POSO, MERCUSUAR – Uji coba pintu air PLTA Sulewana milik PT. Poso Energy di Desa Sulewana Kecamatan Pamona Utara, menyebabkan debit air permukaan Sungai Poso naik sekitar 50 cm. Kondisi ini mengakibatkan ratusan hektare (Ha) sawah di sekitar Danau Poso terendam. Selain merendam areal persawahan, kenaikan debit air juga mengakibatkan puluhan ekor kerbau milik warga mati karena kesulitan mencari makan.
Menurut Kadis Pertanian Poso Suratno Teguh, luas areal persawahan warga yang terendam mencapai 426 Ha yang tersebar di empat kecamatan. Sedangkan jumlah kerbau yang mati di area pengembalaan ternak di Desa Tokilo dan Tindoli Kecamatan Pamona Tenggara mencapai 94 ekor.
“Kerbau yang mati merupakan anakan dan indukan. Umumnya mati karena cacingan dan kurang gizi, karena sekitar 30 persen ladang pengembalaan terendam air,” ujar Suratno dihadapan pihak perusahaan.
Karena itu kata Suratno, masyarakat meminta pertanggung jawaban dari pihak perusahaan akibat matinya kerbau dan kerusakan tanaman. “Baik penyelesaian jangka pendek maupun jangka panjang,” tambah Suratno yang sebelumnya telah melakukan pertemuan dengan masyarakat terdampak.
Namun data itu belum sepenuhnya diterima oleh pihak perusahaan saat melakukan pertemuan mediasi antara pemerintah daerah, Camat Pamona Tenggara, para kepala desa dan pihak PT. Poso Energy yang berlangsung di guest house Poso Energy Senin (9/11).
Sesuai data perusahaan, luas areal persawahan yang terendam tersebar di empat kecamatan yang berada di sekitar lingkaran Danau Poso. Masing-masing Kecamatan Pamona Puselamba 35,48 Ha, Pamona Barat 117,07 Ha, Pamona Tenggara 21,8 Ha dan selebihnya Kecamatan Pamona Selatan.
“Saat ini kami sudah menurunkan tim untuk menghitung langsung luas areal sawah yang terendam di lapangan. Karena menurut estimasi yang kami lakukan, areal sawah yang terendam berkisar antara 200 hingga 300 hektare saja,” kata Humas PT.Poso Energy Handian saat pertemuan mediasi dilakukan.
Kendati begitu, pihak perusahaan mengaku siap bertanggung jawab atas dampak uji coba pintu air PLTA yang dilakukan. “Untuk besaran kompensasi juga masih kami rundingkan dengan managemen perusahaan, termasuk dengan jumlah ternak kerbau milik warga yang mati. Yang jelas perusahaan siap memberi kompensasi kepada warga yang sawah dan ternaknya menjadi dampak dari uji coba ini,” tambah Handian yang didampingi Manager Lingkungan Irma Suryani dan Manager Operasional PLTA Basri Jalil.
Pihak perusahaan juga mengklaim, kenaikan debit air danau poso tidak serta merta disebabkan karena uji coba pintu air PLTA. Menurut perusahaan, karena saat ini bertepatan juga dengan cuaca fenomena alam Lanina yang curah hujannya cukup tinggi. Sehingga saat uji coba debit air naik.
Meski begitu, dampak kenaikan debit air akibat uji coba pintu air ini sudah diprediksi sebelumnya oleh pihak perusahaan. Dan hal itu sudah pernah disosialisasikan sebelumnya. Uji coba ini akan berlangsung hingga Desember 2020.
Uji coba ini dilakukan untuk memperoleh data kebutuhan air bagi operasional turbin PLTA Poso I yang akan beroperasi pada Januari 2022. PLTA Poso I berkapasitas 130 MW. PLTA Poso I akan melengkapi PLTA Poso II yang telah beroperasi sejak 2012 dengan kapasitas 385 MW. Total kapasitas keduanya mencapai 515 MW.
Sementara itu Camat Pamona Tenggara Yunirson Penyami dalam pertemuan itu menyatakan, masyarakat sangat mendukung pembangunan PLTA karena itu demi kepentingan masyarakat, daerah dan negara. Namun disisi lain ia juga mengatakan bahwa sejak dahulu kala masyarakat yang mendiami wilayah pesisir Danau Poso sudah tahu betul karakteristik air danau secara turun temurun.
“Kalaupun air naik, satu dua minggu pasti turun. Namun faktanya saat ini, saat air naik, so tidak turun turun. Dan ini baru terjadi fenomena seperti ini,” ujarnya.
Karena itu Camat meminta agar pihak perusahaan segera memberi solusi dengan mengambil langkah kongkrit atas persoalan yang timbul di tengah masyarakat.
“Saya bersama Kapolsek dan Danramil juga sudah turun ke lapangan melihat kondisi ini. Saya hanya berharap jangan lagi ada masyarakat yang bertanya soal bentuk tanggung jawab perusahaan. karena itu mari segera cari solusi agar persoalan ini tidak berlarut larut,” pinta Camat yang diamini oleh sejumlah kepala desa yang hadir.
Hal yang sama juga disampaikan Kades Pasir Putih mendesak PT. Poso Energy harus segera melakukan kompensasi ganti rugi kepada warga peternak dan petani sawah. ULY