DONGGALA, MERCUSUAR – 15 kepala keluarga (KK) korban terdampak bencana gempa bumi di Desa Tompe, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng) mulai membangun hunian tetap (Huntap) secara mandiri.
15 KK lebih memilih untuk relokasi mandiri dengan membeli lahan dan membangun sendiri rumah mereka yang habis diterjang tsunami saat bencana 28 September 2018.
Pembangunan huntap 15 KK yang tergabung dalam satu kelompok, yang diberi nama Kelompok Mosinggani ini dibantu oleh Yayasan Arsitek Komunitas (Arkom) Indonesia.
Koordinator Arkom Indonesia, Yuli Kusworo mengatakan, pembangunan huntap tersebut menggunakan skema stimulan, dengan dana sebesar Rp 50 juta yang diberikan Arkom.
Dana itu kemudian digunakan untuk pembelian lahan lokasi huntap, material huntap, serta upah tukang.
“Kan ada Rp 50 juta, dari 50 juta itu, 40 juta untuk material dan 10 juta untuk ongkos tukang, sementara beli lahannya diambil dari warga masing masing lima juta,” jelasnya.
Menurut Yuli, warga sempat terkendala dengan pencarian lahan untuk pembangunan hunian tetap mereka.
Hunian tetap relokasi mandiri ini dibangun dengan teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha), dengan struktur Rumah Tahan Gempa (RTG) dengan model bongkar pasang.
“Ini tipenya tipe 36 dengan konsep Rumah Tahan Gempa (RTG), strukturnya Risha. Panel rishanya dibuat masyarakat sendiri setelah kami kasi pelatihan pada 2019 lalu,” katanya.
Sementara itu, Bupati Donggala, Kasman Lassa memberikan apresiasi kepada warga Tompe dan Arkom yang sudah berinisiatif membangun huntap sendiri, meskipun pemerintah sebenarmya telah menyediakan dana untuk warga yang terdampak bencana pada 2018 lalu.
Hal itu diungkapkannya usai meletakkan batu pertama pembangunan hunian tetap relokasi mandiri, Sabtu (10/4) di Desa Balentuma, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala.
“Apalagi mereka ikut berpartisipasi membayar secara mandiri, walaupun pemerintah sudah menyiapkan anggaran. Kecamatan Sirenja khususnya Desa Tompe ini saya apresiasi karena komitmen mereka, ini juga sangat membantu pemerintah,” tuturnya
Sementara itu, menurut salah satu warga Tompe, Ferdi, alasan warga untuk relokasi mandiri tersebut agar lokasi hunian mereka masih berada dekat dari mata pencarian mereka sebagai nelayan di laut Tompe.
“Kami sempat didata cuman, lalu dibilang juga huntap dari pemerintah jauh dari laut, makanya kami relokasi mandiri, Laut kan tempat pencarian kami sebagai nelayan,” jelasnya
Rencananya, proses pembangunan hunian tetap ini ditargetkan oleh warga, akan selesai dalam waktu dua bulan ke depan.
Desa Tompe, Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu daerah yang terdampak parah dari bencana gempa bumi pada 2018 lalu.
Hampir ratusan rumah warga di Desa ini tersapu oleh gelombang tsunami. Bahkan hingga saat ini daerah tersebut sering terjadinya banjir rob.ANT/TIN