SIGI, MERCUSUAR – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi mendukung program Penguatan Ketangguhan Perempuan dan Pemuda (PAKEM), yang akan dilaksanakan oleh Care Indonesia dan Karsa Institut di Kabupaten Sigi.
Hal itu disampaikan Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Sigi, Nuim Hayat, pada kick-off program tersebut, di aula Kantor Bupati Sigi, Rabu (17/7/2024).
“Saya menyambut baik dapat bersinergi dengan Care Indonesia dan Karsa Institut,” kata Nuim.
Menurut Nuim, pemahaman masyarakat tentang ketahanan bencana dan krisis masih perlu ditingkatkan, dengan kolaborasi antarpihak dapat memberikan edukasi pencegahan dan saat terjadi krisis dan bencana.
“Pemkab Sigi melibatkan berbagai organisasi masyarakat dan instansi terkait, untuk membangun kesiapsiagaan dan mengedukasi warga, khususnya menghadapi bencana alam dan krisis lainnya,” ujar Nuim.
Ia berharap program PAKEM dapat meningkatkan kapasitas perempuan dan pemuda, untuk mampu berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan di masyarakat, serta mengembangkan kegiatan ekonomi, sehingga kesetaraan gender di masyarakat dapat diperkuat, serta dapat menginisasi desa ramah anak dan perempuan.
Sementara itu, CEO Yayasan CARE Peduli (YCP/CARE Indonesia), Dr. Abdul Wahib Situmorang menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas dukungan Pemkab Sigi terhadap program PAKEM.
Ia menyampaikan, data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Provinsi Sulteng memiliki nilai Indeks Risiko Bencana (IRB) rata-rata 146.07, yang masuk kategori tinggi selama tahun 2015—2021.
Ancaman bencana di Sulawesi Tengah meliputi gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan, gelombang ekstrem serta abrasi.
Wahib mengungkapkan, temuan CARE Indonesia dari Rapid Gender Assessment (RGA) tentang situasi darurat di Indonesia menunjukkan bahwa perempuan dan anak perempuan, serta kelompok rentan lainnya, lebih terdampak oleh bencana dibandingkan dengan laki-laki dan anak laki-laki.
“Perempuan punya beban ganda melakukan tanggung jawab domestik, seperti mengurus rumah tangga, anak-anak dan orang tua. Di sisi lain, perempuan juga banyak yang bekerja dan menyediakan kebutuhan keluarga,” kata Wahib.
Beban tambahan tersebut, lanjutnya, yang membuat perempuan jarang berpartisipasi dalam pertemuan di masyarakat dan pada proses pengambilan keputusan.
“CARE bersama mitra kami, KARSA Institute, yang juga didukung oleh UN Women dengan pendanaan dari Korea International Cooperation Agency (KOICA), melihat penting mengatasi kesenjangan ini, termasuk di Kabupaten Sigi, untuk mendukung pencapaian Sustainability Development Goals (SDGs) 5 yakni Kesetaraan Gender,” jelas Wahib.
“Melalui pendekatan terpadu kami akan menempatkan perempuan dan anak muda menjadi pusat dari upaya mewujudkan resiliensi masyarakat,” tambahnya.
Pendekatan terpadu untuk program penguatan ketangguhan masyarakat di Kabupaten Sigi akan berjalan selama dua tahun, dengan menjangkau enam desa yakni Pombewe, Ngatabaru, Pesaku, Rarapadende, Wisolo dan Ramba.
“Setidaknya 10.000 masyarakat di 6 desa tersebut akan dilibatkan. CARE senang sekali dapat bersinergi dengan Pemkab Sigi, untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan dan anak muda dalam menciptakan masyarakat yang damai, adil serta mampu bertahan dari dampak buruk krisis dan kebencanaan,” ujar Wahib.
Direktur Karsa Institut, Rahmat Saleh mengatakan sinergi memperkuat ketangguhan perempuan dan anak muda di Kabupaten Sigi, merupakan hal yang penting, karena untuk melihat keterhubungan antara kemanusiaan, pembangunan dan perdamaian.
“Kami akan mulai dengan melakukan penilaian berbasis gender. Pengembangan kapasitas perempuan dan anak muda kemudian akan dilakukan, agar mampu berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan di masyarakat dan mengembangkan kegiatan ekonomi untuk pembangunan. Upaya penguatan kebijakan juga diimplementasikan, agar mendukung pemberdayaan ekonomi perempuan, kesetaraan gender, dan pendekatan pembangunan yang sensitif terhadap krisis,” jelas Rahmat. AJI