GUBERNUR Sulawesi Tengah, Longki Djanggola mengucapkan turut berduka cita yang mendalam atas meninggalnya mantan Gubernur Sulawesi Tengah, Mayjen TNI (Purn) Albertus Maruli Tambunan. Ia menilai selama lima tahun menjadi gubernur ke-3 di Sulteng, Tambunan berhasil meletakkan dasar pembangunan di provinsi termuda di Sulawesi saat itu.
“Gubernur Sulawesi Tengah, A.M. Tambunan berhasil membangun infrastruktur sampai akhir masa jabatannya,” kata Longki dalam percakapannya dengan Mercusuar di Warkop Sudimari di Jalan Masjid Raya, Sabtu (4/5).
Longki bersama rekan-rekan sekelompok sepedanya mampir mengopi setelah bersepeda menempuh jarah 15 kilometer lebih pagi itu.
Mengenang Tambunan yang menjadi Gubernur Sulteng sejak April 1973 sampai dengan 28 September 1978, Longki punya cerita. Cerita itu ketika ia masih menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia di Jakarta.
Selain menjadi Wakil Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) FMIPA UI, Longki juga menjadi Ketua Generasi Muda Sulawesi Tengah (GMST) di Jakarta.
Saat itulah GMST berjuang dan mendesak pemerintah pusat agar kader putra daerah sudah saatnya diberi kesempatan menjadi gubernur. Ia berjuang bersama mahasiswa asal Sulteng.
“Saya malahan sempat diancam mau ditembak di asrama di Jakarta. Saya menjelaskan kepada keluarga A.M. Tambunan bahwa kami generasi mudan dan mahasiswa bukan berarti tidak suka sama beliau. Tetapi waktu itu sudah ada kader putra daerah yang mampu untuk menjadi gubernur,” cerita Longki.
Waktu itu mahasiswa asal Sulawesi Tengah kompak berjuang. Ada Arus Abdul Karim di Makassar, ada Mulhanan Tombolotutu di Jakarta, dan lainnya. Mahasiswa mendesak pemerintah pusat agar memberi kesempatan putra daerah untuk menjadi gubernur.
Setelah Tambunan selesai memimpin, digantikan lagi oleh Moenafri. Ia memimpin Sulteng hanya sekitar setahun, dari 28 September 1978 sampai dengan 22 Oktober 1979.
Ia digantikan Eddy Djadjang Djajaadya. Namun Eddy Djadjang juga hanya memimpin sekitar setahun, dari 22 oktober 1979 sampai dengan 22 Oktober 1980.
Setelah itu pemerintah pusat lagi menunjuk Eddy Sabara untuk menjadi Gubernur Sulteng. Eddy Sabara pun hanya memimpin Sulteng dari November 1980 sampai dengan Februari 1981.
Meski Eddy Sabara memimpin cuklup singkat, tetapi mantan Gubernur Sulawesi Tenggara itulah yang mempersiapkan putra daerah pertama untuk menjadi Gubernur Sulawesi Tengah, yaitu Galib Lasahido.
“Jadi cukup panjang juga perjuangan generasi muda dan mahasiswa asal Sulawesi Tengah untuk meminta kepada pemerintah pusat agar putra daerah ini diberi kesempatan menjadi gubernur,” kata Longki.
Setelah Galib memimpin satu periode, digantikan Abdul Aziz Lamadjido dua periode. Setelah itu mantan Bupati Donggala, HB Paliudju menggantikan Aziz Lamadjido.
Kemudian Paluidju digantikan Aminuddin Ponulele. Lalu Paliudju kembali lagi terpilih menjadi Gubernur Sulteng. Setelah itu Tanribali Lamo menjadi pula penjabat Gubernur Sulteng.
Mahasiswa UI tadi yang memimpin mahasiswa dan generasi muda Sulteng untuk berjuang putra daerah menjadi gubernur, ternyata akhirnya benar menjadi gubernur. Longki Djanggola kini sedang menyelesaikan masa dua periodenya menjadi Gubernur Sulteng.MAN