JAKARTA, MERCUSUAR – Jajaran Komando Operasi Gabungan Khusus TNI siap membantu polisi untuk memburu teroris dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
“Kami memastikan siap memback-up untuk melaksanakan penumpasan kelompok teroris,” ujar Panglima Komando Operasi Gabungan Khusus TNI, Mayor Jenderal TNI Richard Tampubolon, saat dikonfirmasi di Jakarta, Senin (26/4).
Komando Operasi Gabungan Khusus TNI bagian dari Komando Operasi Khusus TNI yang ditugaskan untuk memburu teroris di Poso.
Pada Sabtu (24/4) lalu, Panglima Kostrad, Letnan Jenderal TNI Eko Margiyono, datang ke Markas Komando Operasi Gabungan Khusus TNI di Poso, Sulawesi Tengah.
Kunjungan Margiyono ke Poso untuk memberikan dukungan moril kepada prajurit Kostrad yang sedang bertugas di daerah Poso di sekitarnya.
Dalam kesempatan itu, dia juga berdiskusi dengan Tampubolon mengenai perkembangan situasi terkini di wilayah operasi Poso serta tentang hal menonjol pelaksanaan operasi yang tergelar di Poso.
“Kunjungan Pangkostrad ke Poso, tentunya akan semakin menambah motivasi dan semangat prajurit untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dari komando atas di tengah suasana bulan suci Ramadhan,” kata dia.
Diskusi antara keduanya yang sama-sama yang pernah berdinas di Komando Pasukan Khusus TNI AU itu juga diselingi berbuka puasa bersama.
Tampubolon pun menegaskan, tim Komando Operasi Gabungan Khusus TNI bersama Satgas Madago Raya akan tetap menjalankan tugas sebaik mungkin.
“Meskipun sebagian besar prajurit sedang melaksanakan ibadah puasa namun kami tetap fokus serta gigih dalam menjalankan tugas negara,” ucap jenderal bintang dua ini.
Tim Komando Operasi Gabungan Khusus TNI sudah melakukan operasi senyap di Poso sejak beberapa bulan terakhir. Mereka membantu Satuan Kostrad Yonif Para Raider 502/Ujwala Yudha yang tergabung dalam Satgas Madago Raya.
Untuk diketahui, keterlibatan Komando Operasi Gabungan Khusus TNI di Satgas Madago Raya telah berlangsung beberapa waktu. Mereka juga terlibat dalam kontak tembak di Pegunungan Andole, Desa Tambarana, Poso Pesisir Utara, pada Senin lalu (1/3), yang menewaskan dua orang dari kelompok MIT.
“Kemarin memang sempat ada kontak (tembak). Doakan saja agar operasi berjalan lancar,” kata Mayjen Richard dalam konfirmasinya.
Namun Tampubolon tak menjelaskan secara rinci mengenai operasi namun menegaskan mereka terus memburu kelompok teroris yang meresahkan masyarakat. “Mohon doanya saja. Yang pasti, kita kejar terus kelompok teroris yang mengganggu keamanan negara,” tuturnya.
Baku tembak antara Satgas Madago Raya dan MIT terjadi di Pegunungan Andole, Desa Tambarana, Poso Pesisir Utara, pada Senin (1/3), sekitar pukul 16.30 WITA. Dalam peristiwa itu, dua anggota MIT dan satu personel TNI gugur.
Selain dua orang tewas, diduga satu anggota MIT terluka tembak. Diduga anggota MIT yang terluka ialah Ali Kalora yang menjadi pimpinan dalam kelompok terduga teroris tersebut. Ia berhasil melarikan diri ke hutan dan saat ini aparat masih terus melakukan pengejaran.
Adapun dua anggota MIT yang tewas adalah Haerul alias Irul dan Samir alias Alfin yang berasal dari Banten. Irul diketahui merupakan menantu dari eks pimpinan MIT, Santoso. Dua anggota MIT yang tewas tersebut masuk dalam daftar pencarian orang.
Sementara itu, personel TNI yang gugur dalam kontak senjata adalah Prajurit Kepala Dedi Irawan, salah satu personel dari tim Komando Operasi Gabungan Khusus TNI.
“Kami akan buru kelompok teroris sampai mana juga. Saya pastikan pengorbanan semua prajurit tidak sia-sia,” kata Tampubolon.
Seorang polisijuga tewas dalam kontak senjata lanjutan pada Rabu (3/3). Ia pun mengingatkan para simpatisan MIT untuk kembali ke jalur NKRI.
“Jangan lagi ada yang memberikan dukungan kepada kelompok teroris ini. Ingatlah kekerasan yang dilakukan mereka pada masyarakat, termasuk yang menewaskan satu keluarga di Sigi beberapa waktu lalu. TNI tidak akan membiarkan aksi terorisme mengancam kehidupan masyarakat,” kata dia.ANT