PALU, MERCUSUAR – Pascabencana 28 September 2018 lalu, ratusan murid di dua sekolah dasar yaitu SDN 1 Petobo dan SDN 2 Petobo Kota Palu masih melakukan proses belajar mengajar tanpa kursi. Ratusan murid yang sebagian besar adalah korban bencana 28 September 2018 itu, sehari-hari belajar melantai.
Pemerintah Kota (Pemkot) Palu dinilai belum serius menangani masalah pendidikan, khususnya sekolah-sekolah yang terdampak bencana.
Hal itu diungkapkan oleh Wakil Ketua DPRD Kota Palu, Rizal, usai melakukan kunjungan ke sejumlah sekolah di Kota Palu. Rizal menjelaskan, dari hasil kunjungannya di sejumlah sekolah, dirinya mendapati langsung siswa-siswi di SDN 1 Petobo dan SDN 2 Petobo tersebut belajar tanpa kursi.
“Jadi disitu ada sekitar 12 kelas, semuanya tidak memiliki kursi untuk belajar. Jadi mereka semua melantai, saya coba ikut duduk melantai sama mereka ternyata rasa tidak enak karena dingin dan bisa menimbulkan penyakit untuk anak-anak kita,” ujarnya.
Rizal menjelaskan, pascabencana, kedua sekolah ini merupakan sekolah terdampak likuifaksi dan sudah mendapatkan bantuan gedung sekolah baru namun tidak dilengkapi sarana dan prasarana fasilitas belajar.
Rizal menyayangkan ada banyak masalah pendidikan yang dirinya temui saat mengunjungi sejumlah sekolah di Kota Palu. Menurutnya, Pemkot Palu sebagai ibu kota provinsi Sulteng, seharusnya mampu menyediakan sarana dan prasarana pelayanan dan fasilitas di dunia pendidikan.
“Menyediakan fasilitas prasarana dan sarana yang nyaman untuk pendidikan di daerah kita itu merupakan amanat Undang-Undang yang harus kita tunaikan,” jelasnya.
Selain SDN 1 Petobo dan SDN 2 Petobo, Rizal juga mendapati masalah lain di sejumlah sekolah, diantaranya ada beberapa sekolah yang baru melakukan renovasi tapi atapnya roboh yang dikhawatirkan akan membahayakan peserta didik.
Bahkan salah satu sekolah di Kecamatan Palu Barat, SDN Inpres Perumnas masih mengandalkan Ruang Kelas Sementara (Rukatara) selama pascabencana atau sudah lebih dari empat tahun pascabencana 28 September 2018 lalu.
“Ada beberapa sekolah yang baru dibangun dan direnovasi tapi atap atau lotengnya roboh. Harusnya Pemkot bisa mengevaluasi bagaimana konstruksi yang dikerjakan hingga membahayakan siswa-siswi kita,” jelasnya.
Lanjutnya, Rizal menyebutkan bahwa masalah pendidikan di Kota Palu masih sangat banyak dan butuh solusi dan penanganan secara konkrit. Selaku anggota DPRD Kota Palu, dirinya belum melihat kehadiran Pemkot Palu untuk serius menangani masalah pendidikan khususnya sekolah-sekolah yang terdampak bencana.
Rizal menjelaskan, Pemkot Palu terutama Dinas Pendidikan Kota Palu seharusnya tidak hanya memiliki data sekolah-sekolah yang layak untuk dibantu, tapi juga melakukan perbaikan pendidikan terutama dalam penyediaan fasilitas di sejumlah sekolah yang memang layak untuk dibantu dan memiliki solusi masih masalah pendidikan yang terjadi di Kota Palu.
“Bagaimana kita mau melihat sekolah-sekolah terpencil kalau ternyata sekolah yang berada dalam kota saja masih banyak masalah serius yang belum tertangani oleh pemerintah. Pendidikan menjadi tempat terbentuknya SDM anak-anak kita, kita wajib memberikan fasilitas pendidikan yang layak untuk anak-anak kita ini,” jelasnya.RES