Sejarah Rusdy Toana di Taman Nasional Kabur, Pemkot Diminta Meluruskan

FOTO: Tri Putra Toana saat menyampaikan kekeliruan sejarah tokoh Rusdy Toana yang terpajang di Taman Nasional Kota Palu kepada Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid pada Kamis (29/12/2022). FOTO: RESTI ANANDA

PALU, MERCUSUAR – Tri Putra Toana meminta Pemerintah Kota Palu dalam hal ini Wali Kota Palu Hadianto Rasyid, untuk meluruskan penulisan sejarah Rusdy Toana pada moumen saat menghadiri peresmian Taman Nasional Palu, Kamis (29/12/2022)Taman Nasional itu diresmikan langsung Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid di Jalan Hasanuddin, Kelurahan Lolu Utara, Kecamatan Palu Timur.

Pengamatan di lokasi, di area tengah taman berdiri bangunan monumen yang berbentuk cekung menghadap Patung Garuda, terdapat beberapa kata yang dinilai keliru terkait sejarah Rusdy Toana.

Dalam kutipan di monumen disebut Rusdy Toana sebagai tokoh pers, pendiri Surat Kabar Pelopor, Majalah Bhakti, Suara Rakyat, dan Harian Mercusuar. Sebagai anak sekaligus mewakili keluarga, Tri Putra menyebut sosok Rusdy Toana perannya tidak hanya dikenal sebagai tokoh pers semata.

“Bapak Rusdy bukan hanya tokoh pers, beliau agen perubahan!,” tegasnya.

Tahun 1958, Rusdy Toana tergabung dalam panitia penuntut dan pembangunan berdirinya Provinsi Sulawesi Tengah, di Jakarta.

Pada pertengahan tahun 1960, diadakan Musyawarah Besar Mahasiswa dan Pelajar Sulteng se Indonesia dan Rusdy Toana sebagai pemimpin presidium. Perjuangan mendirikan provinsi Sulteng, akhirnya mewujud tahun 1964. Bahkan wilayah Sulteng saat ini merupakan konsep yang ditawarkan oleh Mene Lamakarate dan Rusdy Toana ke Pemerintah Pusat.Setelah kembali di Palu, Rusdy Toana merealisasikan amanah musyawarah mahasiswa dan pelajar yang dipimpinnya, dan aktif terlibat merintis berdirinya Universitsas Tadulako.

Nama Tadulako sediri bukan tanpa tantangan. Banyak pihak menentang nama Tadulako. Tadulako (bahasa Kaili) sendiri dalam struktur pemerintahan (kerajaan) di Sulteng, khususnya Lembah Palu, merupakan panglima perang.

Rusdy Toana mengartikan kata Tadulako, dengan kepemimpinan, patriotik, gigih, pantang menyerah, adil, bijaksana, jujur, cerdas, berani, bersemangat, pengayom, pembela kebenaran, dan kepahlawanan.Rusdy Toana bersikukuh dengan perjuangannya. Rusdy Toana berharap Universitas Tadulako akan melahirkan banyak pemimpin di masa yang akan datang.

Pada tanggal 8 Mei 1963 berdirilah Universitas Tadulako dengan status swasta, dengan Rektor pertama Drh. Nasri Gayur.

“Maka penyebutan Mattulada sebagai Rektor pertama juga keliru sebab dia pegawai negeri yang ditempatkan untuk menduduki jabatan tersebut. Itu tahun 1981, Pak Mattulada hanya Rektor biasa. Tahun 1963, Universitas Tadulako sudah berdiri dengan status swasta dengan Rektor Pak Nasri Gayur. Keberadaan perguruan tinggi ini menjadi salah satu syarat ibukota di Palu,” terang Tri Putra.

Tidak sampai di situ, sosok yang lekat dengan nama Tonakodi ini, juga terlibat aktif membidani kelahiran IAIN Palu tahun 1966. Pada bulan Mei 1966 dibentuk satu kepanitiaan yang diberi nama Panitia Persiapan Pendirian IAIN Palu. Adapun stuktur dan personalia dari kepanitiaan tersebut adalah: Abidin Ma’ruf, SH (Ketua), KH. Zainal Abidin Betalembah (Wakil Ketua), Abu Naim Syaar, BA (Sekretaris), Isma’un Dg.Marotja, BA (Wakil Sekretaris), Drs. H. M. Ridwan (Bendahara), dan H. Dg. Mangera Gagarannusu (Wakil Bendahara). Adapun angotanya adalah Pati Bidin, Drs. Andi Mattalata, Drs. H.F. Tangkilisan, Drs. Buchari, KH. Abd.Muthalib Thahir, Syahrul, Zainuddin Abd. Rauf, Muchtar Tadji, Rusdy Toana, Zuber S. Garupa, dan Arsyad Parampi.

Rusdy Toana tidak berhenti sampai di situ. Selanjutnya ia juga turut mendirikan Universitas Muhammadiyah Palu, bersama-sama tokoh dan pimpinan Muhammadiyah Sulawesi Tengah. Di perguruan tinggi ini, Rusdy Toana sempat diamanhkan menjadi Rektor.

Pada tanggal 2 Agustus 1983 bertempat di Golni (Gelanggang Olahraga dan Seni) Kota Palu, Universitas Muhammadiyah Palu diresmikan berdirinya oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan yang diwakili Drs. Haiban dengan melantik Pimpinan Universitas Muhammadiyah Palu periode 1983/1987, dengan Komposisi Pimpinan Universitas Muhammadiyah Palu Drs. H. Rusdy Toana sebagai Rektor, Drs. Tjatjo Thaha (Pembantu Rektor I), H. Nurdin Rahman, SH (Pembantu Rektor II), dan Drs. Syafruddin (Pembantu Rektor III).

Rusdy Toana juga salah satu tokoh pendidikan yang dipanggil Guru Tua untuk mengajar di Universitas Alkhairaat, saat Guru Tua mendirikan Universitas Islam Alkhairaat (Unisa).

Rusdy selain terlibat dalam gerakan politik mendirikan provinsi Sulteng, juga turut mendirikan Korem 132/Tadulako. Rusdy Toana juga yang memberikan nama institusi TNI tersebut.

Tahun 1948 Rusdy Toana meneruskan pendidikan di Yogyakarta. Di Kota Pelajar ini Rusdy Toana dipanggil bergabung dengan anggota tentara Pelajar bersama Rusli D. Warta Bone, Ibrahim Madilao dan kawan-kawan di Kesatuan Brigade 16 Yon Matalatta sebagai seksi pelajar Sulawesi.

Setelah penyerahan kedaulatan RI dari Belanda, Rusdy Toana ditampung oleh Negara melalui Kantor Urusan Demobilisasi Pelajar (KUDP), dan melanjutkan sekolah di SMA khusus untuk eks tentara pelajar, sebelum akhirnya melanjutkan ke Fisipol UGM Jurusan Hubungan Internasonal . Sebagai veteran, Rusdy Toana menyandang pangkat terakhir Kolonel. ABS/TMU

Pos terkait