Menjaga yang Rentan, Menguatkan yang Muda: CKG Mendekatkan Warga pada Harapan Hidup Lebih Baik

Seorang petugas kesehatan sedang memeriksa darah salah satu pengunjung Festival Palu sehat yang diselenggarakan dakam rangka HKN ke 61 di lapangan Vatulemo Palu, Sabtu (15/11/2025). FOTO : KARTINI NAINGGOLAN/MS

Pagi itu, Sabtu (15/11/2025) Lapangan Vatulemo di Palu tampak lebih ramai dari biasanya. Di bawah tenda-tenda putih yang dipasang berjejer, petugas kesehatan dari berbagai puskesmas dan rumah sakit di kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) terlihat sibuk menyiapkan alat pemeriksaan kesehatan. Kegiatan Cek Kesehatan Gratis (CKG) ini yang merupakan rangkaian dari festival Palu sehat dalam rangka Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke – 61. Warga kota Palu mulai berdatangan sejak pukul enam pagi, berharap mendapat giliran lebih cepat.

Oleh : KARTINI NAINGGOLAN/MS

Tenda milik Poltekkes Kemenkes Palu, di deretan kursi paling depan, seorang lansia bernama Hayati  (65), duduk sambil memijat pelan punggung tangannya. Ia datang lebih awal, takut kehilangan kesempatan yang jarang sekali ia dapatkan.

Biasa kalo so pusing (Biasa kalau sudah pusing) saya tahan. Baru sa pi beli obat sakit kepala (Setelah itu saya pergi beli obat sakit kepala) di kios. Saya te pernah pi ba periksa, tako harganya mahal (Saya tidak pernah periksa, takut harganya mahal),” bisiknya, seperti sebuah pengakuan yang sudah terlalu lama disimpan sendiri.

Sesekali Hayati tampak menahan napas, antara gugup dan lega. Gugup karena ia jarang sekali diperiksa, lega karena untuk pertama kalinya ia merasa diperhatikan tanpa harus memikirkan biaya.

Ketika namanya dipanggil, ia berdiri perlahan dengan langkah yang hati-hati ke meja pemeriksaan. Bagi Hayati, pagi itu adalah kesempatan untuk kembali merawat dirinya, setelah bertahun-tahun lebih merawat segala hal selain kesehatan sendiri.

Terlihat petugas kesehatan mulai memeriksa kesehatan Hayati. Mengecek tekanan darah, mengambil darah untuk mengecek gula darah, kolesterol, dan kadar asam urat.

Hasil pemeriksaan menunjukkan gula darah Hayati berada di atas batas normal. Begitu pula kadar asam uratnya. Petugas kesehatan yang memeriksanya menjelaskan kondisi itu dengan hati-hati, sambil menunjukkan angka-angka di alat pemeriksaan.

“Ibu harus lebih memperhatikan pola makan, terutama kurangi makanan manis dan bersantan. Untuk asam uratnya, hindari dulu makanan tinggi purin seperti jeroan,” ujar seorang petugas sambil mencatat hasil pemeriksaan di lembar kontrol.

Hayati mengangguk pelan, sesekali menarik nafas panjang. Ini bukan pertama kali ia mendengar anjuran seperti itu, namun baru kali ini ia merasa benar-benar perlu mengubah kebiasaannya.

“Saya ini so (Sudah) tua, tapi mo (mau) sehat ,” katanya sambil tersenyum kecil.

Petugas juga menyarankan olahraga ringan, seperti jalan pagi selama 15–20 menit, serta pemeriksaan rutin di puskesmas.

“Ibu ada BPJS Kesehatan. Rajin-rajin periksa kesehatan, kan gratis kalau di Puskesmas,” tambah petugas.

Mendengar itu, Hayati tampak sedikit lebih lega. Ia teringat bahwa ia memiliki BPJS yang selama ini jarang dimanfaatkan.

“Berarti saya bisa periksa tanpa takut biaya, ya?” tanyanya memastikan. Petugas mengangguk.

