan dan keterampilan kesiapsiagaan bencana bagi warga di Desa Enu, Kecamatan. Sindue, KabupatenDonggala.
Diana Mariana Lumban Tobing dari Persekutuan Pelayanan Kristen untuk kesehatan di Indonesia (Pelkesi) menjelaskan, sejak warga desa itu bermitra dengan Pelkesi, Oktober 2018, warga di desa itu bersama pemerintah setempat telah mengusulkan support peningkatan kapasitas untuk mengurangi risiko bencana pada lembaga layanan kesehatan primer itu.
Pada November 2019, pemerintah desa bersama masyarakat didukung Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Donggala, Kelompok Siaga Bencana (KSB) pun dibentuk.
Ketua KSB Desa Enu, Rizal menjelaskan, anggota KSB di desa itu terdiri dari unsur kader kesehatan desa, para kepala dusun, dan pemuda desa.
Seperti dalam Perka BNPB No 1 Tahun 2012, upaya peningkatan kesiapsiagaan bencana bagi warga desa harus dilakukan dengan rutin dan berkesinambungan. Itulah sebabnya Pelkesi melakukan kegiatan sosialisasi kesiapsiagaan bencana desa untuk Tingkat RT/RW di Desa Enu, 9 September 2020.
Sosialisasi itu dibuka Kepala Desa Enu, Muchlis didampingi Kepala Seksi Pemerintahan Desa Enu, Suardin. Muchlis mendukung program bersama Pelkesi itu untuk peningkatan kapasitas warga.
Moh. Rizal menilai pentingnya simulasi rutin bagi KSB bersama warga untuk bias menguasai teknik dan keterampilan evakuasi bagi seluruh warga untuk pengurangan risiko bencana. “Infrastruktur yang memadai seperti posko, peralatan dan perlengkapan, jalur evakuasi sangat penting. Simulasi rutin menurut peraturan BNPB yaitu satu kali per enam bulan juga mesti jadi perhatian bersama agar masyarakat beradaptasi dengan semua infrastruktur kesiapsiagaan seperti jalur evakuasi yang sudah kita pasang bersama-sama dengan tim Pelkesi,” katanya.
Bayi Kurang Gizi
Sementara anggota KSB, Maslia mengatakan, bencana bukan hanya bencana alam dan wabah pandemi seperti Covid-19, tetapi juga ancaman bayi kurang gizi. Bila di sebuah desa hal itu tidak mendapatkan perhatian, berpeluang menimbulkan bencana sosial di masa datang.
Karenanya menurutnya perlu dicegah melalui pengadaan makanan tambahan bagi bayi dan balita. Makanan tambahan berbahan local memastikan para bayi dan balita akan tetap menerima haknya di masa sulit sekalipun karena para kader kesehatan di desa sudah banyak dilatih oleh lembaga-lembaga non pemerintah sejak 2019.
“Kami memohon agar pemerintah desa memberikan perhatian pada isu ini demi generasi Enu yang sehat dan cerdas,” kata Maslia sekaligus coordinator lapangan Pelkesi di Desa Enu.
Moh. Rizal menilai pentingnya simulasi rutin bagi KSB bersama warga untuk bias menguasai teknik dan keterampilan evakuasi bagi seluruh warga untuk pengurangan risiko bencana. “Infrastruktur yang memadai seperti posko, peralatan dan perlengkapan, jalur evakuasi sangat penting. Simulasi rutin menurut peraturan BNPB yaitu satu kali per enam bulan juga mesti jadi perhatian bersama agar masyarakat beradaptasi dengan semua infrastruktur kesiapsiagaan seperti jalur evakuasi yang sudah kita pasang bersama-sama dengan tim Pelkesi,” katanya.MAN