Sulit Mencari Pengganti Aminuddin, Selamat Jalan Prof

Almarhum Prof Aminuddin Ponulele

PALU, MERCUSUAR – Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Telah berpulang ke Rahmatullah, mantan Gubernur Sulawesi Tengah, Prof. Aminuddin Ponulele yang meninggal dunia pada usia 82 tahun. Aminuddin Ponulele menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Budi Agung Palu, Rabu (27/1/2020) sekitar pukul 10:55 Wita.
Sehari sebelumnya sempat dikabarkan telah wafat, namun kemarin kabar resmi beliau telah berpulang menghadap Sang Pencipta Allah SWT. Almarhum meninggalkan seorang isteri, Dra Hj. Nurhayati Ponulele, MSi.

Sebelum tutup usia, Aminuddin Ponulele menjalani perawatan medis di rumah sakit selama enam hari.

Menurut kerabat almarhum, rencana pemakaman mantan Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Sulawesi Tengah yang beralamat tinggal di Jalan Lasoso, Palu Barat itu pada Kamis (28/1) pagi ini.

Sulteng benar-benar kehilangan putra terbaiknya. Hingga beberapa dekade kedepan, akan sulit menemukan putra daerah dengan karir paripurna seperti Aminuddin Ponulele.

Di semua karir yang digelutinya, Aminuddin berhasil meraih posisi tertinggi.

Di dunia akademis, Aminuddin berhasil menduduki kursi Rektor Universitas Tadulako, dan meraih gelar guru besar-profesor.

Sementara aktivitas politiknya membawa Aminuddin menjadi Gubernur Sulteng periode 2001-2006. Ia juga menjabat Ketua DPRD Sulteng periode 1997-2001, periode 2009-2014, dan 2014-2019.

Aminudin juga seorang jurnalis sekaligus anggota Badan Pengawas dan Pertimbangan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat tahun 1991 yang juga mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) 1992 hingga 1997. Di kepengurusan PWI, Aminuddin diamanahkan menjadi Ketua PWI Sulteng (1976-1978).

Pun dengan beberapa organisasi social, keagamaan, dan olahraga. Aminuddin juga diamanahkan sebagai ketua.

Wakil Ketua DPRD Sulteng Muharram Nurdin mengatakan Aminuddin adalah orang baik. Dia mengaku kehilangan sosok yang pernah menjadi dosen itu.

“Saya adalah muridnya, sangat merasakan kehilangan sosok almarhum. Sebagai dosen, almarhum menduduki puncak karier dengan jabatan rektor dan gelar profesor,” tutur Muharram Nurdin, Rabu (27/1/2021).

 

Sebelum menekuni dunia politik, Aminuddin pernah menjadi Rektor Universitas Tadulako, Palu.

“Saya pernah menjadi mahasiswanya dan enam tahun sama-sama di DPRD Provinsi Sulawesi Tengah. Sebagai penghormatan terakhir, saya meminta almarhum bisa dilepas dari ruang paripurna DPRD oleh Ketua DPRD Sulteng,” kata Muharram Nurdin.

Sementara itu, di rumah duka Jalan Lasoso, Palu Barat, terlihat kesibukan untuk mempersiapkan persemayaman dan pemakaman.

Kehilangan Tokoh Intelektual

Sementara itu Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah kehilangan seorang tokoh intelektual Prof Aminudin Ponulele.
“Innalillahi wainna ilaihi rojiun, sebagai umat beragama tentu kematian bagian dari takdir Tuhan yang harus kita terima dengan lapang dada dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT,” kata Ketua FKUB Sulteng Prof Zainal Abidin menanggapi kabar duka mantan Gubernur Sulteng Prof Aminudin Ponulele, di Palu, Rabu.
Menurut dia, Prof Aminudin seorang putra daerah merupakan tokoh panutan di provinsi ini yang semasa hidupnya telah berkontribusi banyak terhadap pembangunan maupun peningkatan Sumber Daya Manusi (SDM) Sulteng, baik dari sisi sebagai birokrat, politisi maupun akademisi, karena almarhum telah melalui tiga karier itu selama masa hidupnya.
Selama berkarier, almarhum sempat menjabat sebagai Rektor Universitas Tadulako (UNTAD) Palu pada tahun 1994-1998, lalu menjabat sebagai Gubernur Sulteng ke-13 di tahun 2001 hingga 2006, dan karier politik sebagai Ketua DPRD Sulteng sejak periode 1988-2001 dan 2009-2019, termasuk di daulat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar di Sulteng.
“Jarang kita menemukan pada satu pribadi dengan tiga keunggulan, dibuktikan dengan sejumlah jabatan diemban,” ujar Ketua MUI Palu ini.
Dia menilai, di satu sisi kehilangan tokoh, namun di sisi lain perlu mempersiapkan kader daerah agar dapat mengikuti jejak almarhum.

“Keluarga ditinggalkan wajar kalau bersedih, namun kesedihan itu jangan terlalu berlarut. Kemudian sebagai manusia biasa almarhum kemungkinan ada kesalahan dan kehilafan, maka sudah sepatutnya sebagai umat beragama kita memberikan maaf,” ucap Zainal.
Rencananya jenazah dimakamkan pada Kamis (28/1) di tempat pemakaman keluarga di Desa Mpanau, Kabupaten Sigi pukul 10.00  Wita.TMU/MAN/ANT

Pos terkait