Laporan Tasman Banto Wartawan Mercusuar
RUMAH sakit menjadi tempat pertama yang dituju korban gempa bumi yang cidera. Mereka harus segera diberikan pertolongan. Bagaimana mungkin bisa memberikan pertolongan, jika staf kesehatan juga menjadi korban akibat bangunan rumah sakit rusak dan melukai mereka?
Atau, jangankan menambah pasien korban gempa, pasien rumah sakit yang ada pun harus dievakuasi ke luar rumah sakit dan dirawat di lapangan terbuka. Ini seperti pengalaman di Palu, Sigi, dan Donggala saat terjadi gempa hari Jumat petang, 28 September 2018 lalu.
Rumah Sakit Anutapura di Jalan Kangkung, Palu Barat yang berdiri megah empat lantai ikut rusak parah. Bangunan terbagi menjadi dua bagian. Bangunan ambruk dan menyisakan 1,5 lantai. Saat terjadi gempa, banyak pasien dan petugas medis yang terjebak reruntuhan.
“Kalau gedung utama memang sudah tidak bisa digunakan. Yang bisa digunakan itu rumah sakit tua yang lama di belakang gedung utama, itu pun 50 persennya sudah terbelah. Beberapa korban selamat harus dirawat di halaman terbuka dengan memakai tenda,” kata Wakil Direktur Pelayanan Rumah Sakit Umum Anutapura Palu, drg. Herri Mulyadi beberapa hari setelah gempa.
Tetapi setelah lima tahun berlalu, bangunan rumah sakit yang rusak itu sudah kembali dibangun. Rekonstruksi atau pembangunan kembali Gedung Anutapura Medical Centre (AMC) Rumah Sakit (RS) Anutapura di Kota Palu, Sulawesi Tengah sudah selesai pada Mei 2023. Bangunan di Jalan Kangkung No.1, Donggala Kodi, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu itu terbilang istimewa.
Disebut istimewa karena menjadi bangunan pertama yang dibangun dengan konstruksi tahan gempa di Palu, Sulawesi Tengah.
“Rekonstruksi RS Anutapura ini menerapkan struktur tahan gempa dengan menggunakan teknologi lead rubber bearing (LRB) serta menerapkan prinsip Bangunan Gedung Hijau (BGH)/Green Building sesuai Permen PUPR No. 21 Tahun 2021,” kata Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Sulawesi Tengah, Sahabuddin yang diwawancarai, Selasa, 4 Juli 2023.
Menurutnya, di Indonesia, teknologi LRB sudah biasa digunakan di jalan dan jembatan, tapi masih jarang digunakan pada bangunan. RS Anutapura ini adalah bangunan berteknologi LRB pertama yang dibangun oleh Kementerian PUPR. Bahkan di Indonesia timur sendiri pun, gedung ini merupakan satu-satunya yang menggunakan teknologi LRB,” kata Sahabuddin.
Dijelaskan, teknologi LRB ini diadopsi oleh Kementerian PUPR dari Jepang melalui kerja sama dengan JICA. “Namun untuk produksinya kita ambil semua dari pabrik LRB yang berlokasi di Cirebon. Jadi tetap produksi dalam negeri atau TKDN,” katanya.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama Japan International Cooperation Agency (JICA) melakukan rekonstruksi atau pembangunan kembali gedung itu. RS Anutapura merupakan rumah sakit yang cukup vital bagi pelayanan kesehatan di Palu.
Sahabuddin menjelaskan, pekerjaan pembangunan gedung itu dilaksanakan PT Adhi Karya sejak Desember 2021 dengan dana loan IRSL JICA sebesar Rp 234,7 miliar. Gedung ini memiliki luas 15.322 m2 yang terdiri dari 4 lantai bangunan dan 1 semi basement.
Di dalamnya terdapat ruang IGD, ruang poliklinik, ruang rawat inap, ruang ICU, ruang operasi, dan ruang pelayanan lainnya.
Sementara PPK Bina Penataan Bangunan BPPW Sulawesi Tengah, Bayu Dwi Rahmatyo juga menjelaskan, penggunaan teknologi LRB ini bertujuan meredam gaya gempa yang timbul pada bangunan. Gedung AMC ini dapat tetap beroperasi melayani pasien ketika terjadi bencana gempa hingga 7 Skala Richter (SR).
