Selamat Datang Cudi-Ma’mun

images (17)

MERCUSUAR- Hari ini, gubernur dan wakil gubernur Sulteng Rusdy Mastura-Ma’mun Amir dilantik Presiden di Istana Merdeka.

Rasa syukur dan senang karena pelantikan merupakan hal manusiawi. Namun Cudi-Ma’mun –panggilan Rusdy Mastura-Ma’mun Amir– tidak boleh larut dalam euforia dan suka cita. Di depan mata telah menanti tugas berat, mengatasi dan mengendalikan penyebaran Covid-19, dampak pandemi, dan menuntaskan persoalan kebencanaan yang telah tiga tahun dinantikan penyintas bencana 28 September 2018.

Cudi-Ma’mun juga harus berdiri sebagai pemimpin rakyat yang merangkul semua golongan. Dia bukan lagi milik partai pengusung dan tim pemenangan.
Menjadi rahasia umum, jika partai politik pengusung dan tim pemenangan, ingin turut menikmati kemenangan dengan selalu menempel di pundak kepala daerah terpilih. Cudi-Ma’mun harus berani ‘menjaga jarak’ agar interaksi tidak mengganggu atau mencampuri otoritasnya dalam menjalankan pemerintahan.
Pemimpin sejati adalah pemimpin yang inklusif, pemimpin yang terbuka dengan seluruh kelompok dan masyarakat. Keterbukaan tersebut selanjutnya dibuktikan melalui kepekaan sosial terhadap apa yang terjadi di sekitar.
Selain bersikap inklusif, seorang pemimpin juga harus bersikap humanis, yang melihat dan menjadikan rakyat sebagai subjek dalam pembangunan, bukan sebagai objek.
Meminjam pemikiran Steve Jobs, seorang pemimpin harus membuat hati orang bernyanyi.

Bernyanyi dalam pengertian Jobs adalah kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan.

Setidaknya hal ini juga yang menjadi harapan dari seluruh rakyat. Harapan hadirnya pemimpin yang berpihak pada masyarakat adalah dampak lanjutan dari kegalauan terhadap aneka macam problem daerah.

Pemimpin haruslah berhati rakyat. Artinya, memposisikan dan menempatkan diri bersama rakyat. Baginya, jabatan ditatap sebagai panggilan untuk melakukan perubahan. Memang, sejatinya, gerakan menuju perubahan tidak tergantung pada seorang pemimpin saja. Ia hanya sebatas penggerak sekaligus motivator. Kekuatan yang paling utama adalah kekompakan, kemampuan mengelola kolaborasi para pihak, dan penguatan sistem kontrol.
Rakyat akan mengawasi dan menunggu realisasi janji kampanye. Kontrak politik yang sesungguhnya adalah memenuhi apa yang sudah disampaikan kepada para pemilih.

Pemimpin sebagai arsitek pembangunan harus mampu mendefinisikan cetak biru pembangunan, berdasarkan target maksimal yang realistis. Dia juga harus memosisikan diri sebagai dirigen yang bisa mengolaborasikan peran semua pihak, sehingga simponi pembangunan tidak sumbang.

Semoga di bawah kepemimpinan Cudi-Ma’mun, Sulteng makin baik, masyarakat tumbuh sejahtera (Mastura), dan keamanan yang menjadi momok bagi sebagian investor makin kondusif.
Selamat datang Cudi-Ma’mun. Jangan terlena, karena tugas berat menanti. Ingat, rakyat akan selalu mengawasi dan menagih janji. Terlebih jabatan dan janji politik akan dipertanggungjawabkan di Mahkamah Ilahi. TMU

Pos terkait