PARIGI, MERCUSUAR – Kelompok tani di Desa Pombalowo, Kecamatan Moutong, Kabupaten Parigi Moutong (Parmout), berharap peran aktif pemerintah dalam memulihkan dan meningkatkan sektor pertanian di wilayah mereka. Hal ini mendesak dilakukan karena puluhan hektar sawah di desa tersebut tidak lagi produktif akibat dampak aktivitas tambang emas ilegal di hulu Sungai Air Panas-Olaya, Desa Kayuboko.
“Air irigasi yang seharusnya menjadi sumber penghidupan pertanian kini tercemar lumpur pekat. Sawah kami tidak bisa digarap lebih dari satu tahun,” ungkap salah satu petani Desa Pombalowo, Sabtu (26/7/2025).
Debit air dari sungai terus menurun karena tertutup endapan lumpur hasil aktivitas tambang ilegal. Akibatnya, jaringan irigasi tidak mampu mengairi seluruh lahan, termasuk sekitar 50 hektar sawah milik tiga kelompok tani di desa tersebut.
Program peningkatan ketahanan pangan sejatinya telah mendapat dukungan Dinas Pertanian Kabupaten Parimo dan Pemerintah Desa Pombalowo, di antaranya melalui bantuan pembuatan sumur bor untuk mendukung aktivitas pertanian. Namun, upaya ini dinilai belum cukup untuk memulihkan lahan yang rusak.
Satu-satunya solusi untuk mengembalikan produktivitas sawah adalah menghentikan pencemaran dan mengembalikan fungsi Sungai Air Panas-Olaya.
“Selama tambang emas ilegal itu masih beroperasi, harapan kami untuk kembali mengolah sawah tetap sulit terwujud,” tambah petani lainnya.
Warga Desa Pombalowo yang mayoritas bergantung pada pertanian kini mendesak pemerintah daerah (Pemda) dan DPRD Parimo untuk turun tangan mencari solusi atas persoalan ini. Mereka berharap lahan sawah dapat segera dipulihkan agar perekonomian desa tidak semakin terpuruk.