PALU, MERCUSUAR – Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan berkesempatan berkunjung ke kantor Harian Mercusuar, di sela-sela kunjungannya ke Kota Palu, Jumat (25/11/2022).
Dalam kunjungan tersebut, Anies diterima Pemimpin Redaksi Harian Mercusuar, Tasman Banto, bersama sejumlah awak redaksi dan karyawan harian Mercusuar dan harian Sulteng Raya (Trimedia Grup).
Anies memuji Harian Mercusuar, sebagai media cetak yang telah mampu bertahan selama 60 tahun dan terus eksis hingga saat ini, di tengah gempuran perkembangan teknologi dan kehadiran media berbasis daring.
Secara khusus, Anies yang juga merupakan Bakal Calon Presiden dari Partai Nasdem, meminta kepada Mercusuar dan media massa lainnya, untuk membantu agar masyarakat tidak mendapatkan berita bohong (hoaks) dalam penilaian terhadap dirinya.
“Saya tidak minta dibantu untuk masyarakat memilih saya. Tapi saya minta dibantu agar masyarakat tidak mendapatkan hoaks dalam menilai saya. Saya minta dibantu, agar masyarakat mendapatkan kenyataan dalam menilai saya, tidak lebih dari itu. Saya mengundang teman-teman, untuk membantu menilai mengapa ada yang terus menerus membicarakan tentang persepsi, di saat saya sudah ada kenyataan,” kata Anies.
Menurutnya, selama ini persepsi yang terus dimainkan oleh sejumlah pihak, tidak pernah berubah sejak masa Pilkada DKI Jakarta tahun 2019 lalu. Sejak itu, Anies diberi label sebagai tokoh yang intoleran, diskriminatif, tidak menjunjung kebhinekaan, serta membawa ide-ide radikal.
Namun, bagi Anie, persepsi-persepsi tersebut harus dijawab dengan rekam jejak atau karya nyata. Sehingga, bagi dia, saat ini yang lebih penting adalah mengembangkan pertanyaan-pertanyaan seputar bagaimana kenyataan memberikan bukti terhadap persepsi tersebut.
“Seharusnya pertanyaannya berkembang, ada tidak yang dituduhkan itu terbukti. Saat ini masih ada persepsi, padahal kita sudah di tahun 2022 yang sudah ada kenyataan. Saya mengajak kepada siapapun yang bertanya untuk melihat kenyataannya. Kalau kenyataannya itu sebaliknya, maka persepsinya harus dikoreksi. Tapi kalau kenyataannya sesuai, berarti itu terbukti. Di Jakarta saat ini boleh dicek, apakah ada kebijakan 5 tahun ini yang intoleran, apakah ada yang tidak mencerminkan rasa hormat kepada kebhinekaan, apakah ada yang diskriminatif pada minoritas,” tuturnya. IEA