100 perusahaan tutup operasionalnya

Tutup-closed-ilustrasi

PALU, MERCUSUAR – Pascabencana yang melanda Palu, Sigi, Donggala, dan Parigi dipenghujung September 2018, Apindo Sulteng mencatat sudah ada 100 perusahaan berskala menengah dan besar yang tutup operasionalnya.

Penutupan ini berakibat pada penambahan jumlah pengangguran karena pekerja kehilangan pekerjaan diakibatkan perusahaan tempat mereka bekerja tutup. Hal ini harus disikapi oleh pemangku kepentingan agar tidak menimbulkan dampak sosial dari meningkatnya jumlah pengangguran.

Ketua Apindo Sulteng, Arthur Pangemanan menyampaikan aspirasi sebagian dari pelaku usaha yang ingin memulai usahanya kembali tetapi terkendala permodalan sedang perbankan masih belum berani untuk menyalurkan kredit terkendala kredit pelaku usaha terdahulu yang belum dibayar dan agunan debitur yang masuk dalam zona yang dilarang pemerintah.

“Perlu keberanian dari perbankan untuk membuat terobosan agar bisa menyalurkan kredit kembali kepada debitur yang terkena bencana sehingga pelaku usaha bisa memulai kembali usahanya,” ujarnya.

Tanpa keberanian dan terobosan dari perbankan situasi ekonomi akan berjalan ditempat karena sektor ekonomi belum bergerak untuk melakukan kegiatan dan ekspansi usahanya. Fenomena yang berkembang saat ini sudah mulai banyak pelaku usaha disektor perdagangan dan distribusi dari Balikpapan, Makassar, dan Mamuju yang masuk ke Palu untuk mengisi kekosongan karena distributor yang sebelumnya merelokasi atau menutup usahanya.

Industri Jasa Keuangan sudah merespon keinginan dari pelaku usaha dengan menyalurkan kredit seperti BRI Cabang Palu telah menyalurkan KUR sebesar Rp20 miliar dari target penyaluran tahun ini sebesar Rp60 miliar dan Pegadaian Area Palu menyalurkan kredit Rp500 miliar. HAI

Pos terkait