Sebelum beranjak dari meja pemeriksaan, Hayati kembali tersenyum kecil dan mengucapkan terimakasih kepada petugas kesehatan.

Ketika Lapangan Vatulemo Menjadi Rumah Sehat Kota Palu

Di Lapangan Vatulemo, di antara barisan tenda putih berdiri rapi, dikelilingi aliran warga yang datang sejak pagi. Anak-anak berlarian, para ibu mengantri pemeriksaan kesehatan, sementara para tenaga kesehatan dengan seragam rapi menyapa ramah satu per satu pengunjung.

Selama dua hari, 14 – 15 November 2025, ruang terbuka paling populer di Kota Palu itu berubah menjadi pusat edukasi kesehatan. Sebanyak 40 booth pameran mulai dari Puskesmas, rumah sakit, klinik, laboratorium, perguruan tinggi, organisasi profesi hingga komunitas kesehatan digital dan UMKM herbal memberikan layanan gratis yang jarang ditemukan dengan skala sebesar ini dalam satu lokasi.

Lapangan Vatulemo menjelma menjadi rumah sehat kota Palu dalam rangka memperingati HKN ke-61 melalui Festival Palu Sehat.

Warga bebas memeriksakan tekanan darah, gula darah, kolesterol, asam urat, gigi, hingga konsultasi gizi dan kesehatan mental. Bagi sebagian warga, kesempatan ini menjadi momen penting untuk memahami kondisi tubuh mereka, terutama yang jarang sempat datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.

“Bagus sekali ada acara seperti ini. Saya untuk pertama kalinya akhirnya bisa mengecek gula, asam urat dan kolesterol tanpa harus ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit,” kata Indra, seorang ibu rumah tangga yang datang rekan kerjanya.

Namun Festival Palu Sehat bukan sekadar membuka layanan gratis, namun menjadi  ruang edukasi publik, dan harapan pemerintah untuk membangun budaya hidup sehat. Dari demo cara cuci tangan yang benar, edukasi pencegahan stunting, pelatihan penanganan kegawatdaruratan dasar, hingga talk show dengan para ahli dan influencer. Semuanya dirancang untuk mendekatkan informasi kesehatan pada masyarakat dengan cara yang lebih ringan dan menyenangkan.

Walikota Palu, H. Hadianto Rasyid, SE., hadir sebagai narasumber talk show berharap momen ini bukan hanya tuang untuk melakukan kesehatan gratis dan sosialisasi program kesehatan, tapi ruang bagi masyarakat untuk memberi masukan dan koreksi.

Salah satu fokus utama yang disorot Walikota adalah transformasi digital layanan kesehatan. Ia menjelaskan tentang aplikasi Sangupalu, platform yang memudahkan masyarakat mengakses layanan kesehatan secara daring, seperti membuat janji atau berkonsultasi langsung dengan Dokter.

Dalam pandangannya, masa depan kesehatan Kota Palu harus melangkah ke arah smart healthcare, layanan kesehatan terpadu yang memanfaatkan data dan teknologi kecerdasan buatan. Salah satu langkah penting adalah integrasi data pasien antar fasilitas layanan.

“Semua Rumah Sakit dan Puskesmas harus mampu mengintegrasikan data pasien. Dengan begitu, jika seseorang diperiksa di rumah sakit A lalu berpindah ke rumah sakit B, tidak perlu lagi memulai dari nol,” jelasnya.

Gagasan itu bukan sekadar wacana. Pemerintah Kota Palu tengah mendorong percepatan transformasi digital sebagai bagian dari pembangunan Smart City, di mana kesehatan menjadi salah satu pilar utama.

“Ini harus menjadi bagian penting dalam memperkuat pelayanan kesehatan di Palu,” tegasnya di hadapan ratusan warga.

Tahun ini, Festival Palu Sehat mengangkat tema nasional “Transformasi Kesehatan untuk Indonesia Maju”. Tema yang terasa relevan, mengingat banyak perubahan yang tengah dikejar pemerintah yaitu peningkatan akses layanan, digitalisasi, serta promosi gaya hidup sehat.

