Waspada! Gerakan Tanah Ancam Sulteng

tanah bergerak

PALU, MERCUSUAR-Masyarakat Sulteng harus waspada terhadap bencana yang berpotensi mengancam. Beredar di berbagai grup media sosial surat dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kepada Gubernur Sulteng.

Dalam tangkapan layar, surat BMKG bernomor 711/03/BGL.V/2020 tertanggal 23 September 2020, BMKG mengingatkan agar dibangun kesiapsiagaan sebagai mitigasi bencana terhadap seluruh masyarakat, atas ancaman potensi gerakan tanah dan tanah longsor.

Peringatan tersebut didasarkan pada hasil overlay Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) yang telah menerbitkan peta kerawanan gerakan tanah di Sulteng pada bulan Oktober 2020.

Peta tersebut menurut BMKG, dapat dirujuk sebagai peringatan dini bagi pemerintah dan masyarakat. Peringatan ini untuk mengantisipasi gerakan tanah, saat curah hujan tinggi atau diatas normal.

 

Potensi Tsunami 20 Meter
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung menyebut gempa megathrust yang berada lempeng eurasia di Laut Lepas Jawa akan berpotensi menimbulkan tsunami setinggi 20 meter menuju daratan. Hal ini diungkapkan setelah tim BMKG dan ITB melakukan riset penelitian mengenai potensi megatrust.

Pakar tsunami Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko menyebut bahwa hasil riset dan penelitian tersebut menguatkan kajian-kajian yang telah dilakukan sebelumnya.”Kajian ini menguatkan kajian-kajian sebelumnya bahwa potensi ancaman gempa megathrust dan tsunami di zona subduksi selatan Jawa adalah nyata,” ujar Widjo, Sabtu (26/9/2020).

Widjo menjelaskan, hasil model tinggi tsunami terdistribusi di sepanjang pantai selatan Jawa bervariasi hingga 20m. Tinggi tsunami 20m di pantai rendamannya bisa sejauh 2 sampai dengan 5 km masuk ke daratan. “Untuk implementasi ke kebijakan pada skala detil (tingkat kecamatan/desa), Kajian model tsunami ini perlu menggunakan data batimetri-topografi yang lebih detil,” jelasnya.

Widjo mengungkapkan, jika mengacu pada katalog Wichman, mungkin potensi gempa besar dan tsunami tersbeut tidak terlalu lama lagi akan terjadi. Ini berdasarkan pengulangan 400-500 tahun gempa besar yang terjadi di zona subduksi selatan Jawa,

Katalog Wichman yang berjudul Arthur Wichmann’s Die Des Indischen atau Gempa Bumi di Kepulauan Hindia Belanda mencatat gempa bumi dan tsunami di Indonesia antara tahun 1538 hingga 1877. Di dalamnya terkumpul cerita tentan 61 gempa bumi dan 36 tsunami besar yang terjadi.

Selain katalog Wichman, Widjo juga menyinggung bahwa potensi gempa besar yang berpeluang memicu tsunami mengacu pada mitologi Ratu Kidul yang tertulis dalam tembang atau lagu macapat-pangkur.

Namun, Widjo menegaskan gempa megathrust yang akan berpotensi menimbulkan tsunami setinggi 20 meter bisa terjadi kapan saja karena belum ada alat untuk dapat mendeteksi kapan terjadinya.

“Gempa bumi, belum bisa diprediksi terjadinya kapan, di mana, besarnya. Tetapi bisa dihitung potensi besarnya dan perkiraan periode (kala) ulang. Perkiraan periode (kala) ulang juga bisa meleset (maju-mundur puluhan tahun),” jelasnya.

 Indonesia adalah negara yang dikelilingi Cincin Api atau Lingkaran Api Pasifik ( Ring of Fire) terbesar di Di dunia. Artinya Indonesia adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi, letusan gunung berapi dan Tsunami yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik.

Berdasarkan hal tersebut peneliti dari Institut Teknologi Bandung mengelolah data Berdasarkan hasil pengolahan data gempa yang tercatat oleh stasiun pengamat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan data Global Positioning System (GPS) diperoleh indikasi adanya zona dengan aktivitas kegempaan yang relatif rendah terhadap sekitarnya, yang disebut sebagai seismic gap, di selatan Pulau Jawa.

” Seismic gap ini berpotensi sebagai sumber gempa besar (megathrust) pada masa mendatang. Untuk menilai bahaya inundasi, pemodelan tsunami dilakukan berdasarkan beberapa skenario gempa besar di sepanjang segmen megathrust di selatan Pulau Jawa,” tutur Profesor Sri Widiyantoro, Ph.D. yang juga dekan Seismologi ITB.

Sri Widiyantoro memaparkan Skenario terburuk, yaitu jika segmen-segmen megathrust di sepanjang Jawa pecah secara bersamaan, menunjukkan bahwa tinggi tsunami dapat mencapai ~20 m di pantai selatan Jawa Barat dan ~12 m di selatan Jawa Timur, dengan tinggi maksimum rata-rata 4,5 m disepanjang pantai selatan Jawa.

” Skenario terburuk, yaitu jika segmen-segmen megathrust di sepanjang Jawa pecah secara bersamaan, menunjukkan bahwa tinggi tsunami dapat mencapai 20 m di pantai selatan Jawa Barat dan 12 m di selatan Jawa Timur,” tegas Sri Widiyantoro.

Tidak adanya gempa bumi besar (Mw > 8) dalam beberapa ratus terakhir tahun ini mengindikasikan bahwa gempa tsunamigenik yang dahsyat di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa merupakan ancaman yang harus diwaspadai.

Oleh sebab itu penguatan InaTEWS perlu menjadi prioritas utama karena kebanyakan penduduk yang tinggal di daerah berisiko tinggi tsunami hanya memiliki sedikit waktu untuk melarikan diri jika terjadi tsunami.

” Dalam studi ini, kami menggunakan data gempa dari katalog BMKG dan katalog International Seismological Center (ISC) dari April 2009 sampai dengan November 2018 untuk mempelajari potensi gempa megathrust dan tsunami di selatan Jawa. Selain analisis data seismik (gempa), kami juga memanfaatkan data GPS dari 37 stasiun yang dipasang di Jawa Tengah dan Jawa Timur selama 6 tahun untuk mempelajari sumber gempa di masa mendatang. Hasil pengolahan data dengan teknik inversi data GPS ini kemudian digunakan sebagai model sumber gempa besar untuk simulasi numerik tinggtsunami di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa,” tandasnya.

 
Warga Jangan TakutBadan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga tidak takut menanggapi laporan riset soal potensi tsunami 20 meter di selatan Pulau Jawa. Laporan itu bukanlah prediksi bahwa tsunami 20 meter bakal segera terjadi, melainkan sekadar taksiran kemungkinan terburuk.

“Besarnya magnitudo gempa yang disampaikan tersebut adalah potensi skenario terburuk (worst case), bukan prediksi yang akan terjadi dalam waktu dekat, sehingga kapan terjadinya tidak ada satu pun orang yang tahu,” kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan tertulis, Sabtu (26/9/2020).

Potensi tsunami setinggi 20 meter itu dikemukakan oleh ilmuwan di ITB, berdasarkan laporan ilmiah yang juga bersumber dari data BMKG. Tsunami sebesar itu bisa terjadi manakala dua segmen lempeng bumi di zona megathrust selatan Jawa bergerak simultan. Gempa lebih dari M 8,7 bakal terjadi, tsunami besar muncul. Namun ini hanya skenario terburuk, bukan berarti bakal terjadi segera. TMU/JEF/DTC

Pos terkait