Penanganan Jenazah Bencana Punya Standar

ICRC

MERCUSUAR- Penanganan jenazah pasca bencana, bukan hanya sekedar mengevakuasi jenazah dari lokasi bencana, tetapi lebih dari itu, ada standar-standar yang harus dilalui, sehingga penanganannya tepat.

“Selama ini, kita melihat penanganan jenazah pasca bencana, bukan diidentifikasi dengan baik, tetatpi justru dijadikan objek, yang disebar di media sosial. Padahal ada hal yang tidak boleh dilanggar,” ujar Kepala Delegasi Komite Internasional Palang Merah (ICRC) untuk Indonesia dan Timor Leste, Alexandre Faite, saat memberikan sambutan dalam acara sesi meja bundar, Respon Manajemen Jenazah Pasca Bencana Palu, yang digelar selama tiga hari, terhitung sejak kemarin (26/2).

Untuk menyamakan aturan maupun standar yang berlaku, hendaknya ada sebuah sosialisasi yang dilakukan kepada para relawan, agar nantinya satu standar yang digunakan, dalam merespon manajemen jenazah.

Salah satu contoh, kata bule yang mahir berbahasa Indonesia itu, terkadang jenazah yang ditemukan di dalam tumpukan material ataupun di lokasi bencana lainnya, hanya dipotret begitu saja, kemudian diangkat, tanpa diidentifikasi secara menyeluruh. Bahkan tidak dipotret, langsung dibawa ke tempat penampungan jenazah, sehingga kemudian akan menyulitkan tim identifikasi, untuk mengenali kondisi jenazah, yang selanjutnya membuat data-data korban semakin semrawut.

Gubernur Sulteng, yang diwakili Asisten Pemerintahan dan Kesra, Faisal Mang, dalam sambutannya mengatakan, pihak mengapresiasi dan harapan, terkait dengan kegiatan sesi meja bundar, dimana nantinya, semua yang hadir, dapat memanfaatkan untuk saling tukar pikiran, dan menyalaraskan pemahaman, tentang manajemen jenazah, korban bencana alam, yang memenuhi aspek-aspek, yang berlaku, menurut kemanusiaan, kesehatan dan forensik.

“Kemudian dari situ, kita dapat mengembangkan pedoman-pedoman, penanganan bencana berdasarkan komunikasi, koordinasi dan kolaborasi antar relawan, dari sejumlah institusi, seperti palang merah, polri, Basarnas, BPBD, dan TNI, serta instansi lainnya, yang terkait,” ujar Faisal Mang, membacakan sambutan gubernur.

Menurut gubernur, dalam sambutannya, manajemen jenazah, adalah salah satu aspek tersulit, di bidang tanggap darurat, apalagi jika berkaca pada peristiwa 28 September, tahun lalu. Yang begitu merenggut banyak korban meninggal dunia. Begitu banyak jenazah yang berhasil dievakuasi naik yang utuh, maupun yang sudah tidak utuh, yang sebagian besar sudah membusuk dan menimbulkan banyak penyakit, namun belum bisa dikubur, karena belum selesai diidentifikasi datanya, oleh tim forensik.

“Olehnya itu, sosialisasi, pelatihan, lokakarya, ataupun yang sejenisnya, sangat penting bagi para relawan dan masyarakat, untuk meningkatkan kepekaan maupun pengetahuan, dalam menyelenggarakan praktek manajemen penyelenggaraan jenazah,” pungkasnya. (NDA)

     

 

Pos terkait