Penuhi Panggilan Kemanusiaan, Dokter Rifky Naik Motor dari Belopa ke Mamuju

MDMC
FOTO: Dokter Rifky saat melayani salah seorang penyintas bencana alam gempa bumi di Kabupaten Mamuju, di Poskoor MDMC Mamuju, Selasa (19/1/2021). FOTO: ABDUL HANIF/MDMC SULTENG

MAMUJU, MERCUSUAR – Dampak bencana alam gempa bumi bermagnitudo 6,2 yang melanda Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju di Sulawesi Barat (Sulbar), pada Jumat (15/1/2021) lalu, membuat sejumlah relawan kemanusiaan dari berbagai daerah, datang membantu proses penanggulangan bencana di daerah tersebut.

Salah seorang di antaranya adalah dr. Rifky, relawan bidang medis dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Dirinya turut terpanggil untuk menjalani misi kemanusiaan, membantu para penyintas bencana alam di Mamuju dan Majene.

Demi memenuhi panggilan kemanusiaan tersebut, dr. Rifky rela mengendarai sepeda motor dari Belopa, Kabupaten Luwu menuju Mamuju. Bersama seorang relawan MDMC Sulsel lainnya, Muhtar, dirinya berboncengan melalui jalur Belopa, Palopo, Toraja, Mamasa, lalu sampai ke Mamuju.

Mereka berangkat dari Belopa pada Minggu (17/1/2021) sore dan tiba di Mamuju pada Senin (18/1/2021) malam, sekira pukul 22.00 WITA.

Ia menceritakan, akibat kondisi hujan lebat, dirinya dan Muhtar memilih untuk istirahat dan menginap di Gedung Dakwah Muhammadiyah Toraja. Paginya, sekira pukul 07.00 WITA mereka melanjutkan perjalanan menuju Mamuju.

“Kami gantian jadi joki (pengendara). Beberapa kali singgah istirahat dan sempat bermalam di Gedung Dakwah Muhammadiyah Toraja, dan melanjutkan perjalanan lagi paginya,” ujar dr. Rifky, di Mamuju, Selasa (19/1/2021).

Dokter Rifky dikenal oleh para relawan MDMC sebagai ‘dokter petualang’. Sapaan itu disematkan karena ia tidak segan untuk menempuh berbagai cara menembus daerah-daerah yang terdampak bencana. Meskipun daerah tersebut harus ditempuh melalui jalur yang ekstrem.

Jalur yang dilalui dr. Rifky dan Muhtar tergolong ekstrem. Sebab, jalur tersebut hanya dapat dilalui kendaraan roda dua. Ia mengaku memilih menempuh jalur tersebut, agar dapat sampai lebih cepat di Mamuju, ketimbang menempuh jalur yang lebih ‘aman’ melalui Kabupaten Wajo, Sidrap, Pinrang, Polewali Mandar (Polman), Majene dan Mamuju.

“Ketika mau berangkat saya minta izin ke atasan, karena saya masih berstatus dokter internship. Saya diberi izin, dengan catatan atur waktu dengan teman lainnya untuk mengisi jadwal piket. Saya sampaikan teman untuk tukaran waktu piket. Jadi dari Mamuju ini, langsung ke rumah sakit lagi,” kata alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar ini.

Selain berboncengan dengan Muhtar, dr. Rifky juga menenteng sekoper logistik obat-obatan. Selain itu, ia juga menitipkan dua koper obat-obatan lainnya dibawa oleh rombongan MDMC Sulteng.

“Obat-obatan saya peroleh dari hasil lobi rekan-rekan sejawat. Satu koper didapat dengan cara beli, tapi harganya didiskon,” imbuhnya.

Selain dr. Rifky, salah seorang relawan MDMC lainnya yakni ustadz Amiruddin, juga rela menempuh jalur yang panjang dari Kabupaten Gowa di Sulsel menuju Mamuju, dengan mengendarai sepeda motor. Di usia yang telah mencapai lebih dari 50 tahun, Ustadz Amiruddin menyumbangkan waktu, pikiran dan tenaganya utuk menjadi relawan bidang psikososial, yang salah satu tugasnya memberikan trauma healing kepada para penyintas.

Tindakan dua relawan MDMC tersebut, mendapatkan apresiasi dari tim pendamping relawan dan MDMC PP Muhammadiyah.

“Dokter Rifky dan Pak Ustadz Amiruddin ke Mamuju menggunakan biaya mandiri. Saat ini dr Rikfy, langsung bergabung dengan relawan medis dari Malang, Yogyakarta, Jakarta dan Padang untuk memberikan layanan kesehatan. Mereka untuk sementara ditempatkan di rumah sakit dan puskesmas, sampai terbentuknya pos-pos pelayanan (posyan) nanti, baru mereka ditempatkan di sana membuka layanan kesehatan,” ujar Pendamping relawan dari MDMC PP Muhammadiyah, Yockie Asmoro. */IEA

Pos terkait