MAKKAH, MERCUSUAR – Jemaah haji yang sedang berada di Makkah, Arab Saudi, diminta untuk tidak terlalu banyak melakukan aktivitas fisik. Apalagi, suhu udara saat ini di Makkah disebut mencapai hingga 40 derajat celsius.
“Kondisi jemaah secara umum Alhamdulillah baik. Dari beberapa hari yang lalu ada peringatan suhu di sini agak meningkat. Meskipun dua hari lalu ada penurunan sekira 6 derajat, namun dari penurunan itu masih berkisar 40-an derajat,” kata Tim Kesehatan Haji dari kloter BPN-7 asal Sulteng, dr. Muh. Fajri melalui pesan singkat kepada media ini, Rabu (21/5/2025).
Fajri menyebut, tim kesehatan terus menyampaikan imbauan kepada jemaah, termasuk agar tidak memaksakan diri untuk sering bepergian ke Masjidil Haram dan menjalani Umrah Sunnah. Hal itu untuk menjaga jemaah, agar dalam kondisi prima dalam menghadapi puncak ibadah haji. Yakni Wukuf di Arafah yang diikuti mabit di Muzdalifah dan Mina (Armuzna).
Apalagi, saat ini jemaah telah memegang kartu nusuk. Dengan kartu tersebut, jemaah dapat memasuki area Masjidil Haram meskipun tidak bersama rombongan.
“Arahan dari kami, kalau bisa jangan memaksakan untuk sering ke Masjidil Haram. Karena pastinya nanti mudah kelelahan dan ada penyakit-penyakit lain. Padahal, tujuan kita bukan berapa kali mau umrah sunnah, berapa kali pegang Ka’bah atau cium hajar aswad. Itu boleh, tetapi bukan itu tujuan utama kita. Tujuan utama adalah (periode) Arafah, Muzdalifah dan Mina,” tutur Fajri.
“Pembimbing ibadah juga menyampaikan, bahwa haji adalah Arafah. Inilah yang selalu kami sampaikan kepada jemaah. Bahwa tujuan kita adalah bukan berapa kali kita kunjungi Ka’bah, namun adalah Armuzna. Jadi, siapkan fisik sebaik mungkin untuk bisa menyambut Wukuf nanti, karena di situlah puncak dan esensi ibadah hajinya,” tandasnya.
Pada Rabu (21/5/2025), jemaah kloter BPN-7 yang berasal dari Kota Palu, Kabupaten Morowali, Banggai Kepulauan (Bangkep), Banggai Laut (Balut), dan Tojo Unauna (Touna) menjalani agenda kunjungan ke lokasi penyembelihan kambing, sebagai bagian dari pembayaran dam haji tamattu. IEA