Pengusaha Nahdliyyin Dukung Guru Tua Jadi pahlawan nasional

guru tua-986a2c0a

PALU, MERCUSUAR – Himpunan Pengusaha Nahdliyyin (HPN) Provinsi Sulawesi Tengah mendukung pendiri  lembaga pendidikan Islam Alkhairaat Habib Idrus Bin Salim Aljufri atau Guru Tua ditetapkan sebagai pahlawan nasional, atas jasa dan perjuangannya dalam membantu kemerdekaan Indonesia serta mencerdasarkan kehidupan bangsa khususnya di Sulteng.
“Karena itu kami Pengurus Wilayah HPN Sulawesi Tengah berharap kepada Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin agar dapat mendororong usulan penetapan Guru Tua sebagai pahlawan nasional,” kata Wakil Ketua PW HPN Sulteng Farid Podungge di Palu, Kamis (11/11).
KH Ma’ruf Amin pernah menghadiri peringatan hari wafat (Haul) ke-51 tahun Guru Tua atau Sayyid Idrus bin Salim Aljufri di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (15/6/2019).
KH Ma’ruf Amin yang saat itu masih berstatus sebagai Calon Wakil Presiden RI dari pasangan nomor urut 01, menyatakan akan memperjuangkan Guru Tua sebagai pahlawan nasional. Ma’ruf Amin ikut mendorong Guru Tua menjadi pahlawan nasional.
“Beliau pantas diberi gelar pahlawan nasional. Nanti ada panitia di pusat. Kami akan memberi masukan-masukan agar beliau bisa ditetapkan sebagai pahlawan nasional,” kata Ma’ruf Amin.
Atas janji itu, Pimpinan Wilayah HPN Sulteng berharap agar KH Ma’ruf Amin dapat mendorong ditetapkannya Guru Tua sebagai salah satu pahlawan nasional dari Sulawesi Tengah, pada masa akan datang.
Semangat juang Guru Tua untuk menentang imperialisme, telah terpupuk kuat sejak ia di Hadramaut melawan kolonial Inggris. Masuknya Guru Tua ke Sulawesi Tengah, daerah ini telah mengalami empat rezim, yaitu Belanda, Jepang, Sekutu, dan Pemerintah Indonesia. Tiga rezim imperialisme ini tidak hanya menjajah secara fisik, tetapi juga merusak mental dan moral masyarakat secara keseluruhan.
Melihat kezaliman tiga imperialisme terhadap umat Islam dan Bangsa Indonesia, Guru Tua kemudian mendirikan Madrasah Alkhairaat pada 1930, setelah menyadari bahwa kebodohan menyebabkan bangsa ini ditindas oleh penjajah.
Sejak itu pula, perlawanan Guru Tua terhadap penjajah lebih nyata dan konkret. Alkhairaat dijadikan basis perlawanan intelektual, basis perjuangan kemerdekaan terhadap Belanda dan Jepang. Pada puncaknya, kegembiraan yang dinanti Bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke terjadi pada Jumat, 9 Ramadhan atau 17 Agustus 1945.
Demikian pula halnya yang dirasakan Sayyid Idrus bin Salim Aljufri. Kegembiraan yang sangat, kebanggaan kepada Sang Saka Merah Putih, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Guru Tua abadikan dalam gubahan syairnya.

Syair itu telah banyak beredar di media sosial. yang artinya, “Bendera kemuliaan berkibar di angkasa, hijau daratan dan gunung-gunungnya, Sungguh hari kebangkitannya ialah hari kebanggaan, orang-orang tua dan anak-anak memuliakannya, Tiap tahun hari itu menjadi peringatan muncul rasa syukur dan pujian-pujian padanya, Tiap bangsa memiliki simbol kemuliaan dan simbol kemuliaan kami adalah Merah dan Putih”.ANT

Pos terkait