Di tengah aliran pengunjung yang terus berdatangan, beberapa tenaga kesehatan masih sibuk meladeni warga yang baru tiba meski hari sudah menjelang malam. Anak-anak masih ramai mengikuti demo cuci tangan, para orang tua masih duduk mendengarkan edukasi gizi seimbang. Sementara beberapa siswa perguruan tinggi kesehatan aktif membagikan brosur pencegahan stunting dan penyakit tidak menular.

Festival ini terasa lebih dari sekadar perayaan HKN. Wadah seperti cermin bagaimana Kota Palu berupaya membangun kesadaran warganya bahwa kesehatan bukan hanya urusan fasilitas, tetapi juga budaya, kebiasaan, dan kolaborasi.

Menutup keterlibatannya di panggung, Walikota Hadianto kembali mengajak masyarakat memanfaatkan layanan kesehatan yang telah disediakan pemerintah.

Menjemput Sehat di Sekolah

Pelaksanaan CKG mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2025 tentang optimalisasi penanggulangan kemiskinan dan penghapusan kemiskinan ekstrem, yang menegaskan pentingnya akses pendidikan dan kesehatan bagi kelompok rentan.

Sebelumnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulteng melalui Dinas Sosial menggelar Sosialisasi dan CKG bagi peserta didik baru Sekolah Rakyat Tadulako Nambaso Tahun Ajaran 2025–2026.

Kegiatan ini menjadi langkah penting untuk memastikan anak-anak dari keluarga kurang mampu memasuki tahun ajaran baru dalam kondisi kesehatan yang optimal. Pemeriksaan mencakup pengecekan kesehatan fisik dasar, gigi, status gizi, serta skrining dini risiko penyakit.

Kepala Dinas Sosial Provinsi Sulteng, Sitti Hasbia N Zaenong, menegaskan bahwa Sekolah Rakyat merupakan ruang harapan bagi anak-anak dari keluarga miskin.

“Sekolah Rakyat bukan sekadar lembaga pendidikan, tetapi ruang harapan bagi anak-anak untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Kami ingin memastikan setiap anak mendapatkan kesempatan belajar dan hidup sehat,” ujarnya.

Pemeriksaan kesehatan siswa baru dinilai penting sebagai langkah deteksi dini kondisi fisik dan tumbuh kembang yang dapat mempengaruhi proses belajar.

Upaya peningkatan kesehatan anak sekolah ini sejalan dengan program CKG yang dijalankan pemerintah di seluruh puskesmas termasuk 14 puskesmas di Kota Palu. Program ini menyasar tiga kategori, yakni masyarakat berulang tahun, anak sekolah pada tahun ajaran baru, serta ibu hamil dan balita.

Kepala Dinkes Palu, Rochmat Jasin, mengajak masyarakat memanfaatkan layanan tersebut.
“Langkah ini untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya kesehatan,” katanya.

Pemeriksaan anak sekolah menjadi bagian strategis program nasional untuk memastikan siswa memasuki tahun ajaran dengan kondisi kesehatan terpantau, termasuk pemeriksaan gula darah, tensi, skrining TBC, jantung, hingga status gizi.

Program pemeriksaan di sekolah ini bertujuan mendeteksi dini anemia, gangguan penglihatan, gangguan gigi, hingga masalah kesehatan lain yang umum terjadi pada remaja. Selain pemeriksaan fisik, petugas juga memberikan edukasi mengenai pola hidup sehat dan kebersihan diri.

Melalui sinergi Dinas Sosial, puskesmas, dan sekolah, pemerintah berharap langkah pemeriksaan kesehatan anak sekolah ini dapat memperkuat kesiapan siswa dalam mengikuti proses belajar. Pemeriksaan berkala menjadi pondasi penting dalam membangun generasi muda yang sehat, cerdas, dan berdaya saing.

Upaya ini sekaligus menegaskan komitmen pemerintah dalam mendukung percepatan penanggulangan kemiskinan, di mana kesehatan anak menjadi salah satu kunci memperbaiki kualitas hidup keluarga di masa depan.***

Pos terkait