PALU, MERCUSUAR – Sebanyak lebih dari setengah ton yellowfin tuna segar Sulteng akan diekspor perdana ke Jepang. Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) RI, Edhy Prabowo berkesempatan me-launching ekspor perdana tersebut, pada kunjungan kerjanya ke Sulteng, di Stasiun Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (KIPM) Palu, Selasa (9/6/2020).
Dalam sambutannya, Edhy Prabowo menegaskan pemerintah pusat siap berkolaborasi secara terbuka bersama pemerintah daerah, untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan di Sulteng, baik dari sektor perikanan tangkap maupun sektor budidaya.
“Intinya adalah bagaimana nelayan mampu mendapat manfaat dari luasnya laut yang ada di Sulteng, begitupun untuk sektor budidaya,” kata Edhy.
Ia mengemukakan, letak geografis Provinsi Sulteng yang dikelilingi 4 Wilayah Penangkapan Ikan (WPP) yakni WPP 713 (Selat Makassar), WPP 714 (Telok Tolo), WPP 715 (Teluk Tomini), dan WPP 716 (Laut Sulawesi), serta ditambah satu WPP Perairan Darat, menjadikan Sulteng memiliki potensi perikanan yang sangat besar.
Olehnya, ia mengaku sedang mencarikan jalan terbaik, agar pemanfaatan komoditas perikanan di Sulteng dapat lebih dioptimalkan serta memberi manfaat besar bagi masyarakat nelayan, menyesuaikan dengan besarnya potensi yang dimiliki. Selain itu juga menjadi sebuah potensi mengangkat ekonomi daerah dan nasional, di tengah situasi pandemi Covid-19.
Ekspor perdana yellowfin tuna segar dari Sulteng ke Jepang tersebut, diharapkannya dapat menjadi bukti awal adanya kegiatan perikanan sangat luas di Sulteng, yang dapat diekspor langsung ke luar negeri.
“Menjadi komitmen pemerintah pusat akan kita buka seluas-luasnya pintu keluar untuk ekspor,” tegasnya.
Sementara itu, Gubernur Sulteng, Longki Djanggola menyampaikan, pihaknya terus melakukan upaya peningkatan pemanfaatan potensi perikanan di Sulteng, yang disebutnya baru dapat tereksploitasi sebesar 25 persen.
Untuk mendukung peningkatan kegiatan ekspor di Sulteng, termasuk di sektor perikanan, Gubernur mengaku telah mengusulkan kepada Presiden melalui Bappenas untuk mengembangkan dan menaikkan status bandara Mutiara SIS Aljufrie Palu dari bandara domestik menjadi bandara internasional.
“Kami berharap, dengan penaikan status tersebut, nantinya bandara Mutiara SIS Aljufrie dapat menjadi salah satu alternatif pintu ekspor perikanan Sulteng,” ujar Longki.
Yellowfin tuna segar tersebut, merupakan hasil tangkapan nelayan Sulteng, yang menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulteng, Muh. Arif Latjuba, dapat memproduksi tidak kurang dari 20 ton per bulan. Ke depan, komoditas ekspor tersebut akan ditingkatkan, dengan terus melibatkan pihak perusahaan sebagai pengekspor.
“Lebih dari setengah ton untuk ekspor perdana ini. Seluruhnya merupakan hasil tangkapan nelayan Sulteng. Berikutnya, pihak perusahaan akan terus mengambil hasil dari nelayan kita. Kita punya produksi rata-rata per bulan tidak kurang dari 20 ton, dan kita upayakan untuk kontinuitasnya,” tandas Arif.
Dari Palu, Menteri Kelautan dan Perikanan, Edy Probowo dan rombongan melanjutkan perjalanan ke Parigi, kemarin. Mereka tiba di Desa Siney disambut Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola bersama Bupati Parigi Moutong, Samsurizal Tombolotutu, unsur Forkopimda dan Kepala OPD.
Menteri KP Edy Prabowo menggunakan helikopter, tiba di lapangan Tugu Katulistiwa Siney. Ia disambut dengan prosesi adat Taijo.
Kunjungannya ke Parigi Moutong untuk melakukan peninjauan rencana pengembangan bidang kelauatan dan perikanan. “Saya datang dengan empat dirjen,” katanya lalu memperkenalkan rombongannya. Tujuannya untuk membawa bantuan dalam pengembangan kelautan dan perikanan di sini.
Di sana ia melakukan penaburan benur di lokasi tambak PT. Esopati Perkasa di Tomoli. Kemudian peletakan batu pertama pembangunan tambak udang PT. Parigi Aguakultura di Desa Sejoli hari ini.IEA