PT IMIP Peduli Pendidikan Lewat Rumah Literasi Sidaya

 

PULUHAN anak duduk melantai di salah satu bangunan terbuka di Lahan Sidaya PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Seorang guru perempuan berdiri mengajar di depan mereka. Anak laki-laki dan perempuan tampak bersemangat mengikuti pelajaran dari gurunya.

Di sela-sela pelajaran, kemudian ibu guru mengajak anak-anak menyanyi bersama. Satu lagu berbahasa Mandarin mereka nyanyikan dengan penuh semangat. Luar biasa.

Sebanyak 17 wartawan yang mengikuti media tour di kawasan IMIP, tercengang. Rasa capek rombongan yang baru saja usai keliling di kawasan IMIP seolah menjadi hilang. Bagaimana tidak, menyaksikan anak-anak itu sedang belajar bahasa Mandarin dan sudah mampu bercakap-cakap.

Anak-anak itu rutin belajar di Rumah Literasi atau aula Lahan Sidaya IMIP di Desa Labota, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali. Di tempat itu, mereka selain belajar Bahasa Mandarin, juga belajar Bahasa Inggris.

Saya kemudian iseng menyapa salah seorang anak laki-laki yang duduk di bagian depan. “Ni hao ma? (Apa

kabar?). Anak itu pun dengan lincah menjawabnya, “Wo hen hao” (Saya baik-baik saja).

Kemudian ibu guru tadi menyuruhnya tampil berdiri di depan dan memperkenalkan diri berbahasa Mandarin yang kemudian diartikan dalam Bahasa Indonesia. Rombongan wartawan pun bertepuk tangan memberikan apresiasi kepada anak itu.

Semalam sebelum berkunjung ke tempat itu, saya mewawancarai Koordinator Program Sekolah IMIP, Jamilah Akbar. Dia menjelaskan, sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Morowali, terutama di Bahodopi secara menyeluruh.

Jamilah Akbar sebelumnya seorang guru di Aceh. Ia menjadi guru 10 tahun lebih. Ketika terjadi bencana di Palu, ia datang sebagai relawan. Kemudian dia tak kembali lagi ke Aceh sampai bekerja di PT IMIP.

Menurutnya, melalui wadah “Rumah Literasi” yang digodok oleh Departemen CSR PT IMIP, program pembelajaran bahasa asing (Inggris dan Mandarin), secara rutin diberikan kepada warga Bahodopi.

Ia menjelaskan, pembelajaran bahasa asing yang diadakan sejak Maret 2023 itu untuk menjawab kebutuhan warga terkait kemampuan berbahasa. Dengan kesadaran pendidikan bagi warga, PT IMIP menyediakan fasilitas tempat belajar di Rumah Literasi, beserta guru, bahan ajar, dan alat-alat tulis untuk kegiatan tersebut.

Program ini, lanjutnya lagi, terdiri atas dua macam yakni pembelajaran bahasa Mandarin diadakan setiap hari Rabu, Kamis, Sabtu, dan Minggu siang, serta pembelajaran bahasa Inggris setiap Senin dan Selasa siang.

“Kursus bahasa Mandarin lebih banyak diminati oleh orang dewasa, termasuk ibu rumah tangga. Kalau kelas bahasa Inggris didominasi anak-anak, dengan rentang usia kelas 2 SD hingga 3 SMP. Peserta kelas bahasa asing ini sekitar 60-an orang,” ungkap Jamilah.

Rumah Literasi, kata Jamilah, juga sesekali mengundang perwakilan jubir dari tenant sebagai native speaker yang berkesempatan mendampingi proses pembelajaran. Dengan cara ini, kata Jamilah, para peserta kursus dapat berinteraksi langsung bersama orang asli Cina yang berbahasa ibu Mandarin.

“Para peserta paling suka conversation dan menulis Hànzì (aksara Mandarin). Menulis Hànzì ini walaupun susah, ketika mereka menikmatinya itu menjadi sesuatu yang seru,” kata Jamilah.

Jamilah menceritakan, salah seorang warga yang anaknya ikut dalam program pembelajaran bahasa asing itu adalah Nurma. Elsa, anaknya memang telah berniat untuk mempelajari bahasa Mandarin setelah lulus dari jenjang sekolah menengah atas dua tahun lalu. Alasannya karena anaknya ingin membekali dirinya dengan keterampilan berbahasa Mandarin agar lebih siap di dunia kerja.

“Bagus itu, Nak. Kalau memang kamu mau tekuni, kamu pasti bisa. Nanti hasilnya kamu sendiri yang nikmati. Itu pesan suami saya yang mendukung mimpi dari Elsa,” kata Nurma seperti diceritakan Jamilah.

Menurut Nurma, muncul anggapan umum bahwa peluang perempuan untuk dapat diterima bekerja di sektor industri ekstraktif lebih kecil daripada laki-laki. Salah satu pekerjaan yang paling diburu calon pekerja perempuan ialah interpreter atau translator yang mahir berbahasa Mandarin untuk kebutuhan penerjemahan.

“Translator kan dibutuhkan di mana-mana, tidak hanya di IMIP. Biarpun bukan di IMIP, di perusahaan lain ataupun desa wisata akan dibutuhkan,” ucap Nurma.

Persiapkan Tenaga Kerja

Rumah Literasi Sidaya adalah oase di tengah hiruk pikuk kawasan industri. Rumah Literasi Sidaya memungkinkan warga sekitar untuk menguasai Bahasa Mandarin, sehingga nantinya dapat terserap sebagai tenaga kerja maupun berinteraksi dengan pekerja asing.

Inisiasi PT IMIP ini boleh dikata sebagai kepedulian pendidikan untuk mempersiapkan tenaga kerja masa depan. Ketika anak-anak tadi tamat sekolah lanjutan atas, sudah bisa memasuki dunia kerja.

Apalagi, PT IMIP dan Kementerian Perindustrian punya kerja sama melatih tenaga-tenaga kerja siap pakai. Kawasan industri terbesar di Asia Tenggara itu benar-benar punya kepedulian serius untuk meningkatkan pendidikan di sekitarnya.

Direktur Komunikasi PT IMIP, Emilia Bassar kepada wartawan menjelaskan, kerja sama itu adalah membangun Politeknik Industri Logam Morowali (PILM) yang berdiri sejak tahun 2016. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri logam yang kompeten dan siap pakai.

Ketika wartawan mengunjungi tempat itu, Direktur Politeknik Industri Logam Morowali (PILM), Agus Salim Oppo menjelaskan bahwa Politeknik yang dipimpinnya itu memiliki tiga Program Studi (Prodi) untuk jenjang Diploma 3.

“Ada teknis perawatan mesin, teknik listrik, dan instalasi serta teknik kimia mineral,” katanya.

Ia juga menjelaskan, seluruh mahasiswa yang ada di PILM mendapatkan full beasiswa (gratis) termasuk tempat tinggal selama satu tahun.

“Mereka selama kuliah, SPP atau UKT-nya gratis diberikan oleh Kawasan IMIP, dan tempat tinggalnya satu tahun gratis,” tambahnya.

Kemudian, penerimaan mahasiswa di PILM memprioritaskan anak-anak yang berasal dari Morowali, terlebih yang berasal dari keluarga pra sejahtera.

“Sekarang ini total mahasiswa yang berasal dari Morowali ada sekitar 40 persen, dan kita lebih prioritaskan dari kalangan kurang mampu,” katanya.

Maka sangat tepatlah, anak-anak lulusan Rumah Literasi Sidaya tadi setelah tamat sekolah lanjutan atas dapat melanjutkan pendidikannya di Politeknik Industri Logam Morowali. Ketika memasuki dunia kerja di kawasan IMIP, yang kebanyakan tenant asal China, mereka sudah sangat siap.

Siap bukan sekadar siap, tetapi benar-benar siap segalanya. Memiliki keterampilan sesuai jurusannya untuk bekerja. Lebih utama lagi, mampu berkomunikasi secara lancar dalam bahasa Mandarin untuk menerima transfer keahlian.***

Pos terkait