PT Trinitan Metals – Besok Bangun Smelter Nikel di KEK Palu

IMG-20201027-WA0003

PALU, MERCUSUAR – PT Trinitan Metals and Minerals Tbk akan membangun pabrik smelter nikel dan glena di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu. Ground breaking dijadwalkan dilakukan Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola, besok Rabu (28/10).

Demikian undangan yang diterima Mercusuar, kemarin. Perusahaan atau emiten berkode saham PURE itu ingin fokus pada pengembangan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) berbasis hidrometalurgi di Palu.

Direktur Utama PURE Petrus Tjandra menyebut, pabrik hidrometalurgi tersebut akan dibangun di lahan seluas 200 hektare (ha) di KEK Palu. Pabrik ini juga akan memanfaatkan Step Temperatur Acid Leach (STAL) Technology yang merupakan salah satu inovasi dalam aktivitas pengolahan mineral nikel dan kobalt berbasis hidrometalurgi.

Mengutip keterangan emiten berkode saham PURE itu, pembangunan pabrik tersebut merupakan kerja sama dengan PT Bangun Palu Sulawesi Tengah (PT BPST) yang telah ditandatangani surat kesepakatan bersamanya pada 16 September 2020.

Dalam kerja sama strategis tersebut, PT BPST akan menyediakan lahan seluas 200 hektare di KEK Palu beserta dengan peralatan pembangunan bagi perseroan.

“Posisi Palu itu lebih dekat dengan banyak konsumen untuk ekspor ke China, Jepang, atau Korea. Jadi, lokasi KEK sangat strategis untuk ekspor sehingga kami berharap dapat memangkas biaya logistik dan produksi kami,” ujar Petrus saat paparan publik secara daring, Jumat (18/9/2020).

Kendati demikian, PURE belum memberikan keterangan secara detail terkait total investasi untuk membangun pabrik tersebut dan total kapasitas produksi dari smelter nikel itu.

Adapun, operasional pabrik tersebut nantinya akan memanfaatkan teknologi hidrometalurgi Step Temperatur Acid Leach (STAL) yang tengah dikembangkan oleh perseroan.

Hidrometalurgi adalah teknologi memurnikan logam dengan metode kimia yang efisien dan ramah lingkungan. Teknologi itu diklaim perseroan dapat mengolah bijih nikel laterit berkadar rendah menjadi nikel cobalt atau logam nikel murni kelas satu.

Manajemen PURE menilai teknologi STAL dapat menekan biaya investasi dibandingkan dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) atau pemurnian nikel yang saat ini banyak dilakukan oleh penambang lain.

“Kalau HPAL itu investasi minimal US$1-2 juta, sedangkan dengan teknologi hidrometalurgi sekitar 70-80 persen lebih murah dari pada itu. Dengan demikian, dengan investasi lebih murah dan tepat guna sehingga kami akan jadi perusahaan yang paling menguntungkan,” papar Petrus.

Dia tidak menjelaskan secara rinci perihal dana investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan pabrik tersebut. Yang terang, mengenai pendanaan, manajemen PURE sudah melobi beberapa perbankan di Indonesia.

“Ada sejumlah perbankan yang bisa danai investasi kami di Palu,” ujar Petrus saat paparan publik virtual, Jumat (18/9) lalu.

Pihak PURE berharap pabrik tersebut bisa selesai sekitar bulan Oktober 2021 mendatang. Nantinya, pabrik hidrometalurgi ini bisa menghasilkan produk yang menjadi bahan pembuatan power storage atau penyimpanan energi, termasuk baterai. Sayangnya, Petrus belum bisa membeberkan total kapasitas produksi pabrik tersebut.

Lebih lanjut, manajemen PURE juga memastikan bahan baku berupa bijih nikel kadar rendah yang diolah di pabrik hidrometalurgi tersebut aman. Pasalnya, perusahaan ini sudah bekerja sama dengan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI). Asosiasi tersebut juga telah menyatakan dukungannya terhadap upaya-upaya PURE dalam mengembangkan produk-produk olahan nikel.

Saat itu, PURE belum menyampaikan laporan keuangan semester I-2020. Per kuartal I-2020, penjualan PURE tergerus 38,21% (yoy) menjadi Rp 86,40 miliar. Perusahaan ini juga mengalami rugi tahun berjalan sebesar Rp 6,29 miliar di kuartal satu lalu.

“Kami akan usahakan agar di akhir tahun nanti bottom line kami mencapai angka yang lebih baik,” tandas Petrus.MAN

Pos terkait