“Kita juga mengikuti standar bangunan gedung rumah sakit dari Kementerian Kesehatan. Jadi insya allah bangunan ini sudah memenuhi semua kriteria baik teknis secara kerumahsakitan maupun secara kegempaan,” ujar Bayu.
Menjadi Percontohan
Bayu berharap gedung RS Anutapura ini bisa menjadi percontohan bangunan tahan gempa di Kota Palu maupun di provinsi lainnya. Ia juga mengungkapkan bahwa gedung ini sudah beberapa kali menjadi lokasi penelitian struktur bangunan tahan gempa bagi para mahasiswa dan peneliti, termasuk para karyasiswa program magister super spesialis Kementerian PUPR.
Ya, benar. Rumah Sakit Anutapura Palu akan dijadikan percontohan bangunan tahan gempa yang menerapkan teknologi tinggi.
“Bangunan rumah sakit ini memang didesain dengan teknologi mutakhir atas kerja sama para ahli dari Jepang. Kita proyeksikan bangunan ini akan menjadi percontohan bangunan tahan gempa,” kata Kepala Satgas Kementerian PUPR untuk Pemulihan dan Pembangunan Kembali pascabencana Kota Palu, Sigi, dan Donggala, Arie Setiadi Murwono belum lama ini di Hotel Santika, Palu.
Dijelaskan, beberapa ruangan seperti ruang bedah dan CT-Scan menggunakan teknologi khusus di bagian bawahnya sehingga gempa tidak akan mengganggu aktivitas medik di dalamnya.
“Teknologi ini akan menjamin keamanan bagi para dokter, perawat, pasien dan peralatan medik yang digunakan saat gempa terjadi sehingga aktivitas di dalam ruangan-ruangan itu aman untuk terus dilanjutkan,” katanya.
Soal bangunan tahan gempa, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sudah selalu mengingatkan. Ia mengimbau masyarakat agar menerapkan konstruksi tahan gempa bila membangun bangunan.
“Mestinya mulai diwajibkan kepada masyarakat agar mendirikan bangunan yang konstruksinya antigempa, terutama di daerah rawan gempa,” kata Jokowi dalam Rakornas Penanggulangan Bencana oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, pada Kamis (2/3/2023).
Menurut Jokowi, perubahan iklim menyebabkan frekuensi bencana alam di dunia naik drastis. Indonesia menempati posisi 3 teratas negara paling rawan bencana. Naik 81 persen frekuensi bencana alamnya dari tahun 2010 sebanyak 1.945 bencana, dan pada 2022 melonjak naik jadi 3.544 bencana.
“Tahap pra-bencana penting dilakukan guna menyiapkan dan mengedukasi masyarakat terkait langkah-langkah antisipasi bencana untuk meminimalisir korban maupun kerugian,” katanya.
Misalnya, melalui peringatan dini. Kemudian dengan cara mengedukasi masyarakat tentang cara berlindung ketika terjadi bencana. Lalu, pemberian edukasi terkait tata ruang dan konstruksi.
“Kita sudah punya peta di mana titik lokasi terjadinya erupsi gunung berapi, gempa, dan bencana lain,” ucap Jokowi.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono juga menambahkan, Kementerian PUPR telah melakukan upaya mitigasi bencana gempa bumi. Seperti memanfaatkan Peta Gempa Indonesia tahun 2017 yang diterbitkan oleh Pusat Gempa Nasional untuk menetapkan Zona Rawan Bencana.
“Kementerian PUPR juga mengembangkan teknologi bangunan tahan gempa yang lebih praktis dan terkini untuk meredam energi gempa, yaitu sistem isolasi seismik tipe Damping Rubber Bearing untuk gedung kantor lantai 26 di Jakarta, serta tipe Lead Rubber Bearing yang telah diterapkan di beberapa jalan dan jembatan,” jelas Basuki.
Kementerian PUPR bersama Persatuan Insinyur Indonesia (PII) juga merencanakan untuk mengirimkan tim engineer ke Turkiye untuk melakukan pembelajaran terkait masifnya keruntuhan bangunan akibat gempa tektonik yang melanda beberapa waktu lalu.
Ke depan, Kementerian PUPR bersama Komite Keselamatan Bangunan Gedung (KKBG) akan meningkatkan upaya ketahanan konstruksi bangunan di kota besar dan daerah rawan gempa bumi. Langkah yang dilakukan adalah seperti audit secara berkala ketahanan konstruksi terhadap guncangan gempa serta melakukan penguatan konstruksi bangunan yang belum memenuhi standar.