Pandemi, Bank Sulteng Raup Laba Rp184 M

Bank Sulteng RUPS
PALU, MERCUSUAR – Di tengah kelesuan ekonomi, Bank Sulteng berhasil mencatatkan laba bersih Rp184 miliar sepanjang 2020. Raihan laba bersih ini didapat dari keuntungan bunga kredit yang bersifat konsumtif yang disalurkan kepada ASN.
Gubernur Sulteng, Longki Djanggola selaku pemegang saham pengendali Bank Sulteng mengapresiasi kinerja Dewan Pengawas dan Dewan Direksi Bank Sulteng yang bisa membukukan laba ditengah kendala permodalan dan tantangan persaiangan bank yang semakin ketat saat ini.
“Patut kita bersyukur bersama bahwa walaupun Bank Sulteng menghadapi persaingan yang semakin ketat, dan adanya berbaga kendala Bank Sulteng dapat membukukan laba yang signifikan. Hal ini didukung dengan pembinaan dan pengawasan yang intensif dari Dewan Komisaris selama tahun 2020 untuk mendorong kinerja jajaran direksi yang menunjukkan hasil yang signifikan,”  ungkap Gubernur Longki saat pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahun Buku 2020 PT. Bank Sulteng yang dilaksanakan disalah satu hotel di Palu, Selasa (9/3/2021).
Indikator keberhasilan kinerja Bank Sulteng, menurut Longki, terlihat dari  beberapa pencapaian, diantaranya tingkat pertumbuhan bisnis, pertumbuhan aset, modal, penempatan dana pihak ketiga, dan perolehan laba.
Total aset meningkat dari Rp 6 triliun menjadi Rp 8,3 triliun atau naik 38,18 persen, modal inti dari Rp743 miliar pada 2018 menjadi Rp1,035 triliun pada 2020 atau naik 39, 24 persen. Dana Pihak Ketiga tahun 2018 Rp 3,6 triliun menjadi Rp 6 triliun pada 2020 atau naik sebesar 63,73 persen, kredit yang disalurkan tahun 2018 sebesar Rp3,4 triliun menjadi Rp 4,5 triliun tahun 2020 atau naik 32,50 persen dan laba sebelum pajak tahun 2018 Rp108 miliar menjadi Rp184 miliar pada tahun 2020 atau meningkat 39,24 persen.
“Dengan pertumbuhan tersebut di atas kami melihat terjadi peningkatan kinerja dari pelaksanaan pengelolaan Bank Sulteng tahun 2020, walaupun di masa mewabahnya pandemi Covid-19,” ujarnya.
Secara rinci Gubernur Sulteng, Longki Djanggola didampingi Dirut Bank Sulteng, Total aset PT. Bank Sulteng Rahmat Abdul Haris mengatakan, pada tahun 2018 Rp 6.042.682.141.027,  di tahun 2020 menjadi Rp 8.349.647.088.206 atau naik sebesar 38,18%.
Disebutkan, modal inti tahun 2018 dari Rp 743.409.353.318, di tahun 2020 meningkat menjadi Rp 1.035.135.563.715 atau naik sebesar 39,24%. Sementara dana pihak ketiga tahun 2018 dari Rp3.669.505.866.524 di tahun 2020 meningkat menjadi Rp 6.008.065.458.997 atau naik sebesar 63,73%.
Sedangkan kredit yang diberikan pada tahun 2018 sebesar Rp 3.464.398.583.363 menjadi Rp 4.590.418.490.481 atau naik sebesar 32,50 %. Sementara laba sebelum pajak tahun 2018, dari jumlah Rp 108.572.344.133 di tahun 2020, meningkat menjadi Rp 184.410.189.063 atau naik sebesar 39,24 %.
“Dengan pertumbuhan tersebut di atas, terjadi peningkatan kinerja dari pelaksanaan pengelolaan Bank Sulteng tahun 2020, walaupun di masa mewabahnya pandemi Covid-19,” kata gubernur.
Untuk modal inti sebagaimana tuntutan POJK nomor nomor 12/POJK.03/2020 tentang konsolidasi bank umum, terdapat target pemenuhan modal inti yakni BUSN wajib memenuhi jumlah modal inti minimum sebesar Rp 1 triliun pada 31 Desember 2020. BUSN wajib memenuhi jumlah modal inti minimum sebesar Rp 2 triliun pada 31 Desember 2022, dan wajib memenuhi jumlah modal inti minimum sebesar Rp3 triliun pada Desember 2024 (bagi BPD-SI).
Dikatakan, apabila pada akhir tahun 2021 tidak terpenuhi modal inti minimum sebesar Rp 2 trilliun, bank akan dimasukkan dalam status CDO. Untuk itu memerlukan dorongan dari pemegang saham agar modal inti dapat meningkat.
Menurut Gubernur Sulteng, kepatuhan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada tahun 2020 terlihat dengan adanya perkembangan yang cukup signifikan dalam pelaksanaan penerapan good corporate governance pada semua tingkatan atau jenjang organisasi PT. Bank Sulteng.
Dengan terpenuhinya pengisian jabatan direktur, kepatuhan yang definitif serta terpenuhinya jumlah komisaris independen sesuai standar minimal yang disyaratkan, yakni minimal 50% dari jumlah komisaris adalah komisaris independen dan seluruh posisi direksi sudah terpenuhi.
Dalam kesempatan itu, manajemen Bank Sulteng mempresentasikan produk-produk yang telah dipasarkan dan Gubernur Longki berkesempatan untuk melakukan penggunaan aplikasi barkode QRIS bersama direksi Bank Sulteng.
Selain itu, pelantikan Komisaris Aidil Noor sebagai komisaris baru Bank Sulteng yang baru dan penetapan masuknya Bank Sulteng sebagai kelompok usaha bank dalam kelompok usaha Mega Corpora.
Bank Sulteng Sehat
Longki juga menyebutkan, tingkat kesehatan suatu perbankan dapat dilihat dari komposit profil risiko, implementasi pelaksanaan good corporate governance, earnings, dan capital yang memperoleh nilai 3 (moderate). Maka secara umum tingkat kesehatan Bank Sulteng di tahun 2020 adalah baik.
”Kecukupan modal merupakan tantangan bagi kita semua untuk memenuhinya, namun demikian patut kita syukuri bersama bahwa walaupun Bank Sulteng menghadapi persaingan yang semakin ketat, dan adanya berbagai kendala, Bank Sulteng dapat membukukan laba yang signifikan. Hal ini didukung dengan pembinaan dan pengawasan yang intensif dari dewan komisaris selama tahun 2020,” kata Longki.
Di sisi lain, walaupun Bank Sulteng mengalami peningkatan dalam perolehan laba dibanding  tahun sebelumnya, namun belum maksimal karena masih ada beberapa target belum dicapai sesuai harapan. Misalnya, menargetkan porsi yang lebih besar untuk kredit pada sektor-sektor produktif dan meningkatkan fungsi intermediasi, khususnya usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) melalui kerja sama dengan BPR, baik melalui linkage program maupun menjadi apex bank.
Berdasarkan permasalahan tersebut menurut Longki, diperlukan peningkatan kemampuan melayani kebutuhan masyarakat. Selain itu, peningkatan sumber daya manusia, perluasan jaringan kantor untuk mendukung terwujudnya sistem keuangan yang inklusif (financial inclusion) dengan meningkatkan akses seluas-luasnya ke masyarakat melalui penciptaan produk dan jasa yang semakin variatif dan unggul.
Dikatakan, ada beberapa hal yang menjadi penentu berhasil tidaknya suatu bank dalam menjalankan usahanya. Antara lain faktor permodalan, faktor penerapan tata kelola bank, dan faktor persaingan. Dengan modal yang relatif masih terbatas, maka sulit bagi Bank Sulteng untuk lebih mengembangkan kegiatan usahanya, sehingga diharapkan Bank Sulteng meningkatkan permodalan dengan dukungan penuh dari para stakeholder.
“Untuk itu peningkatan kerja Bank Sulteng perlu didukung dengan permodalan serta meningkatkan ketahanan daya saing dan peningkatan tata kelola bank yang baik,” kata Longki.
Dalam pelaksanaannya, PT. Bank Sulteng terus berkomitmen untuk dapat melakukan transformasi dan tampil sebagai pemimpin di daerah. Komitmen tersebut diperkuat sejak dicanangkan BPD Regional Champion (BRC) oleh Bank Indonesia sejak tahun 2010-2014, dan program BRC ditindak lanjuti oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan sebutan BRC jilid 2.
Untuk program tahun 2015-2023 seluruh BPD diharapkan terus menerus membenahi diri agar lepas dari bayang-bayang  perbankan nasional dan menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi daerah.
Dalam upaya meningkatkan peran Bank Sulteng sebagai bank milik pemerintah daerah perlu mendorong perluasan pelayanan yang berkualitas, kompetitif dan meningkatkan nilai daya saingnya dengan bank lainnya. Karenanya Gubernur Sulteng mengharapkan kepada para bupati, wali kota, dan PT. Mega Corpora selaku pemegang saham serta pengurus bank untuk memfungsikan Bank Sulteng sebagai tempat penyimpanan dana-dana Pemda sebagaimana yang telah dilakukan oleh sebagian besar Pemda se-Sulawesi Tengah saat ini.
Bagi Pemda yang belum menempatkan dananya pada Bank Sulteng, diharapkan ke depannya dapat lebih meningkatkan kerja sama dengan Bank Sulteng.
Kemudian, menginstruksikan kepada para pegawai di lingkungan kerjanya masing-masing untuk membuka rekening pada Bank Sulteng. Diharapkan komisaris dan direksi mendorong serta melakukan pendekatan kepada para bupati/wali kota untuk menempatkan dana APBD pada Bank Sulteng.
Lalu, pengurus bank agar bersungguh-sungguh untuk mencari dana pihak ketiga (selain dana Pemda) serta mampu mempromosikan Bank Sulteng baik di dalam maupun di luar daerah agar Bank Sulteng dapat dikenal oleh masyarakat luas.
Diharapkan agar para bupati, wali kota, Mega Corpora dan Pemda Provinsi untuk meningkatkan setoran modal pada Bank Sulteng, agar dapat bersaing dengan bank lainnya.
Dalam upaya penerapan tata kelola bank yang baik, Longki juga mengharapkan kepada pengurus perseroan untuk senantiasa menjaga kekompakkan sesama direksi dan pengurus perseroan.
Berbeda pendapat baik, namun harus dibicarakan dengan baik pula. Beberapa isu-isu terkait Bank Sulteng yang laporannya disampaikan kepada Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah selaku pemegang saham pengendali telah dilakukan klarifikasi dan diskusi pada saat rapat konsultasi dalam rangka pelaksanaan RUPS tahun buku 2020 yang dihadiri oleh seluruh pengurus Bank Sulteng, Sekda Provinsi Sulawesi Tengah, Asisten II, Karo Ekonomi dan Pembangunan beserta jajarannya dan semua isu-isu tersebut dinyatakan selesai dan clear.
Pembukaan RUPS dan RUPS-LB diawali pemutaran kaleidoskop Bank Sulteng serta peluncuran Transaksi Q Rish oleh Gubernur Sulawesi Tengah didampingi Dirut Bank Sulteng. RUPS dan RUPS-LB juga dihadiri Wali Kota Palu, Bupati se-Sulawesi Tengah, Asisten II Setdaprov Sulteng Plt. Karo Humas dan Protokol, komisaris, pimpinan cabang  serta pejabat terkait lainnya.HAI/MAN

Pos